Bab 4

1K 63 0
                                    

Teruslah tersenyum, karena melihatmu tersenyum itu sudah termasuk kebahagiaan bagiku.
~Muhammad Irsyad Al-Fatih~
___________________________________

Sudah setengah hari Laila berada di rumah sakit untuk menemani Pak Roni yang masih terbaring lemas. Laila juga menyuruh Ibu Sulis untuk pulang beristirahat di rumah, karena ia tidak tega melihat Ibu Sulis yang sudah terlihat sangat lelah menemani Pak Roni sejak pagi.

“Pak, Laila izin mau shalat dzuhur dulu ya?” Sambil mencium tangan Pak Roni.

“Iya nak,” jawab Pak Roni sambil mengukirkan senyumannya.

“Jangan kemana-mana ya, Pak? kalau mau apa-apa bisa panggil suster,” pesan Laila.

Pak Roni pun tersenyum, “Iya nak.”

Pak Roni merasa bersyukur mempunyai anak seperti Laila yang sangat menyayangi kedua orang tuanya. Berbeda jauh dengan sang adiknya, Ayla sampai sekarang pun belum menjenguknya.

“Kalau gitu, Laila pamit, assalamu'alaikum.” Laila pun melangkahkan kakinya keluar dari ruangan tersebut.

“Waalaikumsalam,” balas Pak Roni.

Saat itu, Laila yang hendak membuka pintu langsung dikejutkan oleh Irsyad yang tiba-tiba saja masuk. Tanpa  disengaja, kedua netra mereka saling bertemu beberapa detik saja.

“Astaghfirullah,” gumam Laila sambil menundukkan pandangannya.

“Eh ... maaf, kalau saya masuk tanpa permisi,” ucapnya sambil ikut menundukkan pandangannya.

Laila pun mengangguk pelan, “Permisi.” lalu melangkah pergi sambil sedikit membungkukkan badannya.

Irsyad masih saja memandangi Laila yang kini sudah mulai menjauh, sampai-sampai ia melupakan bahwa ada Pak Roni yang sedang memperhatikan tingkahnya.

“Ekhem,” deheman dari Pak Roni membuat Irsyad tersadar dan langsung beristighfar.

“Kamu menyukai anak saya?” tanya Pak Roni dengan sedikit tawanya.

“E--enggak Pak,” jawab Irsyad sedikit terbata-bata.

Pak Roni pun langsung terkekeh, “Saya cuma bercanda kok, lagiankan mana mungkin kamu menyukai anak saya.” ucap Pak Roni lalu menghela nafas panjang.

Irsyad pun membalasnya dengan senyuman, ‘Tidak ada yang tidak mungkin Pak, buktinya sekarang saya mencintai anak Bapak. Walaupun baru pertama kali bertemu. Karena anak Bapak itu, berbeda dari wanita yang lain.’ batin Irsyad.

“Saya periksa dulu ya, Pak?“ Irsyad pun langsung mendekat dan memeriksa keadaan Pak Roni sekarang. Pak Roni pun langsung mengangguk mengiyakan.

                                     ***

Laila yang baru saja selesai melaksanakan shalat dzuhur di masjid, dan tidak lupa untuk berdo'a kepada Allah SWT agar diberikan jalan kemudahan baginya untuk bisa membayar biaya rumah sakit. Karena tabungan yang Laila miliki, tidak terlalu cukup. Sekarang ia sedang di landa kebingungan, bagaimana ia harus membayar kekurangannya.

Tidak Laila sadari, sebening air matanya pun terjatuh membasahi kedua pipinya. Laila memang orangnya mudah sekali menangis, terkadang hanya dengan kata-kata yang baginya sedih saja bisa membuatnya mengeluarkan air matanya.

Setelah pikirannya lebih tenang, Laila memutuskan untuk kembali ke ruang Pak Roni. Tiba-tiba, entah mengapa kepala Laila terasa pusing, pandangannya pun mulai sedikit tidak jelas dan pudar.

“Astaghfirullah,” lirih Laila. Dengan cepatnya ada seseorang menahan tubuhnya yang hampir saja terjatuh pingsan.

“Kamu gak papa?” tanya seseorang itu sambil mencari tau siapa wanita ini.

Cinta Sang Dokter {END}/ Proses RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang