Bab 17

728 45 0
                                    

Sebuah pengorbanan yang dilakukan olehnya, membuat hatiku merasa bersalah atas semua kesalahanku padanya. Terutama kepada orang tua.
~Ayla Azzura~
___________________________________

Seperti biasa, cahaya mentari kini masuk melewati lubang-lubang kecil dari jendela. Gadis berseragam abu-abu putih itu kini sudah siap untuk berangkat ke sekolah. Dengan penampilan yang masih terbuka, dan belum memakai hijab. Karena di sekolahnya memang diperbolehkan untuk tidak berhijab bagi siapapun. Tapi sudah setiap hari Laila selalu mengingatkan agar sang adiknya itu untuk segera berhijab, tapi Ayla selalu bersikeras tidak mau. Laila hanya bisa berdoa agar sang adiknya itu segera mendapatkan hidayah.

Karena berhijab bagi seorang muslimah itu wajib. Seperti yang sudah diperintahkan Allah SWT dalam QS. Al-Ahzab ayat 59 yang artinya :

Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, “Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.

Maka dari itu, Laila sebagai sang kakaknya tidak pernah untuk mengingatkan Ayla. Walaupun, pesannya itu tidak membuat Ayla untuk berubah. Tapi, setidaknya, sedikit-sedikit hatinya akan tersentuh dan berniat untuk mulai berhijrah.

Setelah sudah bersiap semua, Ayla pun mengambil tasnya lalu keluar dari kamarnya. Seperti biasa, Ayla selalu pergi ke sekolah tanpa mau berpamitan kepada keluarganya. Sungguh, pergaulannya itu membuat Ayla berubah seratus persen dari sebelumnya.

“Ayla, biasakan untuk berpamitan kepada Ibu dan juga Bapak.” Laila menegur Ayla agar adiknya itu tidak terus menerus seperti ini.

“Hm.” Ayla hanya menjawab dengan deheman. Bola matanya pun berputar malas. Gadis berseragam SMA itu dengan rasa terpaksa langsung menyalami kedua orang tuanya.

Di tengah perjalanan, rasanya gadis itu bingung ingin ke mana. Pasalnya, ia sudah di keluarkan oleh pihak sekolah. Ayla di keluarkan dari sekolahnya karena selalu melanggar terus menerus sampai ia mendapat banyak poin. Ia juga ketahuan oleh guru saat ingin bolos sekolah dan alhasil ia di keluarkan begitu saja.

Ayla juga belum bercerita tentang ini kepada keluarganya. Karena dirinya tidak mau sampai dibanding-bandingkan sama sang kakaknya itu. Terlebih lagi, Laila sekarang kuliah dan dapat beasiswa karena kepintarannya. Gadis itu selalu berpikir jika Tuhan tidak adil kepadanya.

Gadis itu mendudukkan dirinya di kursi taman. Menikmati embusan angin yang menerpa wajah cantiknya itu. Sesekali ia melihat sekeliling, banyak sekali anak sekolahan. Gadis itu juga sedikit kecewa dengan apa yang dilakukan oleh Doni. Karena pada akhirnya, keburukan yang dimiliki oleh Doni terungkap olehnya.

Karena pada waktu itu, Ayla sedang menuju kantin sekolahnya untuk mengisi perutnya yang sudah mulai keroncongan. Tapi, netranya melihat pacarnya itu sedang berduaan dengan siswi kelas sebelah. Dari kejadian itu, Doni memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Ayla. Dan sejak itu pula, Ayla sedikit ada perubahan dari sikap melawan dari keluarganya.

“Eh ... Ayla, ya?” tanya seorang wanita berambut panjang itu. Wanita itu langsung mendudukkan dirinya di sebelah Ayla.

Ayla menoleh ke arah wanita itu. “Kak Rin, ada apa?” tanya Ayla.

Ya, wanita itu adalah Karin. Wanita itu bersama kedua sahabat yaitu Atia  dan Ayana. Atau bisa juga dipanggil Tia dan Yana. Ayla selalu memanggilnya 'Kak Rin' karena dari dulu ia sudah terbiasa memanggilnya dengan sebutan itu.

“Ternyata penampilan lo sama Laila beda, ya?” Karin tampak memperhatikan Ayla dari atas sampai bawah.

Ayla berdecak sebal. “Ck, jangan pernah sama-samain gue dengan Kak Laila.” Ucapan Ayla penuh penegasan.

“Wih ... gaya lo keren juga,”celetuk Karin. Kedua teman Karin pun ikut tertawa sembari menepuk-nepuk tangannya.

Ayla yang sudah tidak tahan dengan keberadaan trio itu, langsung bangkit. Saat hendak melangkahkan kakinya, tiba-tiba saja Karin mencegahnya.

“Mau ke mana?” tanya Karin.

“Mau ke sekolah,” balas Ayla bohong.

“Gak usah bohong, deh. Gue tau, lo itu di keluarkan dari sekolah,” ketus Karin.

Ayla bergeming. Gadis itu tampak bingung untuk menjawab dari pertanyaan saudaranya itu. Tapi, Ayla juga berpikir ... kenapa Karin bisa mengetahuinya. Padahal, ini privasi dan gak ada yang mengetahui kecuali pihak sekolah dan temannya. Bahkan kedua orang tua dan sang kakaknya pun belum mengetahui.

‘Ini waktunya pembalasan gue sama lo dulu. Setelah itu, baru sama kakak lo itu,’ batin Karin sambil tersenyum miring.

“Oh, ya, Ay. Mau gak kita jadi temen se geng?” ajak Karin membuat kedua sahabatnya itu melongo tak percaya. Karena bagaimana bisa, Karin itu 'kan membenci banget keluarga Laila. Tapi, sekarang malah diajak ikut kumpulannya.

Ayla menaikkan satu alisnya sembari menatap Karin dengan heran.

“Jangan salah paham, gue itu mau baikkan,” tutur Karin.

Tanpa berpikir lama, akhirnya Ayla mengangguk setuju. Keempat wanita itu pun langsung pergi dari tempat itu secara bersama. Karin merencanakan sesuatu, makanya ia mengajak Ayla untuk ikut gengnya itu. Dengan senyuman miring membuat kejahatannya itu semakin jelas. Tapi, sayangnya tidak ada yang mengetahuinya.

                                      ***

“Maaf, Bu. Saya ke sini cuma mau bilang kalau saya ingin resign dari pekerjaan ini?” ungkap seorang gadis bergigi gingsul itu. Gadis itu menundukkan kepalanya karena ia merasa seperti tidak berterimakasih dan tak tau diuntung. Tapi, baginya ini adalah jalan terbaik untuk menghindar dari pesona lelaki itu.

“Kenapa, La? Apa pekerjaan ini mengganggu kuliah kamu?” tanya Rani. Ya, gadis itu adalah Laila. Dengan segera Laila menggelengkan kepalanya.

“Bukan gitu, Bu. Tapi, Laila sudah diajak teman kuliah untuk ikut bisnis.” Laila pun berkata bohong kepada Rani. Rasa bersalahnya kini kian menjadi. Tapi, mau bagaimana lagi ini mungkin yang terbaik. Karena gadis itu tidak menjadi perusak hubungan orang.

“Benar, nih. Alhamdulillah kalau gitu, La. Tapi, kalau misalnya kamu mau bekerja lagi di sini ... InsyaAllah diterima kembali,” tutur Rani. Kemudian pemilik restauran itu langsung mengambil sebuah amplop berisi uang gajian Laila.

“Ini, kamu terima, ya." Rani menyodorkan uang tersebut kepada Laila.

Dengan rasa canggung untuk menerimanya, Laila pun akhirnya menerimanya walau dihatinya ada rasa tidak enak.

“Terimakasih, Bu. Kalau gitu, Laila pamit, assalamualaikum.” Laila pun mencium tangan Rani. Kemudian, keluar dari tempat itu dengan rasa sedih.

“Waalaikumsalam.” Rani menatap punggung belakang Laila yang kini kian menjauh. Ia bisa merasakan jika Laila keluar pasti ada penyebabnya. Tapi, Rani itu sosok yang tidak mau tahu tentang hidup orang lain.

Di tengah perjalanan, rasa lelah ditambah keringat yang sudah mulai keluar, membuat seluruh tubuh Laila lemas. Sudah beberapa jam ia berkeliling untuk mencari sebuah pekerjaan, tapi nyatanya belum ketemu juga.

Tanpa disengaja, netranya melihat Karin, Ayla dan kedua temannya sedang berjalan di tepi jalan bersama. Awalnya Karin dan Ayla begitu akrab. Tapi, setelah dilihat ... ternyata Karin langsung mendorong Ayla saat ada mobil dari arah kiri berlaku dengan kencang.

“Ayla!” jerit Laila. Dengan cepat gadis berlari dan langsung mendorong Ayla agar menjauh. Akhirnya Ayla pun terjatuh di tanah dan selamat dari tabrakkan.

Bruk!

“Kak Laila!!” teriak Ayla saat melihat kejadian yang mengenaskan menimpa sang kakaknya.

-

-

-

-

Bersambung...

Cinta Sang Dokter {END}/ Proses RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang