Prologue.

12.5K 1K 133
                                    

Soobin tidak mengerti sama situasi saat ini, apa-apaan ini?

Kenapa mendadak dirinya sudah menikah dengan cowok yang berdiri di sebelahnya.

Dan lagipula masa dia menikah sama orang yang miskin sih?

Orang tuanya gak malu apa jika anaknya menikah sana orang miskin?

"Mama, bilang ini mimpi?" tanya Soobin sambil memegang tangan mamanya yang tidak jauh darinya itu.

Mamanya menatap muka anaknya lalu malah menggoyangkan kipas di tangannya.

Lihatlah mamanya yang tampak paling bercahaya dibandingkan orang-orang di sekitarnya saat ini.

Dan apa-apaan juga ini? Mata Soobin menoleh kearah sekitar tempat ini.

Tempatnya jauh dari kata mewah sama sekali, dia sampai jijik untuk duduk di bangku yang ada disini.

"Ini bukan mimpi, sekarang kamu tinggal disini dan laki-laki di sebelahmu adalah suamimu," balas mamanya yang masih saja membuat Soobin tidak percaya sekali.

Mamanya serius menikahkan dirinya sama orang yang bahkan kastanya jauh sekali dari keluarganya?

Hidup dalam kemewahan membuat Soobin menjadi orang yang sangat sombong.

"Aku gak mau tinggal disini."

"Kamu harus tinggal disini, lagipula rumah ini cukup nyaman untukmu dan suamimu."

"Tapi ma-"

"Gak ada tapi-tapi Soobin, ini hukuman untukmu," balas mamanya yang malah membuat Soobin terdiam.

Hei, ayolah, hukuman apa sih? Dia gak pernah membuat kesalahan sama sekali.

Kecuali dia memang suka membuat tagihan yang sangat besar di kartu kreditnya dan orang tuanya gak pernah mempermasalahkan hal itu sebelumnya.

Lalu ketika orang tuanya tau dirinya memiliki nilai rapor yang jelek, dia mendadak malah dinikahin sama cowok miskin ini, sial.

"Ayolah, Soobin bakalan belajar yang giat, jadi Soobin tinggal di rumah saja, ok?"

"Kamu pikir mama percaya dengan ucapanmu?"

Muka Soobin mendadak langsung lesu ketika mamanya tampak gak berniat mencabut hukumannya sama sekali.

Dia berjalan kearah papanya, namun dia belum berkata apapun papanya sudah menggeleng duluan.

"Jika perkataan mamamu mutlak, maka ucapan papa juga sama mutlaknya, Soobin."

"Papa pikir aku bakalan nyaman jika tinggal disini? Disini malah membuatku tambah gak berniat buat belajar tau, lihat di rumah itu hanya ada satu ac, itupun di ruang tamu, jika di kamarnya hanya ada kipas angin, papa gak kasihan denganku?"

"Lalu apakah kamu gak kasihan dengan kami? Kami malu memiliki anak yang nilai rapornya jelek seperti itu, Soobin," balas papanya membuat Soobin langsung tergelak.

Dia menelan air ludahnya sendiri, sial papanya sama kerasnya seperti mamanya.

Masa karena nilai rapor orang tuanya tega menikahinya dengan cowok miskin yang ada di sekolahnya itu sih.

Dia saja bisa masuk ke sekolahannya karena beasiswa, artinya jika dia gak dapat beasiswa, cowok itu pasti bakalan keluar dari sekolah.

"Ok, aku bisa tinggal disini, tapi kenapa aku harus menikah sama dia?" tunjuk Soobin kearah cowok yang berada di sebelahnya itu.

Tangan cowok tersebut langsung menepis tangan Soobin.

"Jangan bertingkah tidak sopan, Soobin," ucapnya membuat Soobin mendecih dan mengusap tangannya yang baru saja ditepis oleh cowok tersebut.

Dan sialnya cowok ini adalah suaminya saat ini, dia tidak tau berapa banyak uang yang dikeluarkan oleh orang tuanya untuk membuat dirinya dan cowok ini diizinkan menikah.

Padahal umur mereka belum pantas untuk menikah.

"Maafkan dia, Yeonjun."

"Gak masalah, pa," balas Yeonjun sambil tersenyum kearah papa mertuanya itu.

Berbeda dengan Soobin yang mendengus, apa-apaan itu? Cowok itu sudah bisa memanggil papanya dengan sebutan papa juga.

"Jangan membuat masalah, Soobin."

"Ini baru nilai rapor uts, jika nilai rapor uasmu tambah jelek, mama gak akan segan memotong uang jajanmu."

Soobin cuma mengangguk pasrah dan melihat orang tuanya yang pergi dengan keluarganya.

Mana sepupunya tampak menertawakan dirinya.

Matanya bisa melihat Yeonjun yang masuk ke dalam rumah setelah mengantar keluarganya itu untuk pulang.

"Masuk."

"Sialan, kamu pikir setelah kamu menjadi suamiku, kamu bisa memperintahku?"

Yeonjun mengeryitkan dahinya saat mendengar ucapan Soobin.

"Oh, kamu sudah menganggapku sebagai suamimu?"

Soobin malah kesal dan berjalan masuk ke dalam rumah, sialan.

Kenapa malah dirinya merasa seperti dipermainkan disini.

Tbc.

Sebenarnya alur beginian itu sudah banyak di wattpad, tapi apa salahnya aku buat juga, hehehe.

Karena keahlianku adalah marriage life, jadi aku bakalan buat book gak jauh dari genre itu.

Tapi biasanya marriage lifeku suka fluffy sih, kali ini enggak, hehehe.

Jadi kalau mau lanjut, vote dan komen ya.

Komen dulu, ini mau lanjut apa enggak?komen.

Sip, semoga suka, vote dan komen jangan lupa.

Sampai jumpa di part selanjutnya.






















Salam,




Anaknya Taekook.

High On Life -yeonbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang