Regang

32.3K 4.6K 344
                                    

Senin kemudian berjalan seperti biasa, hanya saja kecanggungan masih terasa jelas di kelas 11 Mipa 4. Beberapa candaan berusaha dilontarkan untuk mencairkan suasana walaupun pada akhirnya tidak berguna. Sebab itu, mereka memutuskan untuk tidak peduli dan mengerjakan urusan masing-masing. Seolah-olah mengabaikan kecanggungan. Tapi beruntungnya masih ada beberapa yang berniat mengobrol, bercanda, bermain, setidaknya itu sedikit berhasil.

Reina sebenarnya tidak masalah, ia sibuk dengan ponselnya sendiri bermain game piano dengan lagu barat. Jarinya terus aktif bergerak menekan layar dan alunan lagu terus berputar di earphones nya.

Penyebab utama kecanggungan tentu saja Reinard dan Justin. Reinard terus mengeluarkan aura permusuhan. Dia juga bersikap seolah tidak kenal dengan Justin. Sedangkan Justin bingung ingin bertindak seperti apa. Jelas posisinya saat ini sangat salah, tidak bisa dibenarkan. Membela diri juga percuma.

Inti T-Rex yang lain bingung ingin memihak siapa. Kalau dilihat dari sudut pandang Reinard, jelas kalau Justin sangat bersalah, menyakiti kembarannya, bahkan ditinggal tunangan. Tapi kalau dari sudut pandang Justin, Justin hanya menuruti kedua orangtuanya yang ambis, obsesi, dan mata duitan. Selain itu Justin juga berusaha untuk menyenangkan sahabat kecilnya yang mungkin tidak lama lagi.

Reinard memilih untuk keluar dari kelas, menenangkan pikirannya. Berada di kelas terus-terusan bisa membuat amarahnya meledak. Ia memutuskan untuk pergi ke rooftop. Menenangkan pikiran dan merokok tentunya.

Tapi saat membuka pintu rooftop, ia terkejut bukan main. Begitu pula dengan orang yang berada di rooftop tersebut.

Niatnya menghindari kecanggungan tapi justru dipertemukan dengan kecanggungan yang lain.

Mereka berdua sama-sama terdiam, bingung akan bereaksi seperti apa. Sampai akhirnya Reinard berinisiatif untuk menghampiri Queenzy. Queenzy sangat canggung, ia tidak berani menatap mata Reinard. Ia pun memilih berdiri, berniat meninggalkan rooftop, juga Reinard.

"Jangan pergi," ucap Reinard saat melihat Queenzy berdiri.

Queenzy berusaha teguh dengan pendiriannya, ia tetap berjalan. Tapi Reinard meraih tangannya, membuatnya berhenti berjalan. Ia berusaha melepaskan tangan tersebut.

"Maaf," kata tersebut lolos dari mulut Reinard. Selama perjalanan tadi menuju rooftop, ia merenung memikirkan nasib kembarannya. Ia berpikir apakah itu karmanya karena meninggalkan Queenzy. Ia sadar ia sangat brengsek. Dan sialnya juga kenapa malah kembarannya yang terkena dampak. Kenapa tidak langsung ke dia saja? "Ak-gue brengsek banget ya? Maaf udah bikin lo kecewa. Perbuatan gue emang udah gak bisa dimaafin. Haha, dan sekarang yang kena karma malah kembaran gue. Sekali lagi, sorry." Reinard terkekeh miris setelahnya. "Semoga lo ketemu orang yang jauh lebih baik dari gue, yang cinta, setia cuma sama lo. Semoga lo terus bahagia."

Queenzy tertegun sebentar, lalu air matanya menetes tanpa sadar. Bahkan tenggorokannya terasa tidak nyaman, sampai-samoai ketika mengeluarkan suara, suaranya bergetar. "Yaaa, Reina gak berhak dapet karma karna perbuatan lo itu. Lo bener-bener brengsek. Kenapa lo..." Queenzy tidak mampu melanjutkan kata-katanya. Air matanya pecah.

Reinard bahkan juga tak sanggup mendengar suara bergetar Queenzy. Apalagi melihat tangisannya yang sudah pecah. Secara refleks ia memeluk Queenzy dan menepuk-nepuk punggungnya, berharap tangisnya reda. Tapi yang terjadi justru sebaliknya, Queenzy semakin sesegukan, ia menangis sampai pilek (ingusan).

Setelah beberapa menit, tangis Queenzy mereda. Ia mengusap air matanya dengan telapak tangan. Matanya membengkak, ia bisa merasakan itu, dan mungkin matanya juga memerah. "Maaf," ucapnya sedikit sengau. Alasan ia meminta maaf karena sadar bahwa mereka tidak ada hubungan, selain itu Reinard juga sudah menjadi suami orang, bahkan akan menjadi seorang ayah. Tentu tidak baik jika mereka berpelukan.

Figuran Tingkat TinggiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang