30. You Are My Girlfriend Right Now, Wulan [Ending]

54 13 5
                                    

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

"Dah ya semuanya, besok gue yang bawa print out sama fotocopyannya ya, gue balik dulu. Bye!" Lara lalu pergi disusul dua teman kelompok kami yang lain.

Sekarang tinggal aku dan Revano saja. Kami tadi mengerjakan tugas kelompok di rooftop perpus. Kita sekelompok berlima. Kristi berada di kelompok lain.

"Gue boleh nanya gak?"

"Nanya apa?"

"Kenapa lo nangis di depan rak buku yang judulnya patah hati?"

Aku meringis pelan. Waktu aku terpergok Revano menangis di toko buku, aku langsung pergi begitu saja. Meninggalkan Revano dan juga Fakhri. Aku mengirim pesan pada Fakhri kalau ada acara keluarga dadakan yang harus aku hadiri sementara pada Revano aku kabur begitu saja. Namanya juga habis ketahuan menangis masa aku pergi bilang-bilang. Malu tahu.

"Gue sedih."

"Jadi bener ya judulnya yang bikin lo sedih?"

Aku tergelak. Lebih ke menertawakan diriku sendiri. Yang dengan bodohnya menangis di tempat umum.

"Kok ketawa?"

"Lucu."

"Ck." Revano berdecak pelan. Ia tak lagi membahas soal aku yang menangis di toko buku. Tapi mulutku yang gatal malah lanjut membicarakannya.

"Gue habis patah hati."

Revano langsung menatapku.

"Cowok yang gue suka ternyata suka sama temen gue."

"Kristi?"

"Bukan. Namanya Sasa, dia teman satu organisasi gue."

"Wah susah tuh."

Aku mengernyitkan kening. "Susah kenapa?"

"Lo pasti bakal selalu inget gimana rasanya patah hati tiap lo ketemu sama temen lo."

Aku tertawa. "Kalo inget sih iya. Cuma sekilas keinget doang. Kayaknya menjelang dua minggu ini deh habis itu gue pasti dah lupa. Soalnya Sasa juga udah punya pacar."

"Jadi cowok yang lo suka ini suka sama temen lo yang ternyata udah punya pacar." Revano menyimpulkan dengan nada bicara jengah. Seolah ia sudah lelah dengan seluk beluk percintaan seperti ini.

"Iya," balasku sambil tergelak.

Aku lalu mengalihkan perhatian ke langit-langit rooftop yang transparan. Gerimis turun. Langit masih cerah kebiruan tapi terdapat awan mendung yang menurunkan gerimis siang ini. Angin menyentuh kulit lenganku yang tak tertutupi lengan kemeja, aku tak menggulungnya sampai sebatas siku. Kami duduk di tepi rooftop makanya angin bebas masuk begitu saja.

"Gerimis ya?"

"Heem."

"Bisa pas banget gitu ya."

[HS] Gerimis Siang Itu (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang