20. Sasa Yang Aku Kenal Ya?

24 12 4
                                    

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

Karena kejadian di acara latihan dasar kepemimpinan, aku menghindari Alwi habis-habisan. Sial sekali rekaman ulang bagaimana Alwi mengelus kepalaku terulang terus dalam benak. Rasanya aku ingin operasi plastik saja dan mengganti nama.

Kenapa sih aku diam saja dan tak menolak kepalaku dielus? Sudah seperti anak kucing saja yang suka dielus-elus. Duh... aku malu! Sialan sekali memang rasa malunya baru muncul sekarang.

Untungnya sih aku dan Alwi beda jurusan, jadi kemungkinan aku bertemu dengan Alwi di kampus sangat jarang.

Kembali, kejadian di villa terulang. Padahal aku sedang melangkah santai menuju kelas melewati jalan setapak yang dilalui banyak orang. Entah kenapa tiba-tiba saja reka adegan itu kembali diputar.

Kenapa sih rekaman di kepalaku tak mau berhenti? Kenapa harus membuat aku malu terus?Apa karena tindakan konyol ku di bus ya? Ah, kenapa aku harus melakukan itu sih. Argh....

Aku geram sendiri lantas mendesah keras-keras dan membuat dua mahasiswi yang berjalan di depanku menoleh ke arahku dengan tatapan aneh. Aku mengulum senyum lantas berjalan lebih cepat dari mereka.

Namun, hal itu malah membuat aku tak waspada dengan sekitar hingga seolah takdir menemukanku dengan Alwi lagi tanpa sengaja. Aku saling bersinggungan bahu dengan Alwi. Alwi terkejut dan aku pun juga.

"Maaf," ujarku lalu menatapnya.

"Eh gak papa kok... loh Wulan?" Agaknya ia juga tak menyangkan kalau akan bertemu denganku. Ia lantas tersenyum dan tampak menyembunyikan sesuatu di punggungnya.

Aku mengernyitkan kening melihat Alwi tersenyum lebih lebar membuat aku kehilangan minat dengan hal yang ia sembunyikan tiba-tiba ke belakang punggungnya.

Wajahnya itu menipu. Seolah dengan senyumannya aku terdistraksi untuk mengaguminya terus-terusan. Dasar ganteng-ganteng manipulatif.

Ponselku yang aku genggam sejak tadi tiba-tiba bergetar. Aku melihatnya dan mendapati pesan notifikasi  yang masuk. Dan aku merasa sedikit lega sebab aku bisa mengalihkan atensi dari Alwi ke ponselku.

Ada pesan masuk dari nomor tak dikenal. Isinya berupa aku memenangkan undian pulsa serta ada link yang tertera di bawahnya.

"Kalau ada orang di depan tolong dong jangan liat hp."

Aku mendongak, mengalihkan atensi kembali pada Alwi. Lagi-lagi cowok itu tersenyum.

"Kenapa?"

"Itu etika. Kalau ada orang di depan jangan nunduk liat hp. Namanya gak sopan." Ia berujar tenang seakan-akan seperti cara Mamaku yang sering mengingatkan aku hal yang sama.

"Oke." Aku menghela napas pelan, lalu tanpa melihat ponselku lagi, aku menyakukan benda pipih tersebut pada saku kemejaku.

"Nah gitu dong." Alwi nyengir lebar. Merasa senang aku mendengarkan kata-katanya.

"Mau kemana? Ada kelas ya?"

"Mau ke base bentar, iya sih nanti tapi."

"Oke. Gue anterin." Alwi berjalan lebih dulu. Aku tak sempat bicara dan dibuat mengalah mengikuti langkahnya.

Ponselku bergetar lagi. Aku melihatnya sembari melangkah. Layar ponselku menampilkan halaman web kosong dengan perintah yang menyuruhku harus menginstal ulang ponsel.

Aku berdecak pelan, karna halaman web itu berupa virus. Agaknya link yang dikirim dari nomor tak dikenal tadi tak sengaja aku klik saat aku menyakukan ponsel. Maka tanpa menunggu lebih lama lagi aku menonaktifkan ponselku. Semoga saja virus itu hanya mampir dan tidak mencuri data yang ada di ponselku.

Sesampainya di base...

"Alwi!" Cahaya melambaikan tangan dan menyapa Alwi dengan riang.

Aku mengamatinya sembari tersenyum namun, ia tampak acuh dan mengajak Alwi bicara yang terdengar sok asik bagiku. Telingaku jadi gatal.

Aku mencibir lantas melewati keduanya dan masuk ke base. Rencananya aku ingin mencari teman untuk diajak mengobrol sebelum kelasku dimulai. Namun, base kosong melompong. Tak ada yang bisa aku ajak bicara.

Jadi, daripada aku melongo sendirian sementara Cahaya sok asik dengan Alwi, lebih baik aku pergi ke kantin.

Biasanya di kantin ada jajanan ringan. Seperti sosis, bakso dan nugget goreng. Ngemil sebelum kelas dimulai jadi pilihanku.

"Loh Wulan sendirian aja?"

Aku mendongak dan mendapati Fakhri di sisi meja bulat yang aku tempati. Cowok itu lalu duduk di hadapan hadapanku.

"Apa kabar? Udah lama deh rasanya gue gak ngeliat lo di kampus."

"Masa?"

Mendengarnya bicara seperti itu, aku tergelitik ingin tahu apa benar ucapannya barusan yang terdengar seperti ia merindukanku karena tak bersua beberapa hari ini.

Di luar dugaan ia tergelak. Seolah yang ia ucap tadi hanya lelucon belaka. Aku menelan kecewa bulat-bulat. Lantas memasang senyum kecut sembari menghidupkan ponselku. Mencari pengalihan atensi.

Ponsel Fakhri berdering. Cowok itu menatap ponselnya dan tersenyum terlihat senang mendapat panggilan telepon itu. Lalu Fakhri berdiri dari duduknya mengangguk padaku serta menunjuk luar kantin dengan jempolnya sebagai gesture ia hendak pergi sembari menempelkan ponsel pada telinga.

Aku bisa mendengar suara Fakhri yang menayap riang, "Halo Sasa cantik."

Sasa? Sasa yang aku kenal ya?

**

Date : Minggu, 16 Januari 2022

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Date : Minggu, 16 Januari 2022

[HS] Gerimis Siang Itu (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang