Handphone-ku berdering lagi. Sebuah message untuk yang keempat kalinya muncul di notifikasi. Tapi, aku hanya mengabaikannya dan dengan cepat memasang sepasang anting-anting kecil di daun telingaku.
Kembali kutatap wajahku di pantulan cermin besar di depanku. Riasan wajahku sudah sangat pas dengan penampilanku malam ini. Kupilih warna merah yang sedikit gelap untuk bibirku. Rambut ikalku kubiarkan terurai hingga punggung dan gaun putih yang cukup tipis membalut tubuhku. Aku hanya memakai celana dalam tipis di balik gaun. Lagi-lagi tanpa bra untuk malam ini.
Dering telepon tiba-tiba membahana ke seisi kamarku. Aku berdecak dan segera mengangkat telepon itu.
"Sebentar lagi aku akan turun. Beberapa menit lagi, ok?"
Kudengar ada persetujuan darinya. Aku pun segera menutup telepon dan memasukkannya ke dalam tas tangan hitamku. Dengan cepat, aku mengambil sepasang heels berwarna senada dengan bibirku. Tidak perlu waktu lama hingga aku berlari-lari keluar apartamen dengan stilleto yang kugunakan.
Seseorang di dalam sebuah mobil sedan hitam sudah menungguku di parkiran apartemen. Aku mengetuk kaca mobilnya dan memberikan senyuman bersalah kepada si empunya mobil.
Roni membuka jendela mobilnya dan hanya memutar bola matanya. "Masuklah," katanya sambil melirik bangku penumpang di sebelahnya.
Aku bergegas masuk sebelum Roni mulai memikirkan pidatonya untuk mengomeliku.
"Kamu tahu berapa lama aku nunggu?" Roni menatapku sedikit kesal.
"Ayolah, kan hanya dua puluh menit saja." Kuberikan senyumku yang paling disukainya. Aku menggenggam tangannya, berharap bisa membuat kekesalannya menghilang.
Roni menghela napas berat. "Untung kamu malam ini sangat cantik. Jadi, aku maafkan." Dia melirik ke arah dadaku. "Kamu pasti sudah memberikan jampi-jampi ke payudaramu. Aku melihat putingmu seperti ini saja sudah membuatku terangsang."
Aku tertawa. "Nanti masih ada waktu. Bukannya tadi kamu bilang kalau kita udah telat." Aku sedikit merengek pada Roni.
"Ok, ok. Apa katamu, Sayang." Roni tertawa. Dia segera memindahkan kopling dan melajukan sedannya.
***
Hari ini adalah ulang tahun Mika, sahabatku. Dia mengadakan pesta untuk ulang tahunnya yang ke-25 di sebuah hotel bintang lima di pusat kota. Begitu banyak orang yang hadir. Tidak hanya teman-teman kami saat kuliah dulu, beberapa orang yang cukup terkenal pun hadir.
"Mika!" seruku saat melihatnya sedang berbicara dengan beberapa pria. Dia tampak senang dengan kehadiranku dan langsung menyambutku dengan sebuah pelukan.
"Cantik banget kamu malam ini, Sayang." Dia melihatku dari ujung kaki hingga kepalaku. "Mau kukenalin sama cowok kece, nggak?" bisiknya.
Mika adalah satu-satunya orang yang mengetahui semua kegiatanku. Aku suka berkencan dengan pria. Aku tidak pernah mengincar kekayaan mereka, karena tentu saja aku bisa mencari uang sama banyaknya dengan mereka. Ini hanya sebuah permainan. Satu-satunya hal yang dapat menghiburku selain sahabatku, Mika, tentunya.
"Tapi, aku sama Roni ke sini," kataku ikut berbisik.
"Kamu balikan sama dia?" Mika tampak terkejut.
"Nggak lah, Sayang. Kayaknya dia putus sama Eno. Terus mulai ganggu-ganggu aku gitu deh beberapa hari ini. Ngomong-ngomong, udah lihat kirimanku pagi ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sex Games with A Stranger
RomancePertama kalinya Ellen bertemu pria yang bisa mengintimidasi dirinya. Biasanya, dia adalah pihak dominan dalam hubungan sosial maupun soal berkaitan dengan sex. Mungkin sudah tak terhitung lagi berapa pria yang sudah jatuh ke pelukannya untuk sex. Ta...