Jneechi bersaudara berkumpul setelah ditelfon oleh Kenzo. Tidak lengkap memang, tapi cukup. Yang hadir hanya A, C, D, F, G, I, sedangkan J dan K sudah berada di sana dengan ponsel pecah ditaruh di meja.
(Nama kakak Queenzy, kalo kalian sadar, itu sebenarnya berurutan dari A-K. Tentu A anak yang lahir pertama dan seterusnya)
Alpha yang baru saja ada telfon, menaruhkan atensi pada kedua anak SMA, tersebut, Jonathan dan Kenzo.
Kezio mendorong ponselnya ke arah Alpha, ponsel tersebut meluncur tepat di depan Alpha.
Alpha mengernyit, begitu juga dengan yang lain. "Minta hp baru kenapa harus ngumpulin kita semua," setelahnya Ilyas berdecak. "Buang-buang waktu," ujar Alpha dengan nada dingin. Sekarang semua orang menatap Jonathan dan Kenzio dengan tatapan tajam, mereka berdua melotot dan menjelaskan.
"Bang, gue dapet chat, suruh jenguk sama bayar rumah sakit Queenzy."
"Yaudah bayar, kayak gak punya duit aja," Celio memotong perkataan Kezio.
"Bukan itu masalahnya, kok bisa tau Queenzy adek kita? Di sekolah hampir nggak ada yang tau kita marga Jneechi. Jarang yang tau kalo Queenzy juga Jneechi, kecuali orang-orang yang ikut buat ambil keputusan skandal kemarin. Dan kok yang ngechat bisa tau kalo kita punya mafia?!"
"Ngechat nya kayak gini 'kalo gak niat jenguk, bayar RS nya. Kaya, nomor 2 di dunia kan? Masa ga mampu bayar rumah sakit? Bayar biar sekalian tau penyakitnya. Jangan nyesel, walau gue pengen kalian nyesel sih wkwkkkkk eh mafianya jangan lupa dimanfaatin, masa teranggurkan sia-sia' aneh kan bang?!" Lanjut Kezio dengan nada julid.
"Mana chatnya?" Tanya Dragon, ia ingin melihat bukti chatnya. Kezio dan Jonathan serempak menunjuk ponsel yang berada di depan Alpha. "Hancur kayak gitu?" Dragon menatap tidak percaya bukti chatnya berada di ponsel yang seharusnya sudah ada di tempat sampah.
"Maaf bang, tadi gue emosi jadi hpnya gue lempar," Kezio meringis mendapat tatapan tajam lagi. "Emosi dijaga," peringat Fano. Karena memang diantara Jneechi bersaudara, Kezio yang paling tidak bisa menjaga emosi. Sebab dia pernah menjadi bungsu selama belasan tahun, dia terlalu dimanjakan, menurut kakak-kakaknya.
Gino mengambil alih ponsel Kezio, ia menatap dan berdecak. "Untung yang rusak cuma lcd-nya. Moga yang lain aman. Nanti gue bawa hp nya ke tukang service."
"Butuh berapa lama?" Alpha mengetukkan jarinya ke meja.
"Dua hari mungkin?" Gino juga tidak yakin dengan jawabannya.
"Suruh cepet," mendengar ucapan Alpha, Gino langsung pergi ke service (resmi) milik salah satu temannya.
Meski Gino sudah pergi, mereka belum bubar. Ilyas jadi kepikiran, "Harusnya sim card tadi dicabut dulu. Kayaknya bisa coba lihat history dari hp lain." Ilyas malah jadi ragu.
Celio ragu, "Emang bisa?"
Jonathan menggebrak meja, "pasti bisa. Ada hacker kan? Harusnya bisa! Mbobol data negara aja bisa masa bobol What'sUp gak bisa?" Sebenarnya Jonathan awalnya tidak yakin, tapi ia mengingat chat yang diceritakan oleh Kezio, kalau mafia jangan dianggurkan sia-sia. Ia baru sadar sekarang. Mereka akhir-akhir ini jarang memanfaatkan hal tersebut. Jujur, ia merasa tersindir.
"Tapi nomor sim card sama nomor What'sUp beda," ujar Kezio lirih, karena ia yakin akan mendapat decakan, tatapan tajam atau bahkan makian setelah ini.
Tetapi ternyata dia tidak mendapatkan seperti yang ia pikirkan. Namun, mereka semua meninggalkan ruangan. Menyisakan dirinya sendiri yang masih memproses kejadian. Setelah sadar ia menyusul berlari keluar ruangan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Figuran Tingkat Tinggi
FantasiaRena Dewi Aksara, seorang manusia biasa. Hidupnya terlalu lempeng, tak ada yang spesial. Semuanya biasa saja. Kerjaannya hanya membaca novel atau pun wattpad. Di sekolah ia tak menonjol , tak semua mengenalnya. Ia tak masalah. Ia membaca novel berge...