11.🔹

2.8K 338 39
                                    

Ambil baiknya, buang buruknya !!!

Take your time to reading, enjoy it !!! 🍵🧸

Keep VOTING !!!

--------------------------------------------------------------

Cukup menyiksa, 3 hari berlalu, Jennie tak bertemu dengan Lisa. Ia selalu murung dan menangis ketika sendirian di dalam rumahnya.

Makan tak enak, minum tak segar, tidur pun tak nyenyak, membuat Jennie merasa kehilangan banyak ion dan energi dalam tubuhnya.

Jisoo tak menyadari kondisi Jennie dengan baik, karena Jennie selalu belum bangun saat Jisoo berangkat bekerja. Jisoo hanya menyiapkan sarapan untuk adiknya, lalu pergi untuk bekerja dan kembali di malam hari.

Sekitar pukul 10 pagi, Jennie baru membuka matanya karena semalam tak bisa tidur. Tak lagi ia dengar suara Lisa yang 2 hari kemarin selalu datang memanggilnya, kini hening tanpa panggilan dan suara telpon yang selalu berdering seperti 2 hari sebelumnya.

Jennie mengusap air matanya dan memaksakan tubuhnya yang lemah untuk bangun dari tempat tidur. Ia memegang kepalanya yang terasa begitu berat dan sakit.

"Aw.. Ah, kenapa kepalaku sakit sekali? Sss.. Aw" ia berjalan sampai terbentur ke tiang pintu karena tidak membawa tongkatnya. Lalu meraba telepon rumah untuk menelpon kakaknya.

"Angkat eonni, please.." sial, Jisoo tak mengangkat panggilan adiknya, padahal ia sangat membutuhkan bantuan saat ini.

Tanpa sadar, nuraninya membawa Jennie menekan nomor Lisa, dan tersambung, lalu diterima oleh Lisa setelah terhubung.

📞

"Yeoboseyo? Jennie? Ini kau 'kan?"

"Li..hhh" lirihnya begitu lemah, sampai Lisa merasa tak nyaman di posisinya.

"Jennie kau kenapa? Jen?"

"Li, tolong.."

"Kode rumahmu! Cepat katakan kode rumahmu"

"2323, Li.. Jebal"

"Jennie, tunggu aku, bertahan emh?"

...

"Jennie?"

...

"JENNIE?"

Telepon rumah Jennie tergantung dari nakas, keadaannya masih tersambung dengan nomor handphone Lisa, Jennie sendiri sudah terbaring dan memejamkan matanya, terkapar di lantai, tak sadar akibat sakit di kepalanya.

🔚

Lisa semakin tak tenang, ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, dan wajahnya begitu cemas memikirkan kondisi Jennie melalui suaranya.

"Jennie, bertahanlah. Di mana si Jisoo sialan itu? Kenapa dia tidak bisa menjaga Jennie, argh!"

Beberapa menit berlalu, Jennie tersadar dengan kondisi lemas dan kepalanya yang pening, penglihatannya semakin buyar dan tak terlihat, ia meremas wajahnya sambil meringkuk lesu.

An Angel ☆Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang