**
Weekend kali ini aku tidak tahu hendak melakukan apa. Seperti hari biasanya, aku bangun pagi lalu mandi lantas sarapan. Setelahnya aku ke halaman rumah, melihat tanaman bunga yang tumbuh subur di halaman depan.
Tanaman-tanaman bunga itu ditanami oleh Mama. Kadang aku juga ikut membantu menyiraminya sesekali. Selebihnya asisten rumah tangga kami yang mengurus tanaman-tanaman itu.
Aku melihat-lihat bunga yang bermekaran sembari berpikir tentang Kristi. Kemarin aku berhasil menceritakan tentang Kak Fikri yang dekat dengan Kak Hara temannya Kak Fira. Dan tanggapan Kristi sungguh di luar ekspektasiku.
Kristi sudah tahu hal itu. Bahkan saat baru-baru dekat dengan Kak Fikri, Kristi sudah tahu kalau Kak Fikri punya banyak teman dekat perempuan. Namun, Kristi tetap menyukai cowok itu. Tanpa merasa kesal dan menganggap apa yang sudah Kak Fikri lakukan itu keterlaluan.
Apa ini yang dinamakan budak cinta ya? Apa yang sudah Kak Fikri lakukan pada Kristi sehingga Kristi bisa sebodoh ini?
Aku menghela napas panjang. Pikiran-pikiran itu mmebuat kepalaku sakit. Agaknya aku harus pergi berjalan-jalan untuk menghilangkan pikiran mengenai Kristi yang bodoh.
"Wulan Mama pulang!" seru suara dari arah pagar depan.
Itu Mama. Mama sudah pulang.
Aku langsung bergegas ke depan pagar dan niatku untuk pergi jalan-jalan hilang seketika. Aku lalu membuka pagar dan menerima dua bungkusan dari Mama. Mama lantas menggeret koper kecil dan juga tas tangan dan berjalan duluan.
Aku dan Mama lalu masuk ke dalam rumah.
"Yang dua itu oleh-oleh buat kamu. Mama mau istirahat dulu ya. Capek banget." Mama kemudian berlalu ke kamarnya tanpa menunggu aku memberi komentar.
Aku menatap pintu kamar Mama yang ditutup. Rasanya biasa saja. Seolah inilah yang terjadi seperti biasa ketika Mama di rumah. Tidak ada percakapan akrab dan hangat antara ibu dan anak. Tidak ada kangen-kangenan karna sudah ditinggal selama tiga hari ke luar kota oleh Mama. Dan begitulah aku menjalani hidup selama lima tahun terakhir. Setelah Papa pergi dengan pacarnya.
Aku membawa dua bungkusan dari Mama ke kamarku. Aku lalu menaruhnya di atas kasur dan duduk bersila bersiap membuka isi bungkusan itu.
Bungkusan pertama berisi camilan. Bukan camilan khas dari luar kota tempat Mama bekerja kemarin, hanya camilan biasa yang dijual di warung dan minimarket. Namun, bungkusan itu isinya penuh. Pantas sekali bungkusannya menggembung dan ringan. Agaknya semua cemilan ada di sini. Aku tertawa seraya mengeluarkan camilan itu satu-satu ke atas kasur.
Ada keripik kentang ukuran besar. Stik coklat. Coklat batang. Wafer. Ada keripik ubi juga. Semuanya dari berbagai merek cemilan. Sekali lagi aku tertawa.
Bungkusan satu lagi tidak segembung bungkusan yang berisi camilan. Aku mengamatinya seraya membuka satu keripik kentang dan mengunyahnya. Kira-kira apa isi bungkusan itu ya?
Baju?
Jaket?
Hmm... aku tak yakin.
Tapi jujur saja sih kalau Mama yang membeli pakaian untukku entah kenapa rasanya aku selalu suka dan tak pernah tidak memakai pakaian yang Mama belikan. Selera fashion ku dan Mama memang mirip.
Lelah menebak-nebak. Aku langsung membuka bungkusan itu dan mendapati dua baju kemeja baru. Wah! Cantik sekali.
Meskipun Mama memang jarang bicara denganku. Aku sering terobati dengan hadiah-hadiah dari Mama yang selalu aku sukai. Terlihat bukan kalau Mama peduli padaku?
Padahal aku tak pernah bicara soal kesukaan ku terhadap kemeja akhir-akhir ini. Namun, Mama malah membelikannya. Tak hanya satu tapi dua.
Aku terharu.
Hal inilah yang membuat aku bertahan. Meskipun tak ada obrolan hangat antara ibu dan anak yang seharusnya ada.
Aku memotret hadiah dari Mama lalu mempostingnya di insta story sosial mediaku. Dengan emot love yang banyak.
**
Date : 15 Desember 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
[HS] Gerimis Siang Itu (✔)
Romance[Completed] [HS] = [Hujan Series] Urutan membaca : 1. [HS] Pagi Itu Hujan 2. [HS] Kembali Temu di Bawah Hujan 3. [HS] Gerimis Siang Itu ** Tempias gerimis mengenai kaca besar perpustakaan. Aku melihat tetesannya yang turun perlahan seperti anak...