31. Smile.

2K 327 39
                                    

Sebelum baca, vote dulu, lalu komen, ok thanks.

Baca part sebelumnya dulu ya, hehehe.

***
Awal semester baru yang sangat berbeda dari semester yang lalu, ya di saat ini karena Soobin jadi gak ada teman di kelas sih.

Biasanya kalau guru sedang mengajar, dirinya bakalan sibuk ngobrol sama teman-temannya itu, sekarang tidak akan ada lagi hal itu.

Temannya sudah berubah status menjadi musuhnya, anak-anak kelas ini juga yang dulu sangat baik ke dirinya berubah menjadi membencinya semua.

Aneh, dasar anak-anak bodoh, Soobin malah gak peduli sama sekali dengan perubahan sifat mereka itu.

Ya biarkan saja dia gak punya teman, kan dia sudah ada suami, teman-teman suaminya juga menjadi temannya saat ini.

Soobin memperhatikan guru yang sedang mengajar di depannya dan Soobin juga langsung mencatat penjelasan gurunya itu ke bukunya.

Setelah bertekad di semester sebelumnya untuk berada di peringkat pertama, sekarang untuk di semester ini Soobin tetap harus bertahan dengan peringkatnya dan nilainya harus besar biar bisa sama dengan peringkat pertama di kelas lain.

Mengingat Soobin peringkat pertama di kelasnya namun berasa peringkat tengah-tengah kalau di kelas lain.

Maklum kelasnya kan anak-anak buangan yang bisa masuk sekolah elite ini karena hasil dari uang orang tua mereka.

Soobin sih dulu sering di remehin anak kelas lain, karena mereka berkata Soobin beruntung masuk sekolah ini karena uang orang tuanya.

Saat itu Soobin di remehkan oleh anak-anak kelas lain karena dia meremehkan Yeonjun yang baru saja jadi ketua osis.

Kan saat itu dirinya protes gak setuju jika Yeonjun jadi ketua osis, sekarang kalau mengingat hal itu Soobin merasa malu sekali.

Dulu meremehkan Yeonjun, sekarang malah suka sama Yeonjun, seperti kena karma.

"Ada yang bisa mengerjakan soal di depan?"

Guru yang mengajar di kelas ini kadang harus menahan hati saja karena muridnya gak ada yang benar sama sekali.

Beda dengan kelas lain, walaupun ada yang bodoh juga, tapi ada juga yang pintar, makanya saat di tanya apakah ada yang mau jawab, mereka pasti ada saja yang menunjukkan tangannya.

Kalau di kelas ini sih para guru tampak gak yakin jika ada yang mau maju, apalagi soalnya baru di pelajari sekali.

Di pelajari berkali-kali juga tetap saja gak pada mengerti.

Mata guru matematika tersebut melihat kearah Soobin yang mengangkat tangannya.

"Oh Soobin mau menjawab? Baiklah mari ke depan."

Anak-anak kelas ini langsung menoleh kearah Soobin yang sudah memegang spidol yang diberikan gurunya.

Guru tersebut cuma memperhatikan Soobin, kalau salah juga dia gak akan masalah, yang penting di kelas ini ada yang maju untuk menjawab soalnya.

"Sudah aku bilang, dia itu hanya cari perhatian aja sama guru, gak yakin kalau bisa jawab soal di depan," bisik anak kelas ini yang terdengar di telinga Seoyoung.

Cewek itu kan masih merasa dendam dengan Soobin.

"Begitulah, dia itu bisa peringkat pertama pasti karena membayar wali kelas kita," balas Seoyoung yang merasakan bahunya di pegang oleh Chanyoung.

"Apa?"

"Makanya lihat apa yang terjadi di depan," balas Chanyoung ketika mendengar pertanyaan dari Seoyoung.

High On Life -yeonbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang