Ambil baiknya, buang buruknya !!!
Take your time to reading, enjoy it !!! 🍵🧸
❄
Keep VOTING !!!✨
--------------------------------------------------------------
❄
"Gomawo oppa" ucap Jisoo, lalu ia menawarkan Seokjin kopi, saat tiba di teras rumahnya.
"Kopi?"
"Ahm, tidak perlu, sampai sini saja, aku kembali ya, Jisoo" ucap Seokjin lalu hendak pergi, namun tangan Jisoo menahan lengannya.
Entah kenapa ada yang harus Jisoo selesaikan malam itu juga, tentang perasaannya, tentang jeritan hatinya, tentang kerinduannya, juga tentang kejauhan mereka sejak waktu itu yang membuat keduanya berjarak di antara tanda tanya sebuah asa.
Seokjin melihat tangan Jisoo yang menahan lengannya kuat, ia melihat wajah Jisoo yang penuh dengan kebingungan.
"Ada apa, Jisoo?"
"Ani, em.. Oppa, sss.. Sebenarnya aku ingin mengatakan sesuatu padamu, tentang pertanyaanmu waktu itu. Maaf karena aku terlalu lama memikirkannya, aku jadi tidak berani untuk menghubungimu lebih dulu, karena jawabanku. Maaf oppa"
"Tidak apa, tidak usah kau perjelas lagi Jisoo. Aku mengerti, kau tidak perlu memaksakan perasaanmu untuk membalas perasaanku. Aku memantaumu setiap hari karena aku ingin memastikan kau pulang dengan baik sampai rumah. Maafkan aku jika kau merasa tidak nyaman dan itu cukup mengganggumu. Aku akan berhenti untuk mengantarkanmu dari pergi hingga pulang, mulai sekarang. Kau tidak usah khawatir, semua akan kembali seperti semula" pria itu memberikan senyuman yang cukup pahit, padahal bukan itu yang Jisoo maksud.
Rupanya Seokjin selalu mengantarkan Jisoo ketika berangkat, dan mengantarkan sampai ke rumah ketika pulang. Namun itu semua ia lakukan bukan karena upaya agar Jisoo menerima perasaannya, tidak. Ia ingin memastikan bahwa tidak ada seseorang yang menyakiti Jisoo seperti hal yang sebelumnya tadi terjadi.
Jisoo menggelengkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Seokjin, hatinya terasa hangat saat pria di hadapannya berbicara tanpa banyak tanya. Ia berjinjit dan memeluk Seokjin yang lebih tinggi darinya.
"Aniya, bukan itu jawabanku oppa. Aku menerimamu, aku ingin menjalani sebuah hubungan denganmu, lebih dari seorang teman dan sahabat. Aku menyesal karena terlambat mengatakan ini, tapi jika oppa merasa ada yang lebih baik dariku, oppa bisa meninggalkan aku dan memilihnya, karena aku memang tidak begitu layak untukmu"
Seokjin hampir meneteskan air mata ketika mendengar jawaban wanitanya, ia mengusap kepala Jisoo, lalu melumat bibir hatinya. Mereka berciuman tepat di depan pintu rumah yang hangat malam itu.
Jisoo mengusap pipi Seokjin lalu mengalungkan lengannya, sementara Seokjin sedikit menunduk agar wanitanya tidak berjinjit.
Click..
"Oh my God" Lisa membuka pintu dan membuat dua orang yang sedang berciuman itu terhenti, lalu menatapnya, sementara bibir mereka masih saling menggigit.
Lisa menutup pintu dan kembali memeluk Jennie. Lantas ia berbisik pada Jennie untuk memberitahu apa yang sebenarnya ia lihat. "Kau akan terkejut ketika mengetahui apa yang aku lihat"
"Benarkah? Memangnya apa yang kau lihat sayang?" tanya Jennie, ia mengusap pipi Lisa dari rabaannya, lalu Lisa berbisik.
"Film semi tanpa layar"
KAMU SEDANG MEMBACA
An Angel ☆
Teen Fiction[18+] "Semua yang kau lakukan menggetarkan hatiku, bahkan ribuan bintang-bintang berbisik padaku, di saat aku mulai mengagumimu, kaulah satu-satunya yang mampu membuatku menggerakkan langit dan bumi"