Bab 11

15.4K 487 10
                                    

Aku dan Mika tiba di sebuah pesta di salah satu hotel bintang lima. Beberapa kenalan kami terlihat ikut menghadiri pesta yang diselenggarakan oleh seorang seniman muda yang menurut Mika sangat tampan. Semua orang kaya menurut Mika sangat tampan, jadi aku tidak terlalu penasaran untuk melihat sosok seniman itu.

"Hei, Robby!" seru Mika saat tidak sengaja bertemu dengan mantan pacarnya yang sedang merayu seorang wanita yang tampaknya berdarah campuran. "Kakak cantik, mantanku ini sangat baik. Saking baiknya sampai aku diselingkuhin berkali-kali."

Pria bernama Robby itu hanya meringis melihat kami saat target incarannya berlalu meninggalkannya. "Nggak seneng banget ya lihat aku sama cewek lain?"

"Betul banget! Aku nggak bakalan berhenti balas dendam sampai kamu ngerasain yang namanya sakit hati." Mika menggandengku berjalan meninggalkan Robby. "Gila aja! Benci banget aku lihat muka bahagia dia," kata Mika.

Aku mengedikkan bahu. "Cinta sama benci tuh bedanya tipis." Aku melirik Mika yang tertawa lepas. "Jadi, kita ngapain di sini? Kamu kenal sama yang punya pesta?"

"Ssstt.. Bentar lagi pasti orangnya muncul. Aku kenalin, deh! Orangnya tajir banget pokoknya! Mana ada sih seniman yang bisa bikin pesta kayak begini kalau bukan dari dana warisan."

Tiba-tiba semua mata tertuju pada sosok di belakang kami. Aku dan Mika pun berbalik, penasaran dengan arah tatapan mata yang lain. Seorang pria mengenakan celana pendek dan sweatshirt tersenyum ke arahku. "Kita bertemu lagi."

Aku menyadari wajah cantik pria itu. Ya. Wajahnya cukup cantik untuk ukuran seorang pria. Dia mengingatkanku dengan aktor korea yang berkulit putih dan mulus, tapi masih tetap terlihat gagah. "Taksi online?"

"Kalian sudah kenal?" Mika terlihat bingung.

Aku menggeleng, merasa tidak yakin dengan momen aneh ini. Bertemu dengan supir taksi online yang kebetulan mempunyai mobil sport mewah berwarna merah di sebuah pesta di hotel bintang lima dan dia hanya mengenakan sweatshirt serta celana pendek. Lalu, sepertinya semua orang di pesta ini mengenalnya kecuali aku.

"Dia yang namanya Adam, yang punya pesta ini," bisik Mika di telingaku.

Seorang pria lain berjas mendekati Adam. "Gila, ya? Ngapain kamu datang ke pestamu sendiri pakai baju kayak gitu?"

"Aku tadi habis dari gym, dan kebetulan ketemu wanita cantik ini."

Pria berjas itu melirikku dan Mika. "Hai! Aku Bayu." Dia tersenyum. "Aku akan mengajak pria ini berganti pakaian dulu sebelum kita kenal lebih lanjut."

"Bersenang-senanglah. Aku akan segera kembali." Adam mengikuti Bayu masuk ke dalam gedung hotel dan menghilang dari pandangan.

"Kamu nggak cerita kenal sama Adam." Mika menuntut penjelasan.

"Aku nggak kenal, dia supir taksi yang ngantar aku tadi. Aku kaget banget dia bawa mobil sport."

"Oh, ya? Kayaknya dia udah nargetin kamu, deh. Duh, gemes banget sama cewek ini." Tiba-tiba Mika mencubit pipiku. "Cowok mana sih yang nggak klepek-klepek. Aku juga mau kali dapat yang kayak gitu. Yang muncul malah cowok macam Robby melulu."

Aku balik mencubit Mika. "Ambil aja tuh cowok. Dia bukan tipeku."

Tidak perlu waktu lama hingga beberapa pria mulai mendekati kami. Mika yang dengan antusias berkenalan dengan mereka tampak bahagia. Aku diam-diam memisahkan diri dari mereka dan pergi menjauh ke area yang sedikit lebih sepi di dekat kolam renang. Keriuhan ini membuatku sakit kepala, tapi cukup efektif untuk melupakan ingatan traumatis itu.

Kulepaskan heels-ku dan duduk di pinggir kolam, menikmati sentuhan dingin air di kakiku. Beberapa pasangan tampaknya melihat tempat yang cukup sepi ini sebagai tempat mesum mereka. Tanpa malu-malu mereka berciuman dan bermesraan di sekitar kolam, tak peduli dengan orang lain di sekitarnya.

Sex Games with A StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang