Sebuah akhir penantian yang tidak bisa diungkapkan oleh kata-kata . Berawal dari pertemuan, perkenalan, kemudian dia datang untuk melamar. Sungguh, takdir Allah sangat indah untuk hamba-Nya.
~Lailatul Izzah~
____________________________________Tak terasa Laila sudah hampir memasuki semester terakhir. Gadis itu selalu di sibukkan dengan tugas. Sudah beberapa tahun pula ia tidak bertemu dengan Irsyad. Laila sedikit tak memikirkan semua itu. Baginya, pendidikan dan cita-citanya adalah yang utama. Ia tak ingin sampai mengecewakan keluarganya yang telah mendukung dan mendoakannya.
"Gimana, La? Skripsinya disetujui?" tanya Naura menghampiri Laila yang tengah duduk di bangku taman kampus.
Laila menoleh ke sahabatnya. "Alhamdulillah, Ra. Kamu sendiri bagaimana?" tanya Laila sedikit senang.
"Alhamdulillah sama, makasih ya La. Sudah mau jadi sahabatku di sini. Semoga kita masih saling berkomunikasi walaupun tidak lagi di sini," jelas Naura dengan tiba-tiba memeluk Laila.
Laila juga merasa senang. Ia pun akhirnya membalas pelukan dari sahabatnya itu.
"Nggak kerasa, ya? Bulan depan kita mau wisuda," ujar Naura.
Laila hanya mengangguk sebagai jawaban. Ingin sekali ia bertanya kepada Naura tentang kabar Irsyad. Namun, ia malu dan takut jika pada akhirnya sang dokter itu telah menikah.
"Kamu kenapa, La?" tanya Naura. Gadis itu seperti mengetahui tentang perasaan Laila.
"Eh, nggak papa, kok." Laila sedikit memaksakan untuk tersenyum dihadapan Naura.
"La, mau nggak anterin aku ke toko buku untuk beli buku?" ajak Naura.
Laila menggelengkan kepalanya. "Yang namanya ke toko buku, pasti belinya buku, Ra." Kedua gadis itu saling tertawa.
"Iya, La. Yaudah yuk, tapi aku ambil motor dulu di parkiran," ujar Naura dengan berlari menuju parkiran meninggalkan Laila.
Suara deru motor yang dikendarai oleh Naura pun akhirnya berhenti tepat di depan Laila. Naura memberikan 1 helm kepada Laila untuk keselamatan di jalan. Dengan senang, Laila menerimanya lalu memakainya. Ia segera menaiki motor Naura.
"Sudah siap, La?" tanya Naura sedikit teriak.
"Iya sudah," balasnya. Kedua gadis itu akhirnya menuju ke toko buku yang lumayan jauh dari kampusnya.
Semilir angin membuat hijab yang mereka pakai bergelombang seakan mainkannya. Menikmati jalanan kota yang kini banyak sekali motor maupun mobil yang berlalu lalang. Hampir setengah jam perjalanan, akhirnya Laila dan Naura sampai di tempat tujuan.
"Yuk, La." Naura segera menarik tangan Laila untuk masuk ke toko buku tersebut.
Kedua gadis itu menatap indah buku-buku yang tersusun rapi di rak. Naura segera mencari sebuah buku yang dia inginkan. Sedangkan Laila hanya mengikuti sahabatnya dari belakang. Sesekali Laila berhenti di beberapa buku yang menurutnya sangat menarik. Namun, sayangnya dia tidak bisa milikinya.
"Ra? Kamu mau menikah?" tanya Laila bingung. Dia melihat buku yang Naura pegang seperti tentang cara menjadi isteri shalihah.
Naura langsung menggelengkan kepalanya. "Nggak, buku ini bukan untuk aku."
Laila mengerutkan keningnya. "Lantas buku itu untuk siapa?" tanya Laila.
Naura menghentikan langkahnya. Kemudian berbalik ke arah Laila yang tengah menatapnya. "Buku ini untuk kamu dari Kak Irsyad." Naura tersenyum.
Deg!
"Maksudnya, Ra?"
"Aku hanya di suruh sama dia," jelas gadis itu.
Laila terdiam membisu. Dia berusaha mencerna perkataan dari sahabatnya. Namun, ia sangat bingung dan tak mengerti apa maksud dari ucapannya. Mengapa ada kata Irsyad di ucapannya.
Naura yang mengerti langsung terkekeh pelan saat melihat sahabatnya tengah bingung. Gadis itu langsung menggandeng tangan kanan sahabatnya.
"Nggak usah dipikirkan. Yang jelas, buku ini punyamu," ujar Naura.
***
Hari kelulusan Laila pun tiba. Sebuah perjuangan yang sangat luar biasa membuatnya sampai di titik ini. Dengan doa dan dukungan dari kedua orang tuanya, Laila sekarang menjadi sarjana dengan mengambil jurusan kedokteran. Sama halnya dengan sahabatnya, Naura. Dia juga mengambil jurusan yang sama dengan Laila.
Kini, Laila disebut sebagai mahasiswi dengan nilai tertinggi. Semua bertepuk tangan dan memberikan sebuah ucapan selamat. Kedua orang tua Laila yang menyaksikannya menangis bahagia melihat kesuksesan Laila.
Dibalik kebahagiaannya, ada seseorang yang tengah memperhatikannya dari kejauhan. Dia tersenyum bahagia melihat Laila di sana.
Setelah beberapa jam acaranya pun selesai. Semua mahasiswa maupun mahasiswi tengah berfoto-foto bersama keluarga ataupun teman. Sedangkan Laila, gadis itu menghampiri keluarganya. Laila langsung menghamburkan pelukan kepada Ibu Sulis. Selang beberapa menit, Laila menghamburkan pelukan kepada sosok pahlawan dalam keluarga.
Setelah itu, Laila melepaskan pelukannya. "Makasih banyak, Bu, Pak. Berkat dukungan dan doa dari Ibu dan Bapak, Laila mungkin nggak bakal bisa kayak gini." Gadis itu menatap sendu.
"Alhamdulillah, selamat ya, Nak. Sekarang, cita-cita kamu sudah terwujud." Ibu Sulis menatap Laila dengan bahagia.
"Nanti Laila janji, Laila bakal berusaha supaya Bapak bisa berjalan kembali," jelas Laila.
"Kak Laila hebat. Aku juga mau kayak Kakak," ucap Ayla.
"InsyaAllah, kamu pasti bisa."
Ayla tersenyum.
"Assalamu'alaikum," ucap seseorang yang membuat Laila dan keluarganya menoleh secara bersamaan.
"Waalaikumsalam," balas Laila dan keluarganya.
"Pak Irsyad?" sapa Laila.
Lelaki itu hanya tersenyum.
"Makasih juga ya, Pak. Berkat bantuan dari Pak Irsyad, Laila bisa mewujudkan cita-cita ini," ungkap Laila dengan menampilkan lesung pipitnya.
"Dengan senang hati, La. Oh, ya, Ibu Sulis dan Pak Roni bagaimana kabarnya?" tanya Irsyad.
"Alhamdulillah, baik." Keduanya menjawab secara bersamaan.
"Alhamdulillah, begini Pak, Bu. Di hari bahagia ini, saya ingin berbicara sesuatu kepada semuanya. Saya ingin melamar Laila untuk menjadi istri saya," ungkap Irsyad yang membuat semuanya sedikit membelalakkan matanya.
Laila menatap ke arah Irsyad. "Bagaimana dengan Pak Faiz?" tanya Laila.
"Saya sangat setuju," balasnya dengan tiba-tiba muncul.
Jantung Laila berdegup dengan kencang. Ia melirik ke arah Ibu Sulis dan Pak Roni untuk meminta jawaban. Namun, keduanya sama-sama mengangguk sembari tersenyum. Kini, pandangan Laila mengarah ke Irsyad. Lelaki yang ia temui di rumah sakit. Dan dia juga yang membuatnya jatuh hati.
"Bismillah, Laila terima," jawab Laila. Semuanya mengucapkan hamdalah secara bersamaan.
"InsyaAllah saya akan menjadi suami yang bertanggungjawab dan mampu memimpin dalam sebuah rumah tangga," jelas Irsyad.
"Ciee ... akhirnya penantian Kak Laila terjawab juga," ucap Ayla dengan sedikit menggoda.
Laila langsung menundukkan pandanganannya agar wajah merahnya tak terlihat oleh siapapun. Semuanya tertawa pelan saat melihat Laila yang sedang salah tingkah karena ucapan Ayla.
-
-
-
-
Bersambung...
Alhamdulillah, cerita ini sebentar lagi mau tamat 😁
Terimakasih untuk semuanyaa ^^
Jangan lupa vote dan komennya ya ❤
See you 👋
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sang Dokter {END}/ Proses Revisi
Romance📌BELUM REVISI Blurb Lailatul Izzah, seorang gadis cantik dari keluarga sederhana. Gadis itu bercita-cita ingin menjadi seorang dokter. Namun, suatu ketika ia bertemu dengan seorang dokter muda dan tampan bernama Muhammad Irsyad Al-Fatih. Pertemuan...