Episode ini gak ada hubungannya sama episode sebelum-sebelumnya dan episode yang akan datang. Namanya juga what if... so let's read😊
**
Karena seminggu lagi jadwal ujian akhir semester keluar, Wulan disibukkan dengan berbagai tugas akhir semester yang banyak ngalah-ngalahin uang jajan Wulan.
Yah malah jadi curhat...
Habisnya gimana lagi, uang jajan yang harusnya cukup buat satu bulan malah sudah tandas dipertengahan bulan. Gimana Wulan gak ketar-ketir coba?
Untungnya sih soal makan, Wulan masih aman karna makanan akan selalu ada di rumah. Kalau Wulan ngekos tamat sudah riwayatnya.
Uang jajan untuk satu bulan tandas tak bersisa bukan karna Wulan jajan terus atau shoping yang berlebihan. Semuanya karna tugas akhir yang memakan biaya.
Wulan perlu bolak balik tempat foto copy-an untuk urusan ngeprint makalah, karna dirumahnya gak ada printer. Tempat foto copy-annya juga merangkap warnet yang khusus untuk mencari bahan tugas di internet bukan untuk main game. Lalu Wulan juga perlu menjilid makalahnya.
Terus beli double folio untuk beberapa tugas akhir yang mengharuskan tulis tangan. Tentunya Wulan juga perlu pulpen tambahan. Belum lagi ada 3 mata kuliah yang akan berlanjut di semester berikutnya dan dosen yang mengajar menyuruh untuk membeli buku paket agar menambah referensi, katanya.
Untuk 2 mata kuliah, dosen menoleransi agar buku pegangan dosen tersebut boleh diperbanyak. Tapi, satu mata kuliah lagi, Wulan tetap harus beli buku baru.
Alhasil sekarang Wulan cuma punya 20.000 rupiah di dompetnya. Itu pun akan berkurang setelah Wulan membayar minas dan teh es yang ia pesan di kantin.
Untunya sih masih ada ongkos buat naik angkot nanti. Jadi, Wulan belum panik-panik banget. Meskipun ekspresinya sudah setengah panik.
"Hai Wulan kok sendirian aja?"
Wulan yang lagi galau perkara dompetnya menipis menatap seseorang yang menarik kursi di hadapannya. Orang itu adalah Alwi.
Alwi tersenyum. Jujur saja senyuman Alwi membuat kegelisahan Wulan sedikit mereda.
"Iya. Tapi, sekarang kan berdua sama lo."
"Hehe... iya juga."
Alwi lalu beranjak ke counter kantin untuk memesan makanan. Setelahnya cowok itu kembali duduk di depan Wulan.
"Ikut rapat gak Lan? Sekalian temu ramah katanya... jadwalnya diundur jadi sabtu ini."
"Sabtu ini ya? Gue gak bisa." Wulan mendesah pelan. Uang jajannya sudah habis gimana mau ikut temu ramah coba?
"Loh kenapa?"
"Tugas akhir gue banyak. Belum kelar. Gue harus kelarin semuanya sebelum sabtu ini biar gue bisa fokus belajar buat ujian." Itu termasuk salah satu alasan Wulan meskipun alasan terbesarnya adalah dia lagi bokek.
Alwi mangut-mangut saja. Agaknya cowok itu mengerti perkara tugas akhir yang Wulan jadikan alasan.
"Kalau gitu gue gak jadi ikut deh."
"Loh kok gitu?"
"Karna lo gak ikut, gue juga gak ikut."
Kalau dulu sih Wulan akan mencibir dan merasa kata-kata Alwi hanya omong kosong saja. Tapi, sekarang entah kenapa rasanya Wulan senang. Apalagi kemarin Alwi dengan terang-terangan bilang kalau ia lebih nyaman ngobrol bersama Wulan daripada bersama Cahaya.
Untuk hal itu didasari oleh Kak Fira yang dengan randomnya bertanya pada Alwi, kalau diberi pilihan terdampar di pulau terpencil, Alwi akan memilih terdampar bersama Wulan atau Cahaya lalu Alwi dengan gamblangnya menjawab Wulan. Alasannya seperti diatas tadi.
Wulan rasa pipinya akan merona jika saja petugas kantin tak segera mengantar pesanannya. Dalam sekejap Wulan teralihkan dengan sepiring minas dan segelas teh es. Tanpa menyadari Alwi menatapnya lamat-lamat.
**
Esoknya, Wulan bangun rada telat karena semalaman ia habis menghitung uang tabungannya dan merelakan beberapa ribu rupiah untuk ia pakai sampai ujian selesai. Karna sehabis ujian, yang akan berlangsung seminggu penuh, Wulan tak perlu ke kampus lagi sebab liburan semester sudah di depan mata. Itu tandanya Wulan tak perlu-perlu banget uang jajan.
Hari ini sebenarnya tidak ada jadwal kuliah. Tapi, Wulan perlu ke kampus untuk menyelesaikan tugas akhirnya yang berupa tugas kelompok, bersama Kristi juga.
Mereka janji bertemu di perpustakaan kampus, bagian rooftop yang sudah Kristi booking duluan sejak pagi.
Sesampainya di kampus, benar saja Kristi sudah berada di rooftop perpus di salah satu sofa segitiga dengan meja panjang berkaki rendah dan beberapa sofa segitiga yang mengelilinginya.
Kristi tampak sibuk dengan ponselnya dan membiarkan layar monitor laptopnya menyala. Wulan mengintip sedikit dan mendapati makalah untuk tugas kelompok yang menjadi tugas akhir semester ada di sana.
"Gue kira lo boong soal udab booking tempat di rooftop perpus." Wulan lalu beranjak duduk dari sofa segitiga di samping Kristi yang terasa tak nyaman, ia pindah ke sebelah dan baru merasa nyaman.
"Astaga Wulan! Gue kaget tau!" Kristi berseru heboh. Sampao gadis itu menangkupkan ponselnya di depan dada.
"Sorry, abisnya lo sibuk banget sama hape sampai gak sadar gue dateng. Jadi, udah sampai mana nih?" Wulan mengambil alih laptop dari hadapan Kristi. Ia menggulir layar kerja microsoft office word dan melihat isi makalah.
"Tinggal daftar pustaka aja, gue udah tulisin nama pengarang, penerbit, tahun terbit sama judul bukunya."
Kristi mengulurkan buku catatan kecil yang bertuliskan apa yang ia sebut tadi. Wulan lalu mulai membuat daftar pustaka dari catatan yang Kristi beri secara manual.
Ketika lagi asik mengetik, Kristi terlihat gelisah. Wulan menyadarinya dari sudut mata. Ia pun berujar tanpa mengalihkan fokus dari monitor laptop. "Lo kebelet ya Kris? Pergi gih ke toilet."
"Oke. Bentar ya Lan!" Kristi langsung berdiri dari duduknya. Bersamaan dengan itu suara letupan terdengar. Andai saja tak disusul dengan konfeti yang jatuh ke kepala Wulan, Wulan akan mengira suara letupan itu berasal dari laptop Kristi.
Wulan pun mendongak dan dibuat terkaget-kaget karena kehadiran Alwi yang membawa kue tart dengan lilin menyala, Kak Fira, Sasa, Kristi dan yang tak tertebak ada Kak Dito juga.
Semuanya lantas serempak bernyanyi, "Happy Birthday Wulan..." sampai musik dari ponsel Sasa berhenti.
"Yeayyy!!! Selamat ulang tahun Wulan!!!" Kristi berseru heboh.
"Wulan selamat ulang tahun ya, semoga panjang umur dan sehat selalu." Sasa mendekat mengulurkan paper bag ukuran sedang. "ini hadiah kecil dari gue, semoga lo suka."
"Makasihhh sasaaa!!" Wulan benar-benar terharu.
Ucapan selamat ulang tahun pun mengalir begitu saja dari semua orang yang ada di rooftop perpus. Even penjaga perpus pun ikut mengucapkan selamat ulang tahun pada Wulan.
"Selamat ulang tahun Wulan. Semoga panjang umur dan sehat selalu. Gue harap lo selalu diberkahi kebahagiaan. Dan yah... gue harap gue bisa jadi salah satu berkah kebahagiaan buat lo." Alwi berlutut di depan Wulan lalu mengulurkan kotak kado ukuran sedang, "dibuka nanti ya pas di rumah."
Wulan tak tahu harus bilang apa. Ia benar-benar terharu semua orang seakan tahu hari ulang tahunnya bahkan ia sendiri lupa hari lahirnya sendiri. Ia akan mengingat kenangan indah dan harapan semua orang di ulang tahunnya ini.
Meskipun begitu... tetaplah apa yang menjadi harap Alwi yang akan Wulan semogakan selalu.
**
Habede Wulan!🎉😻
KAMU SEDANG MEMBACA
[HS] Gerimis Siang Itu (✔)
Romance[Completed] [HS] = [Hujan Series] Urutan membaca : 1. [HS] Pagi Itu Hujan 2. [HS] Kembali Temu di Bawah Hujan 3. [HS] Gerimis Siang Itu ** Tempias gerimis mengenai kaca besar perpustakaan. Aku melihat tetesannya yang turun perlahan seperti anak...