16. Kejahilan Mereka

23 11 1
                                    

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

"Sasa mana?" Kak Nadine mengulang tanya tak sabaran.

Aku buru-buru menggeser dengan kakiku alat pencuri dengar yang tadinya aku sembunyikan di belakang punggung ke bawah kasur. Lantas aku berdiri dan mendekati Kak Nadine.

"Sasa lagi di toilet Kak. Katanya mules." Aku memberi jawaban untuk tanya tak sabaran itu sembari melirik toilet yang ada di sisi kananku.

Aku menilik ekspresi Kak Nadine yang tampak kusut. Entah karna lelah atau karna menahan emosi. Ia melangkah masuk begitu saja melewati Kristi yang buru-buru menepi untuk menuju pintu toilet yang berada di dalam kamar kami.

Aku deg-degan. Takut ketahuan sebab aku asal bicara saja tadi. Aku kira setelah berujar seperti itu, Kak Nadine akan pergi. Namun, Kak Nadine malah berniat memeriksa ke toilet.

"Nadine! Lo ngapain? Cepet sini! yang lain lagi rapat di bawah." Salah satu panitia muncul. Namanya Kak Flara. Ia menarik Kak Nadine, membawanya pergi.

Lantas selepas kepergian Kak Nadine akhirnya aku bisa bernapas lega. Aku kembali duduk bersandar pada dinding di bawah bingkai jendela.

"Ngeri banget Kak Nadine," komentar Kristi. Ia juga duduk di sampingku.

Aku mengangguk setuju. Tadi kalau Kak Flara tak datang, mungkin aku akan dimarahi sebab telah berbohong. Bisa-bisa sisa hariku di sini akan berakhir buruk. Mengingat tabiat Kak Nadine yang suka marah-marah. Kalau Kak Dito marah ada sebabnya bisa jadi karna telah melakukan pelanggaran namun kalau Kak Nadine aku sangsi alasan ia marah karna suatu hal yang melanggar aturan. Karna kalau dilihat-lihat Kak Nadine itu orangnya moodyan.

Terlebih lagi semenjak Sasa bergabung di organisasi, ekspresi muram dan kesal selalu tampak di wajah Kak Nadine. Aku peka terhadap perubahan suasana hati orang-orang di sekitarku melihat dari raut wajah mereka. Dan Kak Nadine salah satunya. Aku ingat waktu itu melihat Kak Nadine menuju base yang mana ada Sasa dan Kak Dito berdua saja. Aku mengamati dari jauh bagaimana interaksi antara Kak Dito dan Sasa, jelas sekali Kak Dito mencari perhatian pada Sasa. Lalu Kak Nadine datang mendekat dengan aura suram dan raut wajah kesal. Karena itu aku urung ke base.

Aku dan Kristi sama-sama diam. Aku yang diam karna spekulasi ku tentang Kak Dito, Sasa dan Kak Nadine. Kalau Kristi sih aku tidak tahu dia diam karna memikirkan hal apa.

Tiba-tiba suara air terdengar. Aku buru-buru berbalik dan melihat keluar jendela, aku kira hujan. Lalu aku diam sesaat untuk mendengar lebih jelas suara air itu.

Asal suara itu dari toilet seperti suara keran air saat mengisi bak mandi. Lantas aku menoleh ke arah Kristi yang juga menatap padaku.

"Ada orang ya di toilet?" bisik Kristi di telingaku.

Aku mengangkat bahu tak tahu. Sebab setelah aku bangun aku tak melihat ada orang yang masuk ke toilet. Aku juga tadi hanya berbohong soal Sasa yang berada di toilet karna aku tahu Sasa sedang bersama Kak Dito di balkon. Jadi... siapa yang ada di toilet?

Bunyi air keran jelas sekali terdengar di telinga kami. Lantas sekelebat ingatan ku mengenai info rahasia yang dibilang Kak Fira soal villa yang kami tempati ini dihuni makhluk lain, membuat aku merinding.

"Kalau gak ada orang kok airnya tiba-tiba nyala?" tanya Kristi lagi.

Aku mengangkat bahu lagi.

"Emang air keran bisa nyala sendiri ya?" Kristi bertanya lagi.

Aku kali ini menggelengkan kepala. Tidak tahu sama sekali harus menjawab tanya Kristi.

"Lan kok gue merinding ya?"

Bulu kudukku dari tadi sudah merinding Kristi. Aku berujar begitu dalam benak. Karna lidahku kelu untuk berucap.

Kami berdua sama-sama diam. Aku menatap pintu toilet itu dan dari sudut mataku, Kristi juga melakukan hal yang sama.

"Mau liat ga?" tanya Kristi tiba-tiba.

Aku menoleh padanya sembari mengernyitkan kening. Ia balas menatapku. Seolah memberitahu kalau ia yakin dengan ucapannya.

"Kalau berdua gue berani," ujar Kristi lagi.

Aku menghela nafas, melirik antara pintu toilet dan Kristi bergantian. Memang sih makhluk gaib itu tidak terlihat dan kasat mata. Tapi, hal yang tak terlihat dan kasat matalah adalah yang harus diwaspadai. Sebab karena tak terlihat kita tidak tahu apa yang sedang dilakukan mereka dan apa yang akan mereka lakukan pada kita.

Namun, meskipun begitu rasa penasaranku lebih tinggi. Kalau berdua memang lebih berani. Betul kata Kristi.

Lantas aku bangkit berdiri dari dudukku, menggandeng tangan Kristi dan mendekati pintu toilet. Suara air mengalir semakin terdengar jelas.

"Gue yang hitung ya sampai tiga terus kita buka pintunya bareng-bareng," bisik Kristi.

Aku mengangguk.

"Satu... dua... tiga..."

Aku dan Kristi menekan kenop pintu lalu mendorong pintu bersama-sama dan ternyata...

**

Setelah mendapati toilet yang kosong dengan keran bak mandi yang mengalir, aku dan Kristi mendengar suara panitia memanggil kami agar segera berkumpul di lantai satu.

Jujur saja dalam sekejap aku blank. Tidak ingat apa-apa. Aku bahkan lupa sedang ada dimana dan tidak sadar sama sekali kalau ada Kristi di sebelahku. Untungnya Kristi tiba-tiba bersin dan hal itu membuat aku tertarik kembali ke kenyataan dan bersiap menuju lantai satu.

Sasa muncul tiba-tiba. Dan kejadian sebelum aku dan Kristi membuka pintu toilet berkelebat secepatnya di dalam kepalaku. Dan aku merasa biasa saja seolah tak terjadi apa-apa tadi. Padahal aku sudah parno dengan bulu kuduk yang berdiri

Sebelum benar-benar keluar kamar, aku menatap pintu toilet sekali lagi. Semoga saja sisa hari kami di sini baik-baik saja dan kejahilan mereka cukup sampai di sini saja.

**

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Date : Senin, 3 Januari 2022

Chapter ini harusnya di publish kemarin😦 maaf ya jadi update di luar jadwal😟

[HS] Gerimis Siang Itu (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang