Welcome in my new story 😄
Hujan Series ke-3
Happy Reading😊Siang itu di rooftop perpustakaan, gerimis turun. Aku menengadah seraya menyandarkan kepala ke sandaran sofa santai di rooftop untuk melihat dengan jelas awan stratocumulus yang menangis namun tetap membiarkan cahaya matahari yang perlahan meredup untuk menemani.
Tetesannya yang jatuh pada atas transparan rooftop membuat aku bisa melihatnya dengan jelas, rasa nyata seolah aku bisa merasakan tiap tetesnya mengenai wajah.
Suara ribut-ribut memecahkan lamunanku, aku menoleh ke arah pintu masuk rooftop dan menemukan segerombolan mahasiswa melangkah masuk. Agaknya akan ada rapat, dan aku mulai bergegas pergi.
Sebenarnya rooftop perpus memang digunakan untuk tempat diskusi atau rapat yang memerlukan suara-suara ribut anggota rapat, sebab di dalam gedung perpustakaan tentunya tidak bisa melakukan rapat karna dilarang ribut. Makanya beberapa orang yang tadi di rooftop perpus perlahan berangsur pergi. Seakan mengerti karna ketenangan rooftop sudah tak lagi sama.
Ada setidaknya lima orang dihitung dengan kehadiranku yang melangkah keluar rooftop perpus, salah satunya adalah dia. Dia yang ketika itu aku lihat saat siang sedang gerimis tiga hari lalu.
Aku memerhatikan wajahnya yang tampak cemberut, ia menggerutu pelan. Mungkin saja ia kesal karna harus meninggalkan rooftop. Ternyata dia ada di rooftop perpus, sejak kapan ya? Ah, aku kehilangan kesempatan untuk berkenalan dengannya.
Dia memasang headphone yang melingkari lehernya. Berjalan menuju sudut perpustakaan dan duduk tepat di sebelah kaca besar.
Aku melihat jam dinding di perpustakaan, masih dua jam lagi sebelum kelas ku dimulai.
Aku mengambil asal buku, lalu duduk dengan jarak satu meja darinya. Sengaja, karna aku ingin melihatnya sedikit lebih dekat.
Garis rahangnya yang tegas, alis tebal dan raut wajah yang terkesan arogan membuatku penasaran. Siapa gerangan dirinya?
Sialan sekali memang saat gerimis siang itu, saat aku malah melihatnya di bawah cahaya matahari yang mulai redup karna tertutup awan stratocumulus. Aku dibuat penasaran, padahal selama sembilan belas tahun aku hidup, aku sama sekali bodo amat dengan yang namanya lawan jenis. Namun, sekarang aku malah dibuat persis seperti anak baru gede yang sedang jatuh cinta.
Jatuh cinta ya? Apa semudah itu? Padahal aku baru dua kali melihatnya dan sama sekali tak mengenal dirinya, tahu nama saja tidak. Apa ini masih bisa disebut jatuh cinta?
Karna berbagai pertanyaan yang timbul di dalam kepala, aku tertegun cukup lama hingga tak menyadari dia sudah tidak duduk di sana. Kursi itu kosong. Kemana perginya?
"Permisi, ini batas buku lo jatoh." Aku melihat batas buku yang gambarnya sama dengan cover buku yang aku pegang.
Aku mengambilnya sembari mendongak dan berujar, "Terimakasih."
Ah, ternyata dia. Ia tersenyum dan berlalu pergi begitu saja. Aku hanya bisa tersekat karna tak menemukan cara untuk menahannya lebih lama. Setidaknya kita perlu berkenalan, tapi ya sudahlah. Dia sudah pergi.
Aku mendesah kecewa dan menutup wajah dengan buku yang aku pegang sejak tadi. Sialan, lagi-lagi aku kehilangan kesempatan.
Fyi, ada beberapa info :
* Gerimis Siang itu adalah Hujan Series ke-3 yang merupakan cerita tentang hujan
* Series pertama yaitu Pagi Itu Hujan dan Series ke dua yaitu Kembali Temu di Bawah Hujan
* Lebih bagusnya kalian baca sesuai urutan, tapi kalau mau baca series dua dulu atau series tiga dulu sih, gapapa.
* Cerita ini berdiri sendiri. Tapi, ada beberapa tokoh dari Kembali Temu di Bawah Hujan yang ada di sini.
* Aku pakai sudut pandang orang pertama sama kayak dari series satu dan series dua.
* Hmm, apa lagi ya? Hehe. Pokoknya stay terus ya. Semoga suka❤Regards,
cravesan
KAMU SEDANG MEMBACA
[HS] Gerimis Siang Itu (✔)
Romance[Completed] [HS] = [Hujan Series] Urutan membaca : 1. [HS] Pagi Itu Hujan 2. [HS] Kembali Temu di Bawah Hujan 3. [HS] Gerimis Siang Itu ** Tempias gerimis mengenai kaca besar perpustakaan. Aku melihat tetesannya yang turun perlahan seperti anak...