4.🔸

3.1K 353 8
                                    

Ambil baiknya, buang buruknya !!!

Take your time to reading, enjoy it !!! 🍵🧸

Keep VOTING !!!

--------------------------------------------------------------

Seorang perempuan cantik berpipi mandu sedang melamun, sambil mengayun-ayunkan kakinya di bangku kayu tepi teras rumah. Wajahnya memancarkan cahaya keindahan saat disapa mentari pagi yang terbiaskan oleh sebuah senyuman.

"Kau sedang menunggu apa, Jennie? Kenapa tidak membuka tokomu pagi ini?" tanya Jisoo, ia menyapa adiknya.

"Eoh? Eonni? Eonni sudah sarapan? Aku membuat roti panggang tadi"

"Iya eonni tahu, eonni sudah sarapan. Kau mengalihkan pembicaraan kita Jennie, kenapa kau tidak membuka tokomu pagi ini? Biasanya kau selalu buka pagi-pagi" tanya Jisoo, lalu duduk di sebelahnya.

"Mm.. Rasanya sama saja eonni, entah buka di pagi hari atau pun siang hari, tokoku selalu sepi pelanggan, dan tidak ada yang mau datang mengunjunginya, paling hanya ada satu sampai dua pelanggan setiap minggu" ucap Jennie, Jisoo mengusap tangan adiknya.

"Meski begitu, kau tetap harus bersyukur. Kadang kita tidak tahu kapan Tuhan memberikan kejutannya, siapa tahu hari ini, atau setelah satu jam kau membuka tokomu, keajaiban itu datang menghampirimu. Sayang lho, jika tanaman dan hasil karyamu itu terus tersimpan, iya 'kan? Lebih baik dibuka tokonya, agar ada seseorang yang melihatnya. Berbagi keindahan 'kan sangat baik, hm?" ucap Jisoo, akhirnya Jennie tak dapat mengelak, dan berkata jujur pada kakaknya.

"Aku sedang menunggu temanku, eonni. Aku ingin membuka tokoku bersamanya, agar dia tahu jalan menuju toko keramikku"

"Hm.. Baiklah kalau begitu. Eonni pergi bekerja dulu ya? Sudah mau siang. Kau jangan ke mana-mana selain ke tokomu, mengerti?" Jisoo usap kepala Jennie, ia berpamitan.

"Nee, josimhaseyo eonni"

"Nee, jangan kelamaan menutupnya, tanamanmu bisa layu"

"Iya eonni, sebentar lagi aku akan membukanya"

Jisoo mengusap kepala Jennie, lalu pergi untuk bekerja di sebuah restoran. Jam kerja Jisoo cukup padat, ia akan mengerjakan apa pun yang bisa menghasilkan upah untuk menghidupi dirinya dan adiknya.
Pagi hari Jisoo bekerja di sebuah restoran, sorenya ia akan bekerja di sebuah bar sebagai bartender. Ia tidak pernah mengeluh akan kehidupannya, akan tetapi ia merasakan sakit akan apa yang diderita oleh adiknya.

Sejak lahir dengan keadaan mata yang tidak normal, dan dapat dikatakan sebagai kelainan mata terlangka di dunia dengan persentase 5%, membuat pengobatan Jennie cukup sulit untuk ditemukan, satu-satunya jalan operasi yang tersedia pun tak dapat dilakukan di negara mereka. Terlebih dengan biaya yang sangat mahal membuat kedua orang tuanya harus banting tulang demi bisa mengumpulkan uang untuk pengobatan Jennie.

Sayang, kecelakaan menimpa kedua orang tuanya ketika Jisoo menginjak bangku SMA, di mana hasil tabungan serta asuransi mereka untuk biaya operasi Jennie, terpaksa dipakai untuk sekolah Jisoo dan sekolah luar biasa Jennie. Sampai detik ini Jisoo yang harus berperan sebagai tulang punggung demi menghidupi dirinya dan adiknya, merawatnya, menjaganya, dan berusaha dengan keras hingga mereka berdua bisa menyisihkan uangnya sedikit untuk menabung. Membuka usaha kecil, dan menyambung hidupnya untuk terus mengumpulkan uang hingga cukup sebagai biaya operasi mata Jennie. Itulah kenapa Jisoo bekerja mati-matian, melepas masa remaja dan mengesampingkan cinta, demi tujuannya untuk sang adik. Karena hanya Jisoo yang Jennie punya, begitu pun sebaliknya.

An Angel ☆Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang