Sebuah persahabatan yang sudah dibangun sejak dulu, tak akan kubiarkan hancur begitu saja karena cinta.
~Muhammad Irsyad Al-Fatih~
____________________________________Saat ini Irsyad tengah duduk santai di balkon rumahnya. Pandangan lelaki itu fokus ke layar laptop dan jari-jarinya mengetik pada keyboard. Walaupun hari ini ia tidak bekerja, tapi baginya ada saja yang harus dikerjakan saat hari-hari libur seperti ini. Dengan di temani secangkir kopi, membuat Irsyad merasa nyaman saat bekerja. Tiba-tiba ada sebuah ketukan pintu dari luar kamar. Bergegas lelaki itu menaruh laptopnya dan beranjak untuk membukakan pintu kamarnya.
"Ayah?" panggil Irsyad saat mengetahui sosok lelaki paruh baya yang tengah berdiri di depan pintu kamarnya.
"Kamu sibuk?" tanya Faiz.
Irsyad menggelengkan kepalanya. "Nggak terlalu, sih. Cuman lagi kerjain beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan."
Faiz mengangguk paham. "Boleh bicara sebentar?" ucap Faiz kepada anak lelakinya itu.
Sang dokter mengangguk mengiyakan. Kemudian, Faiz memasuki kamar Irsyad dan mendudukkan dirinya di shofa yang berada di kamar Irsyad. Kini, Irsyad pun menghampiri Ayahnya dan ikut duduk bersama.
"Ada apa, Yah?" tanya Irsyad.
"Kamu cinta sama Laila?" Faiz kembali bertanya.
Irsyad terdiam membisu saat mendapatkan pertanyaan seperti itu. Ia tahu jika sang ayahnya tak bakal merestui jika dirinya menikah dengan Laila. Terlebih lagi, ia juga bingung karena ada seseorang yang sangat mencintai Laila. Irsyad tak ingin persahabatannya hancur gara-gara cinta. Ia juga tak menyangka jika Rifki--sahabatnya--mencintai Laila.
"Ayah akan merestui jika kamu menikah dengan Laila, setelah Laila lulus kuliah nanti," jelas Faiz.
"Sepertinya Irsyad tidak bisa, Ayah. Karena jika Irsyad menikah dengan Laila, ada hati yang bakal tersakiti." Lelaki itu bangkit dari duduknya, kemudian beranjak menuju balkon. Kini, Faiz pun mengikuti langkahnya dari belakang.
"Kamu itu seperti Ayah dulu," ujar Faiz seraya menepuk pelan bahu Irsyad.
Irsyad menoleh ke arah Ayahnya. "Maksudnya?" tanya Irsyad tak mengerti.
"Dilema antara cinta atau sahabat, kan?" tebak Faiz.
Irsyad menganggukkan pelan. Sang ayah sepertinya mengetahui apa yang ia rasakan saat ini. "Bagaimana Ayah bisa tahu?" tanya Irsyad kembali.
"Dulu ... Ayah juga seperti itu."
"Maksudnya?"
"Kamu pasti paham apa maksud Ayah. Kamu sebagaimana laki-laki harus bisa memilih antara cinta atau sahabat. Jangan sampai persahabatanmu renggang gara-gara cinta," tutur Faiz.
Irsyad hanya terdiam.
"Kamu tahu nggak, kamu nggak jadi menikah dengan Karin adalah sebuah jawaban istikharahmu. Allah telah memperlihatkan, jika wanita itu bukan yang terbaik buat kamu. Jadi, kamu juga pasti bisa menentukan pilihanmu tentang ini. Jangan sampai ada hati yang tersakiti," jelas Faiz dengan senyumannya. Kemudian, lelaki paruh baya itu beranjak pergi dari kamar Irsyad.
Sang dokter itu masih terdiam membisu dengan penuturan sang ayahnya. Karena itu, ia memutuskan untuk menemui Rifki besok di kampusnya. Dan kebetulan, tidak ada jadwal pekerjaan pagi baginya.
***
Pagi ini, sesuai dengan niatnya tadi malam ... Irsyad pun telah sampai di kampus Rifki. Banyak sekali mahasiswa maupun mahasiswi yang berlalu lalang di hadapannya. Rasanya sangat mengenang waktu kuliah dulu. Lelaki itu akhirnya memutuskan segera beranjak menemui Rifki di ruangan dosen. Seraya mengitari seluruh gedung kampus, Irsyad tak juga menemukan ruang dosen tersebut.
"Mas, maaf mau tanya. Ruangan dosen di mana ya?" tanya Irsyad kepada kedua mahasiswa yang tengah melewatinya.
"Mas tinggal lurus ke depan, nanti belok ke kanan. Nah, ruangan dosen ada di sebelah perpustakaan." Seorang mahasiswa itu menjelaskan letak ruangan tersebut.
Irsyad mengangguk paham. "Terima kasih."
Bergegas ia segera menuju ke sana. Tak membutuhkan waktu lama, akhirnya lelaki itu telah sampai di depan ruangan tersebut.
"Permisi," ucap Irsyad seraya membuka pintunya dengan perlahan.
Seorang dosen yang tengah sibuk merekap nilai mahasiswanya itu menoleh. "Eh, Irsyad. Ada apa?" tanyanya sembari bangkit, lalu menjabat tangan sahabatnya.
"Ki, saya mau bicara sama kamu?"
"Boleh, mau bicara apa?" sahut Rifki dengan menatap lekat kepada Irsyad.
"Maaf sebelumnya, karena saya tidak terlalu peka tentang perasaan kamu kepada Laila. Jujur, saya bingung harus bagaimana? Di satu sisi saya juga mencintainya dan di sisi lain saya tidak mau sahabatku terluka," jelas Irsyad.
Rifki tersentak atas penuturan dari sang sahabatnya ini. Ia juga merasa bersalah telah mencintai wanita yang telah dicintai oleh sahabatnya sendiri. Namun, Rifki berusaha mengikhlaskan dan ia percaya bahwa semuanya telah di tentukan oleh takdir.
"Syad! Kamu jangan memikirkan perasaan saya. Karena saya yakin kalian berdua itu saling mencintai. Saya cuma mau titip satu hal sama kamu. Jaga Laila baik-baik. Saya sudah melupakan Laila," balas Rifki dengan senyuman yang sulit diartikan.
"Saya tidak mau persahabatan kita hancur gara-gara cinta, Ki."
"Persahabatan kita nggak hancur, kok. Kita masih sahabatan seperti dulu," ujar Rifki sembari mengelus bahu sahabatnya itu.
"Ta--tapi ...."
"Nggak ada tapi-tapi, Syad. Saya ikhlas dan sudah melupakan Laila, kok." Lelaki itu tersenyum kemudian beranjak ke tempat duduknya kembali.
Irsyad hanya mengikutinya dari belakang. Tiba-tiba Rifki merogoh laci mejanya dan memberikan sebuah surat undangan pernikahan yang bertuliskan 'Rifki dan Ara'.
"Kamu mau nikah?" tanya Irsyad sedikit tak percaya.
Rifki mengangguk mengiyakan. "Saya dijodohin sama kedua orang tua. Tapi, saya sudah mengenal Ara dari waktu SD."
"Oh, jadi ceritanya ini sahabat tapi nikah?" goda Irsyad dengan terkekeh pelan.
"Bisa dibilang gitu," sahut Rifki dengan sedikit menunduk malu.
"Semoga lancar sampai hari pernikahannya," ucap Irsyad seraya menepuk bahu sahabatnya ini. Lelaki itu mengukirkan senyumannya bukan karena ia menang ada kesempatan mendapatkan Laila. Namun, ia senang jika sahabatnya ini tidak jomblo lagi.
"Aamiin, semoga kamu cepat nyusul. Perjuangkan Laila, setelah lulus nanti langsung lamar." Rifki terkekeh.
"Aamiin, InsyaAllah."
Pada akhirnya, kedua lelaki itu saling mengukirkan senyuman bahagia. Tak ada kata renggang antara persahabatan mereka. Keduanya saling percaya bahwa takdir Allah memang yang terbaik. Masalah tentang jodoh, maut, dan rezeki manusia sudah ditentukan oleh Sang Pencipta.
-
-
-
-
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sang Dokter {END}/ Proses Revisi
Romance📌BELUM REVISI Blurb Lailatul Izzah, seorang gadis cantik dari keluarga sederhana. Gadis itu bercita-cita ingin menjadi seorang dokter. Namun, suatu ketika ia bertemu dengan seorang dokter muda dan tampan bernama Muhammad Irsyad Al-Fatih. Pertemuan...