**
Hari ini sehabis kelas, Kak Fira meminta kami (aku, Kristi dan juga Sasa) menjadi anggota panitia humas dengan Kak Fira sebagai ketuanya. Kami diminta mengirimkan surat dengan selamat ke base-base organisasi yang ada di gedung student center.
Pekerjaan ini menyenangkan. Aku jadi lebih banyak mengenal orang dan melihat base-base organisasi yang ada di student center. Baik itu hiasannya, kerapiannya dan keramah tamahan orang-orangnya. Yang paling artistik adalah base DPMF DKV (Desain Komunikasi Visual) yang benar-benar mencerminkan seni dari mahasiswanya.
Setelah berurusan dengan surat menyurat, aku menemani Kristi ke gedung fakultas teknik. Katanya Kak Fikri akan memberi Kristi hadiah dalam rangka Kak Fikri menerima gaji pertamanya sebagai part time barista di kafe.
Aku setuju saja menemani Kristi tanpa komentar. Sesampainya di gedung fakultas teknik, aku agak menjauh dari Kristi dan Kak Fikri yang mengobrol. Dan malah dikejutkan dengan Alwi yang lewat di depanku.
"Alwi!"
Aku memanggilnya. Alwi menoleh dan terkejut dengan kehadiranku. Namun, setelahnya ia tersenyum.
"Wulan ngapain di sini?"
Aku menuding ke sisi kananku dengan ibu jari, di sana Kristi dan Kak Fikri sedang bicara. Alwi mangut-mangut saja.
"Lo darimana?" Aku melongok ke arah datangnya Alwi tadi.
"Abis ketemu sama temen di sana," Alwi menunjuk ke arah laboratorium teknik, di sana ada beberapa mahasiswa. Agaknya salah satu dari mereka adalah teman Alwi. Atau mungkin semuanya.
"Oh gitu..."
"Masih ada kelas Lan?"
"Enggak."
"Mau ikut gue gak?"
"Kemana?"
"Ikut aja dulu daripada lo di sini jadi obat nyamuk."
Aku melirik Kristi yang masih asik mengobrol dengan Kak Fikri sebelum mengangguk setuju dan mengikuti Alwi.
Setelah kejadian di lokasi latihan dasar kepemimpinan yang membuat aku malu setengah mampus sehari setelahnya, hari ini rasa malu ku menguap begitu saja dan aku merasa sedikit lebih dekat dari biasanya dengan Alwi.
Semacam ada chemistry di antara kami menurutku. Entah Alwi menyadarinya juga.
Alwi menuju parkiran motor, aku yang mengikutinya tentu menuju tempat yang sama.
"Ngapain?" Sesampainya di samping motor Alwi, aku bertanya.
"Pergi. Ke suatu tempat." Alwi menyerahkan helm padaku.
Aku ragu menerimanya sebab tempat yang Alwi maksud tidak jelas. Meski tampang Alwi bukan seperti penjahat, hanya saja aku perlu waspada bukan?
Alwi tiba-tiba tergelak. Ia tertawa lepas entah karna apa. Padahal aku sedang tidak membuat lelucon dan di sekitar kami juga tidak ada kejadian yang lucu.
Selama beberapa saat aku membiarkan Alwi puas tertawa. Tapi, lama kelamaan aku kesal juga.
"Lo kenapa sih?"
"Lo yang kenapa?"
"Loh kok gue?"
"Lo mikirnya apa pas gue bilang ke suatu tempat."
"Ck. Jangan ngajak gue buat berpikir buruk tentang lo ya Alwi." Aku menggertaknya.
"Oh... oke oke sorry. Duh jangan serius gitu dong mukanya."
Aku mengerutkan alis menatap Alwi. "Emang kenapa kalau gue mikirnya kemana-mana? Salah lo sendiri kan yang ngomong ambigu. Coba kalau lo bilang yang jelas tujuan lo ngajak gue."
Dan... Let's Say Hi! Itu adalah nama tempat yang menjadi tujuan Alwi mengajakku. Sebuah tempat les bahasa inggris untuk anak SD.
"Gue kenal pemiliknya dan gue diajak buat join jadi tutor les anak-anak." Alwi menjelaskan tanpa aku minta.
Lokasi tempat les ini berada tepat di sebrang SMA ku. Masuk ke gang kecil di sebelah tempat fotocopy. Tempat les itu baru buka beberapa bulan ini, Alwi bercerita.
Sewaktu Alwi bersama denganku naik angkot lalu turun di depan SMA lantas menuju gang di sebelah tempat fotocopyan, ternyata hari itu adalah hari pertama Alwi menjadi tutor.
Hari ini Alwi akan mengajar, aku diminta menunggu sebentar sebab waktu mengajarnya hanya 45 menit.
Sembari menunggu Alwi mengajar, aku melihat-lihat pigura foto yang tergantung pada dinding. Dan dibuat kaget karna pada salah satu pigura dengan tulisan dibawahnya 'pendiri Let's Say Hi!' adalah wajah yang aku kenal.
Mirip seperti sekretaris Mama di kantor. Aku ingat betul wajahnya karena dia sering berkunjung ke rumah. Aku memanggilnya dengan sebutan 'Tante Laras'.
"Wulan ya?"
Aku terhenyak. Sontak mengalihkan atensi pada sosok di sebelahku.
"Tante Laras?"
Ekspresinya jelas sekali kalau ia kaget mendapati aku di sini seolah aku tak seharusnya ada di sini. Namun, setelahnya aku menangkap perubahan ekspresi Tante Laras menjadi tersenyum lebar seolah senang dengan kehadiranku.
Agak cringe memang tapi sungguh memantik rasa penasaranku. Sebab yang pertama, kemunculan tempat les ini yang lokasinya sedikit masuk gang dan tidak strategis. Aku rasa Tante Laras bisa menyewa tempat yang luas dan strategis untuk mendirikan tempat les. Dan kenapa harus di sini di dekat SMA ku yang jelas-jelas bukan target untuk tempat Let's Say Hi! yang hanya menerima anak SD.
Meskipun begitu... aku pura-pura senang saja dan memberi selamat pada Tante Laras untuk tempat les barunya. Kalau Tante Lara bisa berpura-pura, kenapa aku tak bisa?
"Salah satu tutor les Tante Laras, temen aku." Aku menuding ke salah satu ruang kelas yang sedang digunakan Alwi. "Alwi, dia temen aku."
"Oh Alwi? Iya. Dia tinggal di dekat rumah Tante. Beberapa kali kita ngobrol dan Tante ajak aja dia jadi tutor di sini, sekalian nambah-nambah uang jajan."
Aku mangut-mangut saja mendengar penjelasan Tante Laras yang terdengar meyakinkan dengan tatapan lurus pada Alwi yang sibuk menebar senyum di depan ruang kelas.
**
Date : Minggu, 23 Januari 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
[HS] Gerimis Siang Itu (✔)
Romance[Completed] [HS] = [Hujan Series] Urutan membaca : 1. [HS] Pagi Itu Hujan 2. [HS] Kembali Temu di Bawah Hujan 3. [HS] Gerimis Siang Itu ** Tempias gerimis mengenai kaca besar perpustakaan. Aku melihat tetesannya yang turun perlahan seperti anak...