Bab 5

1K 58 1
                                    

Memilih salah satu diantara dua pilihan itu sangat sulit bagiku. Jalan satu-satunya adalah dengan cara Salat Istikharah.
~Muhammad Irsyad Al-Fatih~
____________________________________

Sore hari, dimana Laila dan Pak Roni sudah diperbolehkan untuk pulang karena Laila sudah membayar biaya rumah sakitnya. Saat ini, Pak Roni harus menggunakan kursi roda karena kakinya yang tidak memungkinkan untuk bisa berjalan. Irsyad pun membantu Pak Roni untuk duduk di atas kursi rodanya dengan hati-hati.

“Makasih ya, dok,” ucap Pak Roni kepada Irsyad yang tengah sibuk membantu Pak Roni.

Irsyad pun menoleh kearah Pak Roni lalu tersenyum, “Ini sudah menjadi kewajiban saya untuk bisa menolong, Pak. Ouh ya, panggil Irsyad saja ya, Pak.” pinta Irsyad.

Pak Roni pun mengangguk sambil tersenyum.

Ceklek!

Suara pintu pun terbuka membuat kedua lelaki tersebut menoleh kearah pintu secara bersamaan.

“Assalamu'alaikum,” sapa wanita paruh baya yang tiba-tiba masuk ke dalam ruangan Pak Roni.

Wanita paruh baya itu pun melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan dan di ikut oleh Laila dibelakangnya.

“Waalaikumsalam,” jawab Irsyad dan Pak Roni.

“Bagaimana keadaan bapak?” tanya wanita paruh baya itu yang tak lain adalah Ibu Sulis.

“Alhamdulillah, sudah membaik bu.” Irsyad pun langsung menjawab pertanyaan dari Ibu Sulis.

Laila yang mendengar kabar bahwa Pak Roni sudah membaik, ia mengucapkan hamdallah secara berulang-ulang kali dalam hatinya.

“Kalau gitu, saya pamit, assalamu'alaikum.” Irsyad pun melangkah pergi dan pada saat berada di samping Laila, ia melirikkan pandangannya sebentar. Lalu kembali melangkah ke depan karena yang ia lirikan hanya fokus memandang ke bawah.

“Waalaikumsalam,” jawab Laila dan kedua orang tuannya.

Laila pun menoleh ke belakang untuk melihat Irsyad sekilas karena ia merasa bahwa Irsyad memandanginya. Lalu kembali fokus ke kedua orang tuanya dan setelah itu, membantu Pak Roni untuk mendorongkan kursi rodanya.

“Biar Laila saja yang mendorong bapak.” Laila pun membantu mendorong kursi roda nya untuk keluar dari ruangan tersebut. Lalu di ikuti oleh Ibu Sulis di belakangnya.

“La, sepertinya ... nak Irsyad suka sama kamu?” ujar Pak Roni.

Laila yang tadinya fokus jalan, akhirnya terhenti karena ucapan bapaknya itu. Tidak hanya Laila, Ibu Sulis pun ikut memberhentikan langkahnya dan dengan sedikit terkejut.

“Ma--maksud bapak, dokter Irsyad?” tanya Ibu Sulis dengan sedikit bingung.

Pak Roni pun mengangguk. Laila hanya terdiam tidak merespon ucapan dari Pak Roni. Karena ia tidak mau terlalu memikirkan cinta yang belum halal, karena itu hanya bisa mendatangkan kekecewaan saja.

“La?” panggil Pak Roni.

“Iya Pak?”

“Kamu kenapa diam saja?”

“Terus Laila harus jawab apa, Pak?”

“Ya gak papa sih, bapak cuman mau kamu fokus pada masa depan dan cita-cita dulu. Dan ingat, jangan memikirkan soal cinta dulu ya. Karena bapak gak mau, kamu seperti Ayla.”

Laila pun berjongkok menghadap Pak Roni. Lalu ia menggelengkan kepalanya.

“Iya Pak, Laila juga tau,” balas Laila. Ia pun langsung bangkit dan memeluk sang bapak nya, setelah itu bergantian memeluk ibunya.

Cinta Sang Dokter {END}/ Proses RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang