**
"Jadi lo lebih suka baca webtoon ya daripada manga?" tanyaku pada Revano.
Revano bercerita kalau ia menyukai salah satu komik di aplikasi webtoon. Katanya ia suka karena ceritanya menarik dan membahas tentang psikologi manusia. Aku mengangguk-angguk saja. Mendengarkannya yang kembali mengoceh soal webtoon-webtoon lainnya.
Aku sibuk mencatat di jurnalku, mencatat barang-barang yang aku perlukan untuk dibawa ke acara latihan dasar kepemimpinan yang diadakan di daerah perkemahan yang berada di dataran tinggi esok hari, acara itu akan berlangsung selama tiga hari du malam. Dan aku perlu mempersiapkan barang-barang apa saja yang harus aku bawa.
Katanya sih di sana udaranya sejuk meskipun tidak sedingin di daerah bersalju. Jadi aku tidak perlu membawa jaket tebal, jaket denim sepertinya lebih baik karna aku juga tahan dinging dan tidak mudah masuk angin. Aku lalu membaca sekali lagi apa-apa yang harus aku bawa, obat-obatan, pakaian, jaket, sendal dan ah iya... alat itu.
Aku tersenyum geli. Mencatatnya di list paling bawah barang-barang yang harus aku bawa. Alat itu pasti akan berguna. Sebab dalam acara keorganisasian pasti akan ada pembicaraan yang tertutup dan alat itu akan sangat berguna nantinya. Sesampainya di rumah nanti aku akan bicarakan mengenai alat itu.
"Lan lo bawa baju ganti berapa?"
Aku mendongak, beralih dari catatanku menatap Kristi. "Belum tau."
Aku melirik ke samping mencari keberadaan Revano yang tadi sibuk mengoceh. Cowok itu kini diam dan fokus pada ponselnya, aku bisa mendengar backsound game online dari ponsel Revano, agaknya cowok itu sedang main game.
"Kok belum tau?" tanya Kristi lagi. Ia terlihat bingung harus bawa berapa buah baju ganti.
Aku mengangkat bahu sebagai tanggapan. Karna sekarang memang aku belum tau harus berapa banyak membawa baju ganti. Sebab aku perlu melihat seberapa besar tas tangan yang akan aku bawa besok ke tempat latihan dasar kepemimpinan itu. Tas itu disimpan di kamar Mama. Sudah lama sekali aku tak bepergian dan tak melihat tas tangan itu jadi aku lupa sebesar apa ukurannya. Dan sebanyak apa barang-barang yang sudah aku list bisa muat di dalam tas itu.
Aku sama sekali belum menghitung berapa banyak baju ganti yang akan aku bawa. Mungkin dua? Atau lebih.
Menurut info dari orang yang terpercaya, yaitu Kak Fira. Acara kami tidak akan memakai tenda sebagai tempat bermalam. Melainkan sebuah villa besar dua lantai yang punya banyak kamar. Kata Kak Fira juga villa itu sedikit berhantu. Hmm... info yang menarik bukan?
Kak Fira melarangku untuk memberi tahu siapa pun. Termasuk Kristi. Kata Kak Fira hal ini adalah rahasia panitia.
Yah terserah juga sih mau rahasia atau bukan, itu juga bukan urusanku. Selagi tidak berperilaku aneh-aneh dan tidak asal bicara, berada di tempat yang dihuni oleh makhluk lain akan aman-aman saja.
Aku merapikan buku-buku ku dan memasukkannya semua ke dalam tas sebelum pulang. Kelas hari ini sudah selesai. Aku dan Kristi juga sudah minta izin pada dosen yang mengajar esok hari kalau kami tidak bisa hadir karna harus mengikuti acara dari organisasi. Untungnya dosen itu setuju-setuju saja dan memberikan tugas sebagai pengganti kehadiran kami.
Esok, kami diharuskan sudah berkumpul jam satu siang di titik kumpul yang berlokasi di rumah salah satu pengurus organisasi tepat di belakang kampus.
Aku bergegas naik angkutan umum saat aku melihatnya berhenti di depan gerbang kampus, menunggu penumpang. Kristi sudah pulang lebih dulu nebeng dengan teman sekelas yang membawa motor.
Angkutan umum yang aku tumpangi sekarang dipenuhi penumpang anak sekolah. Ada gedung sekolah yang terletak di jalan samping kampus, agaknya siswa sekolah yang memenuhi angkutan umum ini berasal dari sekolah itu. Angkutan umum yang aku naiki berjalan lambat. Karena banyaknya mobil yang keluar dari gerbang tengah kampus membuat jalanan depan kampus jadi macet dadakan.
Aku menghela napas pelan. Hal ini sudah biasa terjadi. Oleh karenanya sembari menunggu kemacetan mereda, aku membuka ponselku dan memainkannya. Melihat-lihat aplikasi mana yang bisa menghilangkan kebosananku.
Aku memutuskan membuka aplikasi komik online dan membaca kelanjutan komik yang baru terbit minggu ini. Komik yang ku suka belum menerbitkan judul baru jadi aku membaca komik yang lain.
Dalam sekejap aku sudah fokus dengan ponselku. Meskipun tidak sampai kehilangan fokus dengan sekelilingku, aku masih menyadari beberapa penumpang yang naik ke angkutan umum yang aku tumpangi ini. Hingga beberapa saat kemudian kemacetan dadakan sepertinya sudah reda dan angkutan umum kembali melaju.
Aku tersentak sedikit karna angkutan umum ini mengerem dadakan. Untungnya pengendara motor yang menyebabkan hal ini terjadi tidak kenapa-napa dan kembali melajukan motornya seperti tidak terjadi apa-apa. Sopir angkutan umum sempat mengomel dan juga kembali melaju di jalanan.
Fokusku pada komik yang ku baca sudah hilang. Aku melihat ke sekelilingku dan mendapati semua kursi di dalam angkutan umum sudah penuh.
Dan saat itu ku sadar kalau orang yang duduk di depanku, lututnya hampir menyentuh lututku. Panjang sekali kakinya, ucapku dalam benak. Aku pun mendongak dan melihat siapa gerangan yang duduk di hadapanku ini. Aku dibuat tertegun dengan sosoknya yang tersenyum santai padaku. Dia Alwi. Yang duduk di hadapanku dengan kaki panjangnya yang membuat angkutan umum ini jadi lebih sesak dari biasanya.
Alwi tersenyum menatap aku yang tertegun.
**
Date : Jum'at, 24 Desember 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
[HS] Gerimis Siang Itu (✔)
Romance[Completed] [HS] = [Hujan Series] Urutan membaca : 1. [HS] Pagi Itu Hujan 2. [HS] Kembali Temu di Bawah Hujan 3. [HS] Gerimis Siang Itu ** Tempias gerimis mengenai kaca besar perpustakaan. Aku melihat tetesannya yang turun perlahan seperti anak...