**
Ternyata perkara aroma bunga melati membuat kehebohan. Katanya Kak Nadine pingsan karna melihat sekelebat bayangan di belakang villa. Orang-orang heboh membicarakan hal itu dan menularkan keparnoan ke yang lain. Sementara itu Sasa yang baru saja dibawa pergi oleh Kak Dito ke belakang villa mengaku tidak mencium aroma bunga melati pada ku dan Kristi.
Aku meringis pelan sebab merasa keganjilan ini semakin menjadi-jadi. Tadi, saat menguping pembicaraan panitia yang mengurus Kak Nadine, aku lagi-lagi mencium aroma bunga melati lantas tanpa pikir panjang aku asal saja melempar alat pencuri dengar itu ke semak-semak di dekatku saat tiba-tiba Kak Fira muncul memergoki kami dan menyuruh kami agar segera kembali ke kamar. Semoga saja esok hari aku tak lupa mengambil alat pencuri dengar itu.
Kemudian Aku diberi satu siung bawang putih oleh Kak Fira. Katanya itu sebagai jimat penangkal dari makhluk gaib karena aku sedang kedatangan tamu bulanan. Aku mengantongi bawang putih itu dan membawanya tidur.
Kehebohan mengenai pingsannya Kak Nadine dan pembicaraan soal aroma bunga melati mulai mereda saat semuanya terlelap. Agaknya kegiatan tadi siang dan juga jurit malam yang dilakukan sebelum acara api unggun sangat menguras tenaga hingga semuanya terlelap. Aku pun juga ikut terlelap, masih dengan sakit di perutku.
Namun, sayangnya aku terbangun dan lagi-lagi tercium aroma bunga melati. Aku melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 3 pagi. Berarti cuma setengah jam aku tertidur. Aku mengambil satu siung bawang putih yang aku kantongi tadi dan menggenggamnya erat-erat lalu melangkah menuju pintu kamar. Semuanya masih terlelap, berbaring diam di atas kasur.
Aku memastikan bunyi kenop pintu tak terdengar nyaring saat aku menekannya dan membuka pintu. Aku menoleh ke kanan dan ke kiri lalu dibuat terhenyak karena ada sosok Alwi yang berada di sisi kiri pintu.
Alwi juga tampak terkejut dan mendekatiku lalu menyentuh puncak kepalaku. "Beneran Wulan ternyata," ujarnya dan terdengar lega lantas mengusap kepalaku.
Aku diam saja. Sama sekali tidak menolak kepalaku disentuh Alwi. Dalam sesaat kami sama-sama diam dan saling menatap di remangnya koridor kamar.
"Kenapa belum tidur hm?"
Bukannya menjawab, aku malah menunduk lalu membuka genggamanku pada satu siung bawang putih. Alwi juga melihatnya dan tak berkomentar. Agaknya ia mengerti kenapa aku membawa-bawa bawang putih.
"Mau kopi?" tawarnya.
"Kopi?"
"Heem."
Dan di sinilah aku. Bersama beberapa panitia keamanan yang berjaga sembari memainkan catur dan bernyanyi dengan iringan gitar di depan villa.
Aku mengambil alih gitar dari Kak Trio dan memainkannya. Mereka ikut menyanyikan lirik dan memberiku pujian karna bisa memainkan gitar.
Alwi lalu datang dari dapur panitia konsumsi bersama Kak Vera. Alwi membawa dua cangkir kopi sementara Kak Vera selaku panitia konsumsi membawa bakwan goreng hangat. Alwi lalu duduk di sampingku dan mengulurkan satu cangkir kopi untukku. Aku menggumamkan terimakasih padanya dan dibalas senyum dan usapan pada kepala. Lagi-lagi aku tak menolak ia menyentuh kepalaku.
Bakwan goreng hangat habis dalam hitungan detik. Tentunya dengan dinginnya malam bakwan goreng hangat-hangat langsung ludes dalam sekejap. Kak Vera berujar bangga karna bakwan goreng yang ia buat habis dimakan. Ia lalu kembali ke dapur dengan piring kosong.
"Kak Vera sendiri di dapur?" tanyaku pada Alwi seraya melirik Kak Vera.
"Enggak. Rame kok. Panitia kebanyakan di dapur."
Aku mangut-mangut saja dan kembali memetik senar gitar mengundang yang lain bernyanyi.
**
Paginya aku menguap di dalam bus yang akan membawa aku serta semua orang yang terlibat di acara latihan dasar kepemimpinan kembali ke titik kumpul sebelum keberangkatan kami yaitu di belakang kampus.
Karena ronda malam dadakan aku dan Alwi semalam, kami mendapat akses ke bus paling besar yang berisi barang-barang. Bus itu tak diisi orang dan hanya memuat barang-barang bawaan. Namun, karena tak ada orang rasanya bus itu jadi lebih nyaman. Serasa bus milik sendiri begitu ucap Kristi sebelum terlelap. Aku mengajak serta Kristi dan Sasa. Mereka tentunya senang bisa menikmati bus yang lengang.
Kami mengambil tempat duduk bersebrangan. Masing-masing satu untuk dua kursi yang saling berderet ke belakang.
Aku meregangkan badan bertepatan dengan kemunculan Kak Dito dan Kak Fikri. Kedatangan mereka untuk menemui orang terkasih. Meskipun untuk Kak Fikri aku sangsi apa ia benar-benar mengasihi Kristi. Kalau Kak Dito sih tak usah diragukan lagi.
Aku lalu membuka jendela bus dan bersiap untuk tidur. Baru aku menutup mata, ada yang tiba-tiba menyentuh puncak kepalaku.
Tadinya aku kira sentuhan itu karena angin dan aku membiarkannya saja. Namun, sentuhan itu berganti jadi elusan dan sisi bangku sebelahku terasa seperti seseorang duduk di sana. Ah, agaknya aku tahu siapa orang itu.
Aku membuka mata lalu mendapati Alwi menyandarkan kepalanya dengan mata tertutup. Aku menatapnya sesaaat tanpa bicara. Ternyata dilihat dengan jarak dekat begini Alwi ganteng juga.
"Kenapa liat-liat? Gue ganteng ya?" Bibirnya tiba-tiba bergerak. Melontarkan kelakar.
Aku tak terkejut mendengarnya berujar dan mendengus sebagai tanggapan.
"Ngapain lo di sini. Kenapa gak di bus yang lain?" Aku melihat dua bus lainnya lewat jendela.
"Di sana gak ada lo."
Oh shit!
Aku mengumpat pelan dalam hati. Lantas memilih untuk terlelap daripada meladeni Alwi yang makin lama membuat aku tak bisa berhenti menatap wajahnya.
Namun, baru aku hendak menutup mata, cahaya matahari yang tadinya terhalang oleh dedaunan pohon di samping bus merangsek masuk lewat kaca jendela bus dan jatuh tepat di wajah Alwi yang terlelap. Tampak kedutan di alis Alwi, agaknya cowok itu terganggu dengan cahaya matahari. Melihatnya, membuat tanganku refleks terulur untuk menghalangi cahaya matahari mengenai wajahnya.
**
Date : Sabtu, 15 Januari 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
[HS] Gerimis Siang Itu (✔)
Romance[Completed] [HS] = [Hujan Series] Urutan membaca : 1. [HS] Pagi Itu Hujan 2. [HS] Kembali Temu di Bawah Hujan 3. [HS] Gerimis Siang Itu ** Tempias gerimis mengenai kaca besar perpustakaan. Aku melihat tetesannya yang turun perlahan seperti anak...