Reina terbangun dan menguap begitu lebar sampai mengeluarkan bunyi. Badannya terasa agak remuk. Ia melamun sebentar juga menyesuaikan dengan cahaya yang baru masuk ke dalam matanya.
"Udah bangun Rei? "
Reina menggosok matanya, menguap lagi. "Hm, udah. "
Reina mengingat lagi kejadian tadi malam. "Huh, untungnya cuma mimpi. "
Reinard mendengar jelas apa yang Reina katakan. "Mimpi apa? "
"Nendang kepala orang yang udah putus. "
"Itu beneran. "
"Mimpi"
"Beneran. Kepalanya masih di bawah. Mau liat gak? "
"HAH?! "
Reinard memaksa Reina untuk melihat kepala yang ditendangnya. Reinard tidak bisa menahan tawa melihat Reina sedari tadi menutup mata sambil berteriak heboh bahwa dia sama sekali tidak berminat untuk melihat kepala putus.
"Open your eyes Rei, " Perintah dari Reinard membuat Reina semakin tidak ingin melihatnya. Reina menutup matanya menggunakan kedua tangannya.
Reinard sudah berhasil melepaskan tangan Reina dari mata. Tapi mata Reina masih tertutup. Akhirnya tangan kiri Reinard digunakan untuk mengunci pergerakan Reina, sedangkan tangan kanannya untuk membuka paksa mata Reina.
Kelopak mata kanan Reina pun terbuka. "Jahat banget, " Air mata Reina sampai jatuh.
"Eh, " Reina agak bingung. Pemandangan di depannya tidak seseram yang ia bayangkan. Ia pun berani membuka kedua matanya. Hati Reina merasa lega, ia membuang nafas, menenangkan jantungnya yang sempat berdetak cepat.
Tak ada kepala putus seperti tadi malam. Hanya ada satu orang yang terikat bersama kursi dan kepala yang ditutupi kain hitam. Reina yakin 50% bahwa orang itu masih memiliki kepala. Semoga.
"I have a surprise for you, " kata Reinard.
"Itukah surprise-nya? Jangan bilang orang tanpa kelapa eh kepala. Sumpah, nggak ada lucu-lucunya, " ucap Reina.
"Kan surprise, kejutan. Mau lucu apa nggak, yang penting kejutan." Reina sungguh tidak bisa menerima logika Reinard.
"Oke, terserah deh. " Pada akhirnya Reina menyerah. Semua kata Reinard ia iyakan saja.
Reinard mulai menghitung mundur. "3, 2,1 Taraaaaaaa. "
Walaupun intonasi dan nada yang Reinard ucapkan terdengar menyenangkan. Tapi Reina tidak serta merta membuka seluruh matanya. Awalnya ia menutup mata, lalu mencuri-curi pandang. Mata kirinya ia buka sedikit demi sedikit. Sampai ia sadar orang yang diikat di kursi itu adalah Zidan!
"Zidan?! " Reina benar-benar tidak percaya dengan apa yang berada di depannya. "Kenapa lo iket gitu Reinard? "
Reinard hanya santai menanggapi keterkejutan Reina. Ia duduk di sofa sambil meminum soda kaleng.
Reina berusaha melepaskan ikatan tersebut. Tentu saja, dia tidak bisa. Dia pun pergi untuk mencari gunting.
"Kenapa mau dilepasin? " Tanya Reinard.
"Ya karena dia temen gue. Harusnya gue yang tanya sama lo. Kenapa iket dia? Babak belur lagi mukanya, " balas Reina.
"Temen? Hahahahahahaha, the funniest joke of the year. Yakin dia nganggep lo temen? HAHAHAHA. "
Ekspresi wajah Reina mendatar melihat Reinard tertawa terbahak-bahak. Sama sekali tidak ada lucu-lucunya.Reina kemudian menatap ke arah Zidan yang tidak sadarkan diri. Entah dia sudah mati atau hanya pingsan, Reina tidak tau. Akhirnya ia mendekati Zidan dan mendekatkan jari telunjuknya pada lubang hidung. "Alhamdulillah masih nafas. "
![](https://img.wattpad.com/cover/290791002-288-k523960.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Figuran Tingkat Tinggi
FantasyRena Dewi Aksara, seorang manusia biasa. Hidupnya terlalu lempeng, tak ada yang spesial. Semuanya biasa saja. Kerjaannya hanya membaca novel atau pun wattpad. Di sekolah ia tak menonjol , tak semua mengenalnya. Ia tak masalah. Ia membaca novel berge...