Reina dan Zidan berada di sebuah cafe yang sepi. Mereka berdua berfoto bersama, membuat berbagai ekspresi konyol. Lalu mengirimkannya ke email asli mereka. Walaupun tidak yakin akan terkirim atau tidak. Setidaknya mereka berjaga-jaga, siapa tau memang bisa terkirim dan bisa menjadi bukti kenangan. Lumayan bisa dipamerkan di dunia nyata kalau mereka pernah bertransmigrasi, pernah kaya di list 1-100 orang terkaya di dunia.
Reina sedang mengedit foto mereka berdua. Iseng-iseng saja, pengisi kegabutan.
Zidan meminum kopinya sampai tandas. "Anj*ng banget gua tadi malem ketemu kembaran lo. Mana ngajak duel balapan lagi."
"Menang apa kalah?" Tanya Reina yang masih sibuk mengedit.
"Kalahlah," ucap Zidan mendengus kesal.
Reina meletakkan ponselnya ke meja, lalu tertawa terbahak-bahak sambil memukuli meja. Zidan semakin kesal dibuatnya.
"Ya kan... king racing," Reina masih tertawa sampai keluar air mata.
"King racing prikkk," dari dulu Zidan benci dengan hal begituan yang menurutnya sangat tidak masuk akal.
"Loh buktinya lo kalahkan?"
"Kan gue gak pernah balapan sebelumnya," ucap Zidan memberi alasan.
"Kenapa gak latihan sih? Udah sampe di novel jangan disia-siain kesempatan emas buat balapan. Siapa tau kan di real life malah bisa jadi pembalap beneran."
"Gak tertarik"
Reina hanya tertawa lalu melanjutkan mengedit foto.
Reinard memasuki kafe, ia terkejut melihat pemandangan di depannya. Bagaimana bisa kembarannya terlihat akrab, dekat dengan musuhnya? Sejak kapan? Apalagi Reina tertawa terbahak-bahak, ia belum pernah mendengar tawa tersebut setelah acara pertunangan Justin dan Lily.
"Reina," panggil Reinard yang membuat kedua orang tersebut menegang.
Secara kompak, mereka berdua langsung bangkit dari kursi dan melirik satu sama lain. Jantung mereka berpacu kencang. Mereka segera balik badan untuk memastikan apakah yang memanggil Reina benar-benar Reinard.
Mereka bertiga terdiam beberapa saat.
"Ahaha.... Kok ada di sini Rei?" Tanya Reina sok basa-basi.
Reinard langsung menarik pergelangan tangan Reina dan membawanya ke belakang tubuhnya. "Gak usah deket-deket Zidan!"
Reina mengangkat alisnya, ia tau alasan kenapa Reinard melarangnya, semua orang juga sudah tau kalau Reinard dan Zidan memang bermusuhan. "Ya udahlah ya, cuma ngobrol biasa."
"Kenal dari kapan?" Tanya Reinard.
Zidan berinisiatif menjawab, "Belum lama, ya kan Rei?" Reina mengangguk menyetujui.
Mata Reinard menajam, "Lo udah tau kan kelakuan Zidan kayak gimana?" Setiap kata diucapkan Reinard dengan penekanan dan desisan diakhir.
Reina mengangguk lagi, "Tau kok, dia dulu trouble maker, play boy, sok jagoan, sering tawuran, cari masalah sama geng lo, brengsek juga kan?"
Zidan melotot tak terima dengan penuturan Reina. Tidak salah sih, tapi kan itu dulu, waktu sebelum ia menempati raganya yang sekarang. Sedangkan semenjak ia bertransmigrasi, ia tidak pernah, eh jarang melakukan tindakan yang negatif-negatif.
"Tapi kan Rei, itu dulu. Buktinya sekarang dia jarang cari ribut kan? Bahkan kalian udah nggak pernah tawuran," Zidan menyombongkan senyumnya ketika Reina melanjutkan kalimatnya.
Reinard terdiam, lalu menyuruh Reina untuk memesankan minuman untuknya. Jadi hanya tersisa ia dan Zidan saja. "Oh ini rencana lo? Diem-diem deketin Reina? Tujuannya?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Figuran Tingkat Tinggi
FantasyRena Dewi Aksara, seorang manusia biasa. Hidupnya terlalu lempeng, tak ada yang spesial. Semuanya biasa saja. Kerjaannya hanya membaca novel atau pun wattpad. Di sekolah ia tak menonjol , tak semua mengenalnya. Ia tak masalah. Ia membaca novel berge...