Epilog

45 11 12
                                    

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

Setelah memiliki seorang pacar, aku tak tahu kalau rasanya biasa saja. Yang beda hanyalah akan ada kontak baru yang mengirim chat penuh perhatian menanyakan apa sudah makan, sudah mengerjakan tugas, sedang apa, dan berbagai hal lainnya.

Aku belum memberitahu pada Kristi kalau aku dan Revano pacaran. Kristi sepertinya sibuk dengan berbagai kegiatan organisasi. Aku juga sih tapi tak sesibuk Kristi.

Aku juga tak tahu kenapa Kristi sesering itu mengunjungi base organisasi. Entah apa yang Kristi kerjakan di sana.

Hari ini Revano mengantarku pulang. Kelas hari ini selesai jam 2 siang. Kristi pamit padaku kalau ia hendak ke basecamp organisasi. Saat aku tanya apa yang ia lakukan di sana, Kristi hanya menjawab, "makanya ayo ke basecamp," ia malah mengajakku.

Aku menggeleng. Menolak. Aku punya janji, Revano akan mengantarku pulang. Cowok itu ingin tahu di mana rumahku.

Kristi lalu pergi. Melambaikan tangan dan dalam sekejap sudah hilang di pintu kelas.

"Yuk pulang!" Ajak Revano.

Aku mengangguk. Melangkah di sisinya keluar kelas bersama. Sampai saat ini belum ada yang menyadari kalau aku dan Revano memiliki hubungan spesial.

Yah sebenarnya aku juga tak ingin ada yang sadar. Begini saja sudah cukup. Setidaknya orang-orang hanya bilang kalau ada Wulan dan Kristi pasti ada Revano.

Revano juga tidak bertindak berlebihan bila di kampus. Kalau di luar kampus sih...

"Mau makan gelato gak?"

Revano menengadahkan tangan kirinya yang tak memegang setir. Aku yang sudah tahu niat cowok itu meminta tanganku untuk memegang tangannya, pura-pura sibuk dengan ponselku.

Revano berdecak. "Please gimme your hand babe,"

Aku mengulum senyum. Kata-kata Revano sontak membuat apa yang di dalam dadaku menghangat. Ada gelenyar panas yang perlahan menjalar ke pipiku.

Sialan sekali.

Suara rendah Revano. Tangannya yang besar. Serta sosoknya yang sedang fokus menyetir dengan satu tangan membuat aku tak bisa untuk terus berpura-pura.

Aku menelusupkan jari-jari tangan kananku pada celah kosong antar jari-jari besar Revano. Cowok itu tersenyum. Aku bisa melihat sudut bibirnya naik dari samping. Rasa panas di pipiku semakin menjadi-jadi. Ada jutaan kupu-kupu rasanya menggelitiki perutku. Rasanya aneh tapi menyenangkan. Aku menyukai sensasi ini.

Tempat gelato yang menjadi tujuan kami terletak di taman kota. Aku lalu turun dari mobil Revano lantas melangkah masuk ke kedai gelato lebih dulu.

Tempat gelato itu berupa kafe yang juga menjual kopi dan kue. Interior di dalam kafe itu menarik perhatianku. Setiap sudutnya di desain seaestetik mungkin. Semua sudut di rancang instagramabel.

"Buru-buru banget sih," sahut Revano di sisiku.

Aku tertawa kecil menoleh kepadanya. Ia hanya tersenyum hangat lantas menggandeng tanganku lagi.

Kami berdua lalu mengantri di depan counter pemesanan sembari melihat-lihat menu yang di pajang di langit-langit counter.

Aku memilih gelato rasa vanila dan mangga dalam cup. Untuk topingnya, Aku menyerahkan pilihan pada Revano sebab banyak sekali macam toping yang menggiurkan.

Antrian di depan kami masih ada tiga orang lagi. Aku dan Revano menunggu dengan sabar. Tangan kami masih bertaut. Sesekali Revano meremas jemariku.

Aku perlu menahan diri untuk tak tersenyum. Karna sungguh sensasi menyenangkan ini membuat aku kehilangan kewarasan untuk menarik senyum sejak tadi. Takutnya orang-orang melihat aku tersenyum-senyum sendiri dan mereka malah berpikir aku pasien rumah sakit jiwa. Kan jadi tidak lucu.

Aku mencoba untuk mengalihkan pikiranku. Mataku menjelajah ke setiap sudut kafe. Hingga pandanganku terhenti ke satu sudut. Tepatnya di tengah-tengah kafe. Meja bulat dengan dua kursi itu diisi oleh dua orang yang aku kenal.

Aku jadi deg-degan dan refleks memelototi dua orang itu sejak tadi.

Sampai salah satunya menoleh ke arahku. Agaknya ia merasa ada yang memerhatikan sejak tadi. Bodohnya aku malah tak memalingkan wajah dan dengan pasrah saling tatap dengan orang itu.

Mampus,

Aku ketahuan,

**

[HS] Gerimis Siang Itu (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang