Queenzy langsung dilarikan ke rumah sakit setelah berhasil diturunkan oleh saudara-saudaranya. Sang Mama masih berteriak histeris melihat putrinya dalam keadaan yang mengenaskan.
Mereka pergi ke rumah sakit memggunakan helikopter yang tersedia. Kakak ketiga, Celio yang merupakan lulusan kedokteran berusaha menganalisis kejadian.
Jelas ini bukanlah kasus bunuh diri karena kaki yang tergantung di atas. Plafon sampai dijebol hanya untuk mengaitkan tali dengan kaki. Karena kamar Queenzy berada di lantai atas, jadi di atas plafon bukan beton, tetapi ada rangkanya lalu genteng.
Celio menemukan bekas luka di area pergelangan tangan kanan, lebih tepatnya bekas sayatan. Ia tidak bisa mengidentifikasikan siapa yang melakukan sayatan tersebut. Apakah pelaku yang menggantungkan Queenzy atau justru malah Queenzy sendiri.
Tak butuh waktu lama untuk sampai di rumah sakit. Queenzy langsung dibawa ke ruang ICU. Dokter dan perawat langsung menangani.
Agar tidak menakuti pengunjung lain, keluarga Queenzy dibawa ke ruangan VVIP.
Dua jam lebih, Queenzy belum keluar dari ICU, hal ini membuat keluarganya cemas. Terutama sang mama yang sedari tadi mondar mandir. Ia mengecek ke arah luar dimana matahari sudah tenggelam sempurna. Menyisakan cahaya oren merah yang bercampur dengan langit malam.Sang mama tidak tahan dan keluar dari ruangan untuk mengecek ke ruang ICU. Tapi tak sengaja ia menabrak seseorang. Ia mengucapkan permintaan maaf. Orang yang ditabraknya juga mengucapkan maaf.
Victoria (mama) melihat siapa orang yang ditabraknya. Ternyata adalah Reina, ia langsung memeluknya dan menangis. Tangisnya semakin menjadi.
Reina canggung, beberapa orang yang lewat menatap mereka aneh. Jadi yang hanya bisa dilakukannya sekarang ialah memeluk dan menepuk punggung Mamanya Queenzy. Ia bingung, kenapa bisa mamanya Queenzy ada di sini dan menangis tersedu-sedu.
Victoria melepas pelukan dan mengucap maaf sekaligus terima kasih. Maaf karena tiba-tiba memeluknya dan terima kasih sudah mau dipeluk sekaligus membantu Queenzy beberapa kali.
"Ah iya, gapapa tante, santai aja," kata Reina. Ia bingung kalau percakapan seperti ini responnya bagaimana. Jadi ia hanya mengeluarkan kata yang muncul di otaknya. "Omong-omong tan, kenapa ada di sini?"
Cairan bening dari mata sebelah kiri langsung meluncur.
Reina kaget, "Eh aduh tan, maaf ya." Sejujurnya Reina ingin mengatakan, 'Eh, kok nangis' tapi tidak jadi.
"Queenzy... Hiks," Victoria tidak sanggup melanjutkan kalimatnya. Ia mengatur nafas terlebih dahulu sebelum menjelaskan. "Queenzy tergantung."
Reina mengernyit, tidak ada scene Queenzy bunuh diri di novel walau ia menginginkannya dulu. "Maaf tan, percobaan bunuh diri?"
Victoria menggeleng, "Tapi kakinya yang diikat."
"Hah, kok bisa?" Nggak mungkin bunuh diri tapi kalo dibunuh, bodo banget pembunuhnya, batin Reina. Victoria menggeleng, ia juga tidak tau.
"Tan, kamar Queenzy ada cctv-nya kan-nggak? Kalo ada coba dicek," usul Reina mengingat cctv yang berada di kamar Queenzy.
Victoria seperti mendapat pencerahan. Ia tersenyum dan mengangguk lalu menggeret Reina ke ruangannya.
Reina kaget saat tangannya ditarik, tapi ia dengan segera mengimbanginya.
Victoria membuka pintu, Reina melotot melihat pintu terbuka menampilkan sebelas pemuda dan 3 orang tua berada di sana. Anjirrr, umpatnya. Ia langsung menunduk dan menutupi kepalanya dengan tudung hoodie. Ia sadar kalau tindakannya percuma karena mereka semua sudah melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Figuran Tingkat Tinggi
FantasyRena Dewi Aksara, seorang manusia biasa. Hidupnya terlalu lempeng, tak ada yang spesial. Semuanya biasa saja. Kerjaannya hanya membaca novel atau pun wattpad. Di sekolah ia tak menonjol , tak semua mengenalnya. Ia tak masalah. Ia membaca novel berge...