Break Up

41.6K 5.8K 442
                                    

Tak terasa dua minggu berlalu dengan cepat. Masa skors Reinard sudah berakhir, ia kembali sekolah seperti biasa. Walau masih banyak tatapan aneh yang dilayangkan kepadanya. Dari awal karakternya adalah dingin, tidak peduli, ya, bodo amat intinya.

Banyak pro dan kontra terkait kembalinya dia ke sekolah. Guru-guru gatal ingin menyindir tapi tentu tidak bisa. Dipecat, itulah resikonya.

Banyak yang merasa Helena tidak mendapat keadilan. Helena dikeluarkan dari sekolah, sedangkan Reinard hanya skors saja. Tapi apa boleh buat, Reinard adalah anak pemilik sekolah. Kembali lagi, dunia hanya berpihak pada rajanya.

Guru sosiologi sangat tidak suka terhadap hukum rimba ini. Dalam sosiologi, setiap ada kasus, kita dipinta untuk memihak pada korban terlebih dahulu. Apalagi bukti-bukti sudah kuat, bahkan sangat kuat. Tapi punishment yang didapatkan Reinard sangat tidak adil dibandingkan dengan Helena.

Bayangkan, seorang perempuan harus menanggung dosa. Ia mendapat dampak paling signifikan, putus sekolah dan kemungkinan kehamilan pada usia muda (dini). Sedangkan dari pihak laki-laki masih bisa meneruskan hidupnya seakan tidak terjadi ada apa-apa. Ini adalah kegeraman sesungguhnya yang dirasakan oleh guru sosiologi. Tapi guru sosiologi juga harus melihat dari sisi Reinard, itu yang ia tidak tau.

Tetapi sebelum itu, apakah Helena benar-benar korban? Apakah Reinard benar-benar menjadi pelaku utama dalam kasus kali ini? Entahlah, hanya Tuhan dan author yang menciptakan (Posesif Family)² lah yang tau kebenarannya.

***

Jujur, Queenzy belum siap untuk bertemu dengan Reinard lagi setelah pertemuan mereka di rumah Justin. Queenzy belum siap untuk bertatap muka dengan Reinard. Queenzy belum menyiapkan hatinya untuk menerima fakta menyakitkan. Ia juga belum rela melepaskan Reinard begitu saja. Ia sebisa mungkin menghindari Reinard. Ia tak akan mendatangi tempat yang sering ia datangi. Menghindar kemana saja asal tak bertemu dengan Reinard. Ia benar-benar belum siap.

"Queen, mau ikut ke kantin nggak?" Tawar Lily, ia memastikan karena tau bahwa Queenzy sedang menghindari Reinard mati-matian.

Queenzy tentu saja menggeleng, berada di kantin membuat peluang bertemu dengan Reinard menjadi lebih besar. Sama saja usahanya akan sia-sia.

"Yaudah, duluan yaa, nanti kalau mau nyusul, nyusul aja," pamit Ina.

Sebenarnya berada di kelas, Queenzy yakin ia masih bisa bertemu dengan Reinard, jika dia berinisiatif menemuinya. Tapi semoga saja tidak, harapnya.

Tidak di kantin, bukan berarti tidak makan. Ia memilih delivery makanan kantin, yang memang merupakan salah satu fasilitas sekolah swasta ini. Ia memesan nasi goreng extra pedas dengan minuman thai tea.

Omong-omong, ia hanya sendirian di kelas. Ia mengenakan airpod, mendengar alunan lagu bergenre ballad.

Tak butuh waktu terlalu lama, terdengar suara langkah kaki sangat cepat. Dengan tangan yang membawa nampan berisi nasi goreng dan thai tea.

Queenzy yang menyadari pesanannya sudah datang pun mengambil uang di tasnya. Ia mendongak untuk melihatnya, ia terkejut sampai uang yang dipegangnya jatuh. Terdengar suara kerincingan koin jatuh. Efek uang logam milik Queenzy yang berada di dompet kecil jatuh berserakan.

Queenzy memilih mengabaikan si pengantar pesanan dan ia memungut uang logamnya. Si pengantar pesanan ikut membantunya, tapi ia abaikan. Entah karena apa, ia jadi kesulitan mengambil koin dengan cepat. Setiap ia mengambil dan memasukkannya ke dompet, pasti terjatuh. Ia kesal sampai menangis. "ARGH!" Koin seribuan bergambar angklung menjadi daftar hitamnya mulai sekarang.

"I'm sorry," ujar si pengantar pesanan yang ternyat adalah Reinard. Reinard mengambil koin-koin tersebut dengan cepat. Ia memasukkan koin tersebut ke dompet lucu Queenzy. Ia merasa hatinya sangat sakit kala melihat air mata Queenzy terus bercucuran. Akhirnya ia memeluk Queenzy, disana Queenzy menumpahkan tangisnya yang terdengar pilu.

Figuran Tingkat TinggiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang