17. Alwi Suka Sama Cahaya

24 12 2
                                    

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

Kegiatan pada acara latihan dasar kepemimpinan membuat aku lupa akan kejadian ganjil yang aku alami dengan Kristi kemarin.

Sejak pagi kami dibangunkan pagi-pagi sekali untuk sarapan. Lantas kegiatan diawali dengan senam pagi lalu dilanjutkan berlari mengelilingi lingkungan villa. Setelahnya kami disuruh istirahat dan sarapan.

Lantas sekitar jam 11, kami disuruh berkumpul kumpul kembali di lapangan berumput depan villa. Langit tampak mendung dan tak lama hujan pun turun. Kami sama sekali tak boleh berteduh karena kegiatan ini merupakan rangkaian acara latihan dasar kepemimpinan, hanya yang sakit dan tidak sanggup saja yang boleh berteduh dan beristirahat.

Kami lalu dibawa ke lapangan tanah yang becek dan panitia acara mengadakan game yang sialnya seru sekali. Alhasil kegiatan di bawah hujan deras dan lapangan tanah yang becek dengan mudahnya jadi berlumpur, jadilah kami sewarna dengan lumpur dari atas kepala hingga kaki. Bagaimana tidak? Game yang dimainkan harus menggunakan seluruh anggota badan alhasil kami berguling-guling lumpur.

Kristi duduk di sampingku dan menyilangkan kaki setelah kembali dari toilet. Hujan masih turun tapi sudah tidak sederas tadi. Kami duduk di atas tanah berlumpur dan membentuk lingkaran dengan seseorang yang berdiri di tengah-tengah lingkaran. Bang Gerong, namanya dia adalah ketua dpo atau dewan pengawas organisasi. Tak jauh-jauh dengan keorganisasian, Bang Gerong bercerita tentang asal muasal organisasi ini hingga ia menjabat sebagai dpo.

Kami mendengar dengan seksama tiap apa yang Bang Gerong ucap. Hingga perhatian kami teralihkan pada salah satu teman kami kalau tidak salah namanya Cahaya yang terlihat pucat dan sepertinya akan pingsan. Alwi yang duduk di dekatnya dengan sigap menggendong gadis itu ke lokasi berteduh menuju panitia medis.

"Si Alwi kuat juga ya Lan," komentar Kristi di telingaku.

Aku diam saja tak menanggapi dan lebih tertarik untuk melihat bagaimana Alwi tampak begitu hati-hati menurunkan Cahaya ke atas kasur.

Bange Gerong kembali bicara lagi. Sayangnya aku sudah kehilangan minat untuk mendengar ocehan dari Bang Gerong. Untungnya sih setelah lima menit bicara, Bang Gerong menyudahi cuap-cuapnya dan kami bisa istirahat sembari membersihkan diri. Kami diberi waktu bebas sampai makan malam nanti.

Aku dan teman-teman lainnya sepakat untuk mandi di aliran sungai yang tak begitu deras untuk membersihkan lumpur di tubuh kami. Yang laki-laki sudah duluan terjun ke sungai melalui tebing yang tidak terlalu tinggi sementara teman perempuan ku yang lainnya memilih melewati tangga yang terbuat dari tanah menuju sungai.

"Lompat gak?" Alwi tiba-tiba saja sudah berada di sampingku. Aku menoleh padanya lalu kembali memperhatikan sungai di bawah.

Jarakku dan sungai tidak terlalu jauh. Masih ada tebing yang lebih tinggi di sisi kananku. Aku  berdiri di tebing yang paling rendah, namun tetap saja melihat ke sungai di bawahku, ragu menyelemutiku.

"Mau lompat bareng gue?" Alwi bicara lagi. Kali ini sembari memberi tawaran yang menarik.

Aku mendengar pekikan girang dari Kristi saat Kristi melompat bersama dengan Kak Fikri di tebing yang bersebrangan denganku. Aku melihat raut bahagia di wajahnya.

"Ayo!" Alwi mengulurkan tangannya. Ia terlihat tak sabar hendak melompat juga.

Aku melirik wajah Alwi, lalu air sungai di bawahku dan tangan Alwi bergantian sebelum benar-benar meyakinkan diri kalau aku tidak akan kenapa-napa melompat ke sungai bersama Alwi.

"Ayo!" seruku seraya menyambut uluran tangan Alwi seperti komando untuk Alwi yang sejak tadi sudah bersiap. Aku merasa tubuhku ditarik ke bawah bersamaan dengan itu air dingin sungai yang segar memberi salam selamat datang padaku yang berhasil melompat turun.

**

"Cahaya sakit, dia masuk angin dan harus pulang duluan."

Aku mendengar obrolan salah satu temanku sesaat setelah mandi bersih di kamar mandi selepas berenang di sungai tadi. Aku mengaduk isi tas mencari sisir sembari melirik pada dua orang dari kamar sebelah yang juga kamar Cahaya mengobrol di kamar kami.

"Si Alwi yang ikut anterin dia ke kosannya sama salah satu panitia keamanan."

"Btw, kalau diliat-liat ya si Alwi kayaknya suka sama Cahaya deh."

"Siapa sih yang gak suka sama Cahaya. Dia cantik..."

Aku enggan mendengar kelanjutan obrolan itu. Lantas aku segera keluar kamar dan menuju balkon untuk menghirup udara segar.

Kok rasanya aku kesal ya? Kenapa?

Toh mau Alwi suka dengan Cahaya atau tidak bukan urusan ku kan?

"Galau ya?"

Aku tersentak kaget dan refleks bergerak menjauh saat suara itu tiba-tiba saja terdengar di telinga kiriku. Bersamaan dengan itu, Kristi tergelak, menertawakanku. Dengan wajah tanpa dosanya ia kembali berujar, "kalau cemburu bilang Lan, lo gak bisa boongin gue."

Aku membuka mulut hendak protes namun, bukan kata-kata yang keluar dari mulutku. Melainkan erangan pelan yang diikuti rasa sakit dari perutku.

Ah, tidak. Jangan sekarang!

**

Date : Sabtu, 8 Januari 2022

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Date : Sabtu, 8 Januari 2022

[HS] Gerimis Siang Itu (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang