7. Pertemuan Sore

34 16 3
                                    

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

Alwi, Kak Dito dan Kak Fira sudah berada di samping gedung convention center. Alwi langsung melambaikan tangan padaku dan Kristi saat kami mendekat. Penampilan Alwi terlihat berbeda sore ini karna kemeja kuning yang cowok itu kenakan dan t-shirt putih di bawahnya. Cowok itu terlihat lebih cerah dari pada Dito yang hanya mengenakan t-shirt hitam.

"Ada liat temennya yang lain pas kalian ke sini?" tanya Dito sembari menatap ku dan Kristi.

Kristi menggeleng. "Gak ada Kak. Cuma kami berdua."

"Oke. Kalau gitu kalian bisa gabung di sana bareng Fira sama Alwi ya." Kak Dito tersenyum kecil lalu kembali sibuk dengan ponselnya.

Tak berapa lama ada pesan masuk dari grup anggota baru organisasi. Pesan itu dari Kak Dito.

From Kak Dito :
Lima menit sudah lewat tapi yang datang baru tiga orang. Saya kasih waktu tambahan lima menit. Jadi total sepuluh menit, lewat dari itu kalian gak usah datang lagi. Note : kecuali yang sudah izin terlambat ke saya.

Aku meneguk saliva gugup. Kak Dito benar-benar seram ternyata. Bukan hanya rumor saja. Padahal tadi ia tersenyum pada kami berdua. Perubahan emosinya cepat sekali. Apa senyuman tadi hanya sekedar basa basi? Agaknya iya.

Aku dan Kristi lalu duduk bersila di lantai cor semen samping gedung convention center. Sementara itu Alwi pergi ke sisi gedung untuk menjawab telepon. Di sini juga sering dipakai untuk mahasiswa yang hobi bermain skateboard mengasah kemampuan mereka. Biasanya mereka akan mulai bermain jam 5 sore atau menjelang malam. Lokasinya yang luas mulai dari area parkir gedung convention center hingga belakang gedung. Biasanya area ini juga dipakai untuk lahan parkir jika area parkir di depan gedung convention center penuh.

"Santai bro. Kalem. Lo udah kayak mau makan orang aja." Kak Fira bicara saat Kak Dito duduk di sebelahnya.

"Kalau gak kayak gini, mereka gak bakal disiplin sama waktu," jawab Kak Dito.

Aku mangut-mangut mengerti. Sikapnya yang tegas dan terkesan seram memang diperlukan.

Alwi kembali setelah menyudahi panggilan teleponnya. Cowok itu lalu duduk di samping ku.

"Alwi kemeja lo bagus, beli di mana?" tanya Kristi kepo.

Aku juga menoleh ke samping dan langsung bersitatap dengan Alwi. Alwi tersenyum lalu menjawab.

"Punya Abang gue ini, bukan punya gue."
 
Kristi beroh ria saja sebagai tanggapan. Lalu ia kembali sibuk dengan ponselnya.

"Lan lo udah makan?" tanya Alwi padaku.

Aku mengernyitkan dahi karna pertanyaan random dari Alwi lantas mengangguk sebagai jawaban.

"Gue ada cokie-cokie nih lo mau gak?" Alwi mengeluarkan pasta coklat cokie-cokie dari saku kemejanya dan mengulurkannya padaku.

Tentu saja aku dengan senang hati menerimanya. Namun, Kak Fira yang tadi sibuk dengan laptopnya mendongak ke arah aku dan Alwi lalu mengajukan protes. "Gue? Gue gak dapet cokie-cokie?"

Kristi pun ikut-ikutan. "Mana cokie-cokie? Mau dong!"

Alhasil Alwi jadi salah tingkah. Karena hanya ada satu cokie-cokie di saku kemejanya. Ia pun meminta maaf lalu berjanji akan memberi cokie-cokie untuk Kak Fira dan Kristi nanti.

Satu persatu teman-teman anggota baru di organisasi berdatangan. Kami pun membuat lingkaran dan duduk bersila. Kak Dito dan Kak Fira duduk bersebelahan dan memulai pengarahan pertemuan sore ini.

Pertemuan hari ini hanya membahas perkenalan satu sama lain dan juga rencana acara pelatihan dasar kepemimpinan serta penjelasan materi mengenai organisasi.

Aku fokus mendengarkan Kak Dito bicara. Sementara Kristi di sebelah ku tampak gelisah. Ia sesekali menoleh ke belakang seolah sedang mengharapkan kedatangan seseorang.

Aku jadi penasaran dan menoleh ke belakang juga. Bersamaan dengan itu, sosok Kak Fikri muncul sembari berlari-lari kecil menuju ke arah kami.

Cowok itu lalu bergabung, duduk di sebelah Kak Dito. Barulah sesudah kehadiran Kak Fikri, Kristi tidak gelisah lagi.

**

Pertemuan di samping gedung convention center selesai di saat langit jingga sedang merah-merahnya. Cuaca yang cerah dan tidak ada awan membuat langit jingga menampilkan cahaya kemerahan matahari yang hendak terbenam. Sekelompok mahasiswa datang dengan papan skateboard di tangan mereka. Sepertinya mereka hendak bermain.

Aku dan Kristi berpisah di depan gerbang. Kita berbeda arah, Kristi ke kanan menuju kosannya sementara aku ke kiri menuju jajanan pinggir jalan depan kampus. Biasanya sih Kristi juga ikut dengan ku berwisata kuliner di depan kampus. Tapi kali ini Kristi tidak ikut, dengan alasan ia hendak pulang cepat ke kos. Padahal aku sudah tahu, Kristi hendak pergi bersama Kak Fikri. Sebab gelagat Kak Fikri dan Kristi terlihat jelas sekali tadi.

Mengingat cerita Kak Fira kemarin, aku rasa aku harus segera memberitahu Kristi sebelum terlambat.

Seraya memikirkan kemungkinan reaksi Kristi setelah mendengar cerita tentang Kak Fikri, aku melipir ke gerobak tahu berontak. Bentuknya yang kecil-kecil dan aroma gorengan yang harum membuat aku tertarik.

"Beli sepuluh ribu ya Bang," ujarku pada Abang-abang di belakang gerobak.

"Satu lagi ya Bang, sepuluh ribu juga." Suara sahutan terdengar di belakang ku.

Aku menoleh dan mendapati Alwi dengan helm di kepalanya menatapku sembari tersenyum lebar.

**

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[HS] Gerimis Siang Itu (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang