Ups, Ketauan😳

40.2K 5.6K 400
                                    

Pancingan dan cibiran baik secara langsung maupun tidak langsung oleh Reina terhadap beberapa tokoh tampaknya membuahkan hasil. Mereka sedikit menggunakan otak, kekayaan dan kekuasaan untuk menemukan kebenaran. Walau sebenarnya sudah sangat terlambat.

***

Rangga sudah masuk sekolah, ia sempat disidang oleh beberapa guru. Tapi ia sudah meyakinkan mereka bahwa ia tak membawa nama sekolah sama sekali. Beberapa osis lain juga dipanggil sebagai saksi.

Rangga dan Reina membahas soal usda, mereka sudah mendapatkan lebih dari 40 juta. Tapi yang membuat bisa mendapatkan sebanyak itu adalah hasil dari balapan Rangga.

"Lo tau nggak? Open PO album udah sampai 500-an. Semuanya udah disortir, form udah ditutup, sebagian besar udah bayar lunas. Sisanya baru dp. Vinny udah bilang ke kakak atau kerabatnya entahlah itu, dan dia bilang udah disiapin. Vinny juga udah otw ke Korea. Perkiraan balik sekitar Sabtu sore. Packaging nya pasti butuh waktu lama, gak mungkin sehari bisa selesai. Jadi kita bakal ambilnya Sabtu malam, ini ngemasnya mau dimana? Di ruang osis, aula, audiovisual atau rumah siapa gitu? Tapi jangan rumah Vinny, kasian capek."

"Di ruang Osis aja," jawab Rangga.

"Minggu pagi jam 6 harus udah sampe di sekolah," kata Reina.

"Hah? Pagi banget, jam 7 lah."

Reina menggeleng, "Oke, jam 7 gak boleh telat semenit pun. Telat lebih dari 5 menit denda 10 ribu."

"Kejem anjir," Rangga speechless.

"Cuma 10 ribu"

Tiba-tiba ada Justin yang menghadang perjalanan mereka. Justin sudah beraura suram dengan mata menajam. Rangga merasa sedikit merinding.

Justin menarik tangan Reina, ingin membawanya ke kelas.

"Eh eh eh, lepas.... Gue belum selesai ngomong sama ketos!" Reina berusaha melepas pegangan tangan Justin. Tapi Justin tak juga kunjung melepasnya.

Rangga mengikuti mereka bedua, "Terus yang buat ngemas udah ada kan?"

Reina menengok ke belakang, "Iya udah, ada adkel osis yang kebetulan punya usaha packaging. Dia ngasih diskon juga. Desain sama warna dipilih sama yang lain dan mereka juga udah fiks." Reina berusaha melambatkan langkahnya walau Justin melangkah dengan sangat cepat. Ia merasa terseret-seret sejujurnya. Lehernya menjadi pegal karena terus menengok ke belakang. Tangannya jangan ditanyakan lagi kondisinya bagaimana.

"Oke thank you!" Setelah itu Rangga tidak mengikuti mereka (lebih tepatnya Reina) lagi.

Karena Rangga tak mengejarnya, jarak mereka semakin jauh. Sehingga Reina harus berteriak. "JANGAN LUPA KASIH TAU YANG LAIN!" Rangga merespon dengan mengacungkan jempol kanannya.

Justin hanya berdecak, ia sekarang berganti memegang pundak Reina dan mendorongnya menuju ke kelas. (Justin berada di belakang Reina)

"Kenapa dah? Anjirrr pelan aja jalannya. Bisa nyusruk ni gue," kaki Reina melangkah kecil-kecil tapi cepat. Ia berusaha mengerem dorongan dari Justin.

Justin pun memelankan langkahnya, ia pun melepas tangannya dari pundak Reina. "Jangan deket sama Rangga"

"Dia ketos breee, gue ketua panitia Explo. Ya kali gak boleh deket-deket."

Justin tampak terkejut, "Kamu ketua Explo? Bukan waketos? Atau panitia?"

"Waketos mental tempe, trauma dia. Harusnya panitia bisa sih. Tapi gak ada yang mau jadi panitia. Yang daftar aja juga gak ada. An*ing banget."

"Jangan ngumpat"

"Sorry, kebiasaan"

"Hm"

Prikkk, ucap Reina dalam hati.





Figuran Tingkat TinggiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang