13. Modus Ala Sinetron dan Alat Pencuri Dengar

31 13 2
                                    

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

Langit mendung tapi sinar matahari tetap terik saat aku mendongak menatap langit dan menutup pintu di belakangku. Alwi berdiri di luar pagar rumahku sembari tersenyum lebar. Cowok itu mengangkat tinggi-tinggi bungkusan plastik minuman. Agaknya itu minuman dingin.

"Ngapain lo panas-panas gini ke rumah gue?" Aku membuka pintu pagar lebih lebar dan membiarkan Alwi masuk untuk berteduh dari teriknya sinar matahari siang ini.

"Tadi gak sepanas ini kok," jawabnya lalu tersenyum lagi.

Bohong sekali. Padahal aku bisa melihat dahinya yang penuh keringat.

"Urusan lo udah selesai?"

"Udah."

Aku masih penasaran dengan apa yang Alwi lakukan di gang sebrang sekolahku. Tapi, agaknya Alwi tak ingin memberi tahu. Aku juga enggan bertanya lebih jauh dan tak ingin dianggap kepo.

"Jadi, ngapain lo ke sini?"

"Nganterin ini. Buat lo." Alwi mengulurkan bungkusan plastik minuman padaku. Aku ragu-ragu menerimanya. "Makasih," ujarku pelan.

"Sama-sama Wulan." Dia tersenyum lebih lebar. "gue gak tau lo suka rasa apa, tapi karna lo suka jejepangan jadi gue beli rasa mactha."

"Jejepangan?"

"Iya. Lo kan suka manga, anime..."

Aku menatapnya takjub setelah ia berujar seperti itu. "...iya sih. Tapi lo gak bisa gitu aja ngira yang suka manga dan anime itu suka juga sama mactha." Aku bersidekap dada dan menatap heran padanya.

"Ah sorry... gue gak tau..." Ia meringis pelan dan menundukkan kepala. Terlihat merasa bersalah. Ia sesekali melirikku.

"Bukannya gue gak suka mactha. Gue cuma gak nyangka alesan lo beli rasa mactha karna gue suka manga dan anime." Aku nyengir. Rasanya lucu melihat Alwi seperti ini.

Alwi menghela napas. Kentara sekali ia merasa lega. Cowok itu kembali menatap mataku. "Syukur deh. Kalo gitu balik dulu ya. Motor gue masih di kampus soalnya." Ia berujar sambil berjalan keluar pagar rumahku.

"Loh? Gue kira lo gak bawa motor makanya lo naik angkot yang sama kayak gue."

"Eh itu..." Ia terlihat gugup lagi. "Gue duluan ya, dah Wulan!" Lantas pergi begitu saja dari hadapanku. Aku melihatnya berlari menuju ujung jalan dan lenyap dari pandangan.

Lucu sekali. Aku tertawa cukup lama karna ulahnya. Bisa-bisanya Alwi memakai modus ala sinetron ftv begitu. Seraya menutup pagar aku masuk ke dalam rumah sembari mencoba minuman dingin yang Alwi beri untukku.

Ternyata ada boba di dalamnya. Aku mengangguk pelan memuji rasanya yang tak terlalu manis dan cukup menyegarkan. Dan aku dibuat tak bisa berhenti menyeruput.

Aku menuju ruangan paling ujung di rumahku. Di sana semua barang yang tidak terpakai disimpan. Termasuk barang-barangku. Ada mainan lama yang sayang aku buang dan aku simpan di sana. Serta beberapa alat hasil kreatifitasku juga disimpan di sana.

Dulu, aku punya teman semasa SMP. Dia Kakak kelasku. Laki-laki bertubuh gempal. Dia lucu dan memiliki ide-ide kreatif. Hampir semua karya seni, alat percobaan ilmiah dan juga beberapa robot yang ia buat sukses menjadikannya juara dalam perlombaan. Tidak ada yang tak kenal dengannya. Sekolah menjadi tenar dan mengelu-elukan namanya. Sayangnya ia harus pindah setelah satu tahun bersekolah, katanya sih ikut orang tuanya keluar negeri.

Aku selalu ikut kemanapun ia pergi mencari barang-barang bekas tak pakai lagi untuk dibuat sebuah alat-alat kreatif. Aku melihat bagaimana ia membuat alat-alat itu dan juga membantunya sesekali.

Sebelum ia pindah, ia sengaja membuatkan alat khusus untuk ku yaitu alat pencuri dengar yang dibuat dari earphone bekas pakai dan antena pemancar kecil berupa garpu bekas. Ia memberikannya sore hari sebelum ia berangkat bersama orang tuanya di pagi hari. Aku ingat sekali saat itu menangis dan memeluknya untuk jangan melupakanku.

Setelah ia pergi, aku mengembangkan alat pencuri dengar itu sendiri. Tanpa diketahui Mama dan Papa yang waktu itu masih tinggal bersama kami.

Aku membuat tiga buah alat pencuri dengar dengan earphone baru dan pemancar berupa antena kecil seperti antena televisi. Waktu itu aku mencoba alat tersebut berfungsi atau tidak dengan mengarahkan antena ke jendela kamar Mama. Sialnya karna hal itu aku bisa mendengar pertengkaran antara Mama dan Papa serta itu terakhir kalinya juga aku mendengar suara Papa.

Ironi sekali memang. Tapi gara-gara alat itu juga aku tahu kalau Papa selama ini punya kekasih lain di belakang Mama. Sebab Mama tak pernah cerita apa-apa tentang perginya Papa. Dan aku yang sudah tahu karna uji coba alat pencuri dengar buatanku hanya diam dan pura-pura tak tahu saja.

Kembali ke ruangan paling ujung di rumahku yang bisa disebut tempat penyimpanan karena di sini bersih dan tertata rapi tidak seperti gudang yang kotor dan berdebu serta menjadi sarang tikus.

Semua barang dimasukkan ke dalam kotak kardus dan disusun pada rak-rak tinggi. Barang-barangku berada di rak paling ujung. Aku mengambil kursi dan mengintip satu persatu tutup kotak kardus mencari alat pencuri dengar itu.

Di kotak kardus paling ujung aku akhirnya menemukannya. Tiga buah alat pencuri dengar yang akan aku bawa ke lokasi latihan dasar kepemimpinan nanti.

**

Date : Minggu, 26 Desember 2021

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Date : Minggu, 26 Desember 2021

Note :
Aku punya Fanfiction baru... yeayy!! Akhirnya bisa nulis genre fiksi penggemar juga😁
Ayuk atuh mampir😄

[HS] Gerimis Siang Itu (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang