Minggu pagi saatnya pengurus OSIS untuk kerja rodi kesekian kali. Kalau ada yang mengatakan OSIS adalah babu sekolah. Mereka hanya menganggap angin lalu dan berkata SAKAREPMU!
Jam 7 pagi baru 4/5 yang datang. Masih kurang 5 menit lagi, jika terlambat mendapat denda 10 Ribu.
Yang sudah datang langsung bagi tugas. Ruang OSIS dikosongkan terlebih dahulu, agar lebih leluasa. Tetapi ternyata ruangan tidak cukup untuk menampung album plus 60+ manusia. Jadinya mereka berpindah ke aula. Mereka harus menyingkirkan kursi lagi. Setelahnya di sapu sampai bersih, ventilasi, pintu ditutup, AC dinyalakan.
OSIS yang telat berdiri mengantri di depan pintu, sebelum masuk mereka harus membayar denda. Lumayan, Osis mendapat tambahan dana 100 ribu lebih dalam beberapa menit. Angin yang menyegarkan.
OSIS dibagi menjadi beberapa tim, ada yang bagian berteriak memanggil album yang dipesan, ada bagian yang mencari album, ada yang packaging sekaligus menamai (Nama pemesan, isi pesanan, alamat)
Ternyata mengemas album membutuhkan waktu yang sangat lama. Sampai malam jam delapan mereka belum kunjung selesai. Belum pulang bahkan belum mandi. Wajahnya sampai kusam.
Reina saat ini sedang melakukan video call dengan Justin sambil makan nasi padang. Ia sangat kelaparan dari siang belum makan. Teman-temannya yang lain juga sudah pesan dan makan. Tetapi mereka membayar masing-masing untuk meminimalisir pengeluaran. Mereka bilang tidak keberatan. Mereka membeli sesuai keinginan diri sendiri, ada yang Kfc, pizza, burger, dan lain sebagainya.
"Eh kemaren lo kok bisa tumbang kayak gitu sih?" Tanya Angel penasaran kepada Reina.
"Habis ketemu setan gue, makanya langsung tumbang."
"Hah? Beneran?!"
"Enggaklah, tapi kelakuannya mirip-mirip sih hahahaha."
Reina berhasil menghabiskan nasi padang dalam waktu kurang dari delapan menit. Kalian tau sendiri kan porsi nasi padang seberapa. Yang lainnya bahkan baru separo.
Rangga mengangga, "Buset Rei, cepet banget. Laper lo?"
"Iyalah, pake ditanya."
Reina lalu pergi untuk membuang bungkus nasi padang dan cuci tangan. Reina menepuk perutnya dan bersendawa. Ia lalu kembali lagi ke aula. Saatnya menge-pack lagi.
Jam 10 akhirnya semua selesai, aula sudah dibersihkan dan meja kursi ditata kembali. Saatnya pulang yeay.
Reina duduk di halte sembari menunggu jemputan datang. Ia tidak menggunakan motor karena tidak diizinkan, apalagi pulangnya malam, sendirian pula. Orang tuanya melarang keras.
Beruntungnya Reina di halte tidak sendiri, masih ada beberapa osis lain yang juga menunggu jemputan. Sehingga ia tidak terlalu takut.
Cukup butuh waktu lama sampai jemputan datang. Reina kaget karena kedua orang tuanya ikut menjemput, ia kira hanya paman saja yang akan menjemputnya. Terlebih lagi, raut wajah mereka terlihat cemas dan panik. Mata mereka terus melihat ke arah sekitar seakan ingin memastikan sesuatu.
"Kenapa ma cemas begitu?" Tanya Reina penuh kebingungan.
"Cepet masuk," kode mamanya dengan tangan melambai.
Reina pun menuruti dan segera masuk ke dalam mobil.
"Kita ke luar negeri sekarang!" Ucap papanya.
"Hah?!" Reina tentu saja kaget, tanpa ada pemberitahuan sebelumnya tiba-tiba langsung ke luar negeri. "Dadakan banget ma, pa, terus barang-barang aku? Paspor dan lain-lain!"
"Udah mama bawain, tenang aja," ucap sang mama.
Reina merasa curiga, bukankah ini terlalu terburu-buru. Kesannya malah seperti kabur, ditambah dengan raut panik mereka. "Berapa lama?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Figuran Tingkat Tinggi
FantasyRena Dewi Aksara, seorang manusia biasa. Hidupnya terlalu lempeng, tak ada yang spesial. Semuanya biasa saja. Kerjaannya hanya membaca novel atau pun wattpad. Di sekolah ia tak menonjol , tak semua mengenalnya. Ia tak masalah. Ia membaca novel berge...