Bab 24

830 46 0
                                    

Setiap perbuatan buruk yang kita lakukan, pasti ada sebuah penyesalan di saat kita telah melakukannya.
~Naura Asyifa~
_________________________________

Setelah sekian lama, akhirnya mata pelajaran kuliah sudah selesai. Kini, Karin dan kedua sahabatnya sedang menikmati waktu istirahatnya di kantin. Mengisi perut mereka yang sudah lama ingin di isi. Sesekali mereka berbincang-bincang.

"Lo yakin mau ngelakuin itu?" tanya Tia sambil meminum minumannya.

Karin mengangguk mantap dengan rencananya. Ia tidak mau sampai saudara sepupunya itu menjadi perusak hubungannya dengan Irsyad.

"Gue nggak bakal bisa tinggal diam saat gadis kampungan itu mendekati Mas Irsyad. Sudah cukup dia merebut kebahagiaan gue di masa lalu," ujar Karin dengan sedikit nada emosi.

"Kalau gue jadi lo juga nggak bakal terima. Gue kasih pelajaran tuh cewek," sambar Yana menyetujui rencana Karin.

"Tapi, Laila bukannya saudara lo?" tanya Tia sambil menatap ke arah Karin.

"Gue nggak peduli dia siapa!" ketus Wanita berambut lurus itu.

"Tapi, apa nanti nggak takut ketahuan?" tanya Tia kembali.

Karin berdecak kesal karena sahabatnya ini meragukan dirinya. "Lo itu mau dukung gue apa nggak sih!" geram Karin dengan tatapan tajamnya.

"Eh, iya gue dukung kok. Hanya saja takut kalau lo ketahuan," jelas Tia lalu melanjutkan makan kembali.

"Tenang, nggak bakal ketahuan. Nanti gue pakai mobil kok," jawabnya dengan santai.

"Kita ikut juga?" tanya Yana.

"Iya dong."

Yana dan Tia hanya mengangguk paham apa yang diperintahkan Karin. Kedua sahabat Karin itu tak berani membantah atau pun melawan.

Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang tengah memperhatikan dan bahkan sudah merekam semuanya. Bukti ini akan ia simpan jika ketiga wanita itu benar-benar melakukan rencananya. Seseorang itu hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan busuk Karin dan kedua sahabatnya itu.

"Tunggu saja akhir dari permainanmu, Karin. Setiap melakukan perbuatan buruk, pasti kita akan menyesal saat kita telah melakukannya," ucap seseorang tersebut dengan tersenyum.

***

Seorang wanita tengah bersiap untuk menyalakan mesin mobil. Di temani oleh kedua sahabatnya di belakang. Mereka sedang menunggu seseorang yang biasanya lewat dari jalan ini. Rasa senang terukir di wajah Karin saat melihat saudara sepupunya akhirnya datang juga. Ia pun menyalakan mesin mobilnya, kemudian berjalan dengan kecepatan tinggi.

"Laila awas!!" teriak seorang wanita paruh baya itu dengan berlari dan mendorong tubuh Laila agar tidak tertabrak.

Bruk!

Seorang wanita paruh baya itu tergeletak di tanah dengan kondisi lemah. Laila yang melihat kejadian tadi, langsung menghampiri ibu dari Irsyad.

"Bu Rani! Bangun, Bu! Tolong!!" teriak Laila histeris. Ia sangat sedih karena sebuah pengorbanan yang Rani lakukan padanya. Kemudian, semua orang yang melintas di tempat tersebut langsung membantu membawa Rani ke rumah sakit.

Sedangkan sebuah mobil yang ditumpangi Karin dan kedua sahabatnya itu melaju dengan kencang. Mereka tak menyangka jika akan seperti ini. Karin memberhentikan mobilnya di sebuah tempat yang jauh dari kejadian tadi.

"Sialan! Kenapa Tante Rani menolong Laila sih!" gerutu Karin. Wanita itu mengacak-acak rambutnya karena sedikit menyesali atas kejadian tadi.

"Gawat, nanti lo kalau ketahuan sama Pak Irsyad gimana?" tanya Yana.

"Lo semua jangan takut-takuti gue! Ini semua kan tidak disengaja," balas Karin dengan seluruh tubuhnya yang sudah gemetar. Bayang-bayang kejadian tadi selalu terlintas dalam pikirannya.

"Golongan kita nggak ikut-ikutan, Rin. Lo harus tanggung jawab," jelas Yana.

Karin menoleh ke belakang dengan menatap tajam ke arah 2 sahabatnya itu. "Kalian semua bantu gue buat ngerahasiain ini semua!" pinta Karin.

Yana sedikit menoleh ke arah Tia. Kedua sahabat Karin itu mengangguk menyetujui untuk merahasiakan semua ini. Pasalnya mereka juga tidak mau sampai terlibat urusan ini.

"Terus sekarang gimana?" tanya Tia.

"Kita pulang aja."

Akhirnya, ketiga wanita itu memutuskan untuk pulang agar kejadian tadi tak terbayang-bayang kembali. Beruntung, mobil yang mereka tumpangi tak ada satu pun yang mengejar bahkan sepertinya tak ada yang menyadari ciri-ciri mobilnya.

Setiap apa yang kita perbuatan, pasti Allah SWT akan melihatnya. Entah itu perbuatan baik atau pun buruk. Seperti yang sudah dijelaskan dalam QS. An-Nisa ayat 1 yang artinya :
"... Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu."

Jadi, lakukanlah perbuatan baik selama di dunia. Agar kita tak menyesal di kemudian hari.

***

Laila duduk di kursi sambil menangis melihat kondisi Rani yang belum juga sadarkan diri. Ia sangat khawatir dengan keadaannya. Gadis itu juga sangat merasa bersalah, karena Rani--Ibu dari sang dokter itu telah mengorbankan nyawanya. Demi menyelamatkan Laila dari kejadian tabrakan tadi, Rani rela mengorbankan dirinya.

"Zah, Bunda ada di mana?" tanya Irsyad dengan sedikit khawatir.

Laila pun bangkit dari kursi. Ia menundukkan kepalanya karena tak kuasa melihat Irsyad yang terus saja bertanya.

"Bunda masih dalam penanganan, Pak. Maafkan saya ... gara-gara menolong saya Ibu Rani jadi seperti ini," jelas Laila merasa bersalah.

"Apa! Jadi kamu yang membuat istri saya menjadi seperti ini?" ucap seorang lelaki paruh baya dengan nada yang sedikit tinggi. Lelaki itu menghampiri Laila dan Irsyad.

"Jangan menyalakan Izzah, Ayah!" gertak Irsyad.

"Diam kamu! Sudah jelas dia yang membuat Bundamu seperti itu. Jadi ini, wanita yang kamu cintai itu? Ternyata dia tak sebaik apa yang kamu pikirkan," balasnya dengan sedikit tersenyum meremehkan.

"Ay--”

"Pak Irsyad, sudah. Saya nggak papa kok, emang saya juga yang salah." Gadis itu sedikit takut akan keributan di keluarga Irsyad.

"Saya akan melaporkan kamu ke polisi!" ujar lelaki paruh baya itu.

Deg!

Laila langsung membelalakkan pandangan menatap ke arah Faiz, Ayah dari Irsyad. Air matanya langsung turun di kala lelaki itu ingin melaporkan ke polisi. Jika dirinya di penjara, semua cita-citanya akan hancur. Kemudian, kedua orang tuanya akan merasa kecewa kepadanya.

"Ayah, nggak bisa gitu dong! Belum ada saksi dan bukti atas kecelakaan tadi. Jadi, Izzah belum tentu salah," terang Irsyad dengan nada emosi.

Tiba-tiba seorang dokter yang menangani Rani pun keluar.

"Bagaimana keadaan Bunda saya, Dok?" tanya Irsyad dengan cepat.

"Mohon maaf, Pak. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi Allah berkehendak lain," ucap wanita berjas putih itu.

Irsyad langsung menggelengkan kepalanya, kemudian langsung berlari ke ruangan Rani. Sedangkan Laila yang hendak masuk, tetapi dicegah oleh Faiz.

"Mari, ikut saya!" gertak Faiz dengan mencengkam tangan Laila dengan kuat.

"Pak, lepasin saya." Laila terus saja memohon.

"Kamu harus bertanggung jawab atas semua ini!" ujar lelaki paruh baya itu.

Laila hanya bisa pasrah dengan apa yang terjadi. Gadis itu terus saja meneteskan air matanya. Ia tak mau sampai membuat keluarganya kecewa. Namun, ia yakin jika Allah tidak akan memberikan ujian diluar batas kemampuan seorang hamba-Nya.

-

-

-

-

Bersambung...

Cinta Sang Dokter {END}/ Proses RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang