Bab 11

815 47 0
                                    

Pilihlah salah satu yang benar diantara dua pilihan. Jangan sampai, pilihanmu itu akan membuat penyesalan di kemudian hari.
~Muhammad Irsyad Al-Fatih~
____________________________________

Menikmati suasana senja dari jendela kamarnya, membuat lelaki itu merasakan ketenangan. Matahari yang mulai terbenam, menampakkan cahaya berwarna oranye. Baginya, suasana senja dapat membuat pikiran menjadi lebih tenang. Suasana keindahan yang Allah ciptakan.

Tiba-tiba saja, pintu kamarnya terbuka. Lelaki yang sedang menikmati senja itu, langsung menoleh dan sedikit terkejut.

"Kamu siap-siap. Nanti malam, akan ada kedatangan seorang wanita dan keluarganya yang ingin dijodohkan dengan kamu," ucap lelaki paruh baya itu kepada sang anak laki-lakinya.

"Ta--tapi, aku gak mau, Ayah."

"Tolong, kamu jangan membantah perintah Ayah!" Lelaki paruh baya itu sedikit tegas.

Saat sang Ayahnya sudah pergi, lelaki itu mengacak-acak rambutnya dengan kasar. Rasanya ingin sekali menolak, tapi bagaimana caranya? Ia hanya bisa pasrah dan serahkan semuanya pada sang Pencipta. Karena, lelaki itu yakin pasti Allah akan memberikan yang terbaik buat hamba-Nya.

"Ya, Allah, bagaimana ini?" ucapnya dengan lirih.

Tiba-tiba saja, pintu terketuk dan terbuka secara perlahan. Terbukanya pintu, membuat elaki itu langsung bersikap seperti biasa kembali.

“Assalamu'alaikum,” sapa Rani kepada anak lelakinya itu.

“Waalaikumsalam, Bunda.” Irsyad pun tersenyum kepada Bundanya. Ia berusaha untuk bersikap biasa di depan Bundanya.

“Bunda tahu, pasti kamu sedang bingung, ‘kan?” tebak Rani.

Irsyad hanya mengangguk mengiyakan. Rasanya, ia sedang dilema oleh 2 pilihan ini. Karena, Ayahnya bersikeras untuk menerima perjodohan ini.

“Bunda yakin, kamu bisa mengambil keputusan tanpa menyesal di kemudian hari. Jangan lupa, untuk selalu shalat istikharah, ya.” Rani memeluk sang anaknya. Lelaki itu langsung membalas pelukan dari Bundanya. Tak terasa, air matanya menetes hingga jatuh di pakaian Bundanya.

Rani sedikit melonggarkan pelukannya, kemudian tersenyum.

“Tapi, Bun. Irsyad mencintai Laila. Kalaupun Irsyad melamar dia sekarang, itu sesuatu yang gak mungkin. Itu hanya bisa membuat Laila menjauh dari Irsyad.” Irsyad mengusap wajahnya dengan kasar. Lelaki itu tidak tahu harus berbuat apa. Irsyad hanya merasakan sesulit itukah jatuh cinta kepada seseorang.

“Bunda, tahu. Tapi ... Ayahmu bersikeras tidak mau membatalkan perjodohan ini. Keluarga wanita itu pun sudah menerimanya, tinggal kamu saja.” Kemudian Rani pun mengelus pundak Irsyad. Lalu pergi keluar, membiarkan Irsyad sendirian.

Adzan maghrib pun berkumandang dengan merdu. Lelaki itu memutuskan untuk segera shalat terlebih dahulu, agar hatinya menjadi tenang.

Dinginnya air wudhu yang membasahi seluruh wajahnya, membuat Irsyad sudah merasakan ketenangan. Setelah selesai, Irsyad pun langsung memakai baju koko dan tak lupa dengan sarungnya. Lelaki itu menggelar sajadahnya dan mulai melakukan gerakan shalat dengan khusyuk.

Tidak lupa setelah selesai shalat, ia pun mengambil Al-Qur'an. Sudah menjadi kebiasaan Irsyad saat selesai shalat, membaca Al-Quran. Karena Irsyad teringat pesan dari seorang gurunya, pada saat masa putih abu-abu ‘Bacalah Al-Quran walaupun sehari hanya satu ayat’. Tapi, Irsyad sedang berusaha untuk beristiqamah untuk membaca Al-Quran 1 hari 1 juz.  Walau terkadang, waktunya tidak sempat gara-gara tugasnya menjadi dokter.

Cinta Sang Dokter {END}/ Proses RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang