Epilog

57 6 1
                                    

Langit Swiss pagi ini terlihat cerah. Cahaya matahari yang hangat menelisik di balik jendela kamar, menembus masuk. Seorang gadis terlihat bersandar di tempat tidur, menatap lurus pada dinding kamar yang masih terlihat remang-remang.

Ketukan pintu yang terdengar setelahnya membuat gadis itu yang tak lain adalah Alya menoleh. Ia tersenyum menemukan Retha di ambang pintu.

"Pagi, Alya. Boleh aku masuk?"

Alya mengangguk. Kenapa tidak.

"Kamu mau sarapan di kamar?"

Retha sengaja menanyakan pertanyaan itu lantaran semenjak siuman dari pingsannya, Alya memilih mengurung diri di kamar. Fonofobianya yang kambuh saat di markas Cosa Nostra tempo hari membuat kondisi mentalnya down. Alhasil, ia memilih untuk menenangkan diri terlebih dulu. Sejauh ini, hanya Retha dan Essiel yang sering masuk ke kamarnya. Yang lain hanya sesekali mengunjungi, meski suara mereka sering terdengar dari balik pintu.

Lama Alya terdiam hingga akhirnya ia tersenyum.

"Engga deh. Aku juga mau makan bareng kalian."

Jawaban itu membuat senyum Retha mengambang. Sepertinya kondisi mental Alya sudah jauh lebih baik.

Di ruang tengah, seperti biasa, semuanya sudah berkumpul. Bersiap untuk sarapan bersama seperti kemarin. Essiel, Olive, dan C sedang sibuk membawa makanan yang telah matang menuju ruang makan. Sesekali mendengar pembicaraan teman-temannya yang terlihat sangat seru.

"Ternyata lo ada gila-gilanya ya, Smeck. Udahlah dadakan, ngajak nikah siri pula." ucap Hiro sambil menggeleng-gelengkan kepalanya dramatis.

Ya. Pagi itu mereka sibuk membahas kisah soal Smeck dan Irene yang sudah menikah. Tadi malam Smeck tidak sengaja keceplosan memanggil dirinya "mas" saat bicara dengan Irene, membuat yang lain heboh meminta penjelasan. Meski sempat menghindar, pagi ini mereka akhirnya menjelaskan soal hal yang menjadi tanda tanya banyak orang itu.

"Semoga kamu baik-baik aja, ya, Rene, punya suami setengah gila kek dia."

Smeck spontan melemparkan salah satu cemilan ke arah Liann yang baru saja bicara, membuat ramai suasana.

"Udah. Ayo makan."

Kalimat Evrena berhasil membuat teman-temannya berhenti mengobrol dan berisik.

Semuanya akhirnya mengambil posisi masing-masing untuk menghabiskan sarapan pagi ini. Saat semuanya hampir memakan suapan pertama, Russel tiba-tiba berteriak girang.

"Yeay, Alya akhirnya keluar kamar."

Sontak semua orang menoleh ke arah Alya dan Retha yang baru saja bergabung. Semuanya tersenyum senang, meski ada yang senyumnya hanya segaris saja. Ray, misalnya.

"Kamu udah baikan, Al?" tanya Liann.

"Udah dong. Alya kan strong. Ya ga, Al?"

Celotehan Burheen akhirnya membuat Alya tersenyum. Ia teringat saat pertama kali ia membuka mata di tempat ini. Saat itu, pertanyaan yang pertama kali meluncur dari mulutnya adalah, "Aku dimana?". Pertanyaan itu dijawab Essiel dengan senyuman, "Kita di rumah."

Benar. Essiel benar sekali. Tempat ini mungkin bukan kampung halamannya. Bukan pula rumahnya yang sudah dihuninya bertahun-tahun. Tempat ini adalah tempat asing. Namun, dengan keberadaan semua sahabatnya yang selalu memberikan gelak tawa, kehangatan, dan dukungan, tempat ini tetaplah sebuah rumah. Karena dimanapun tempatnya, asal selalu bersama teman-teman terbaik, dirinya selalu merasa pulang. Menemukan sebuah rumah.

-lw-

*tamat*

Assalamu'alaikum readers..

Finally, karya ini akhirnya sampai di akhir😆

Say see you untuk semua tokoh-tokoh ini🥺

Aku pribadi, selama menulis cerita ini rasanya seperti sedang berlari mengelilingi dunia. 🏃🌍
Banyak banget perasaan yang campur aduk dalam proses menulis ini.😅😆😭😔😥😠🙂
Tapi saat aku sampai di akhir, aku sadar kalau ternyata, selama aku berlari, aku ga cuma dapet capeknya aja. Aku bisa lihat indahnya menara eiffel di malam hari, lihat betapa menakjubkannya aurora di kutub utara, meskipun sebenarnya aku juga melihat betapa gersangnya gurun sahara🗼🐪🌌🏜️✨✨

Karya ini kupersembahkan untuk semua keluarga dan teman-temanku, terutama dua belas orang yang luar biasa. Sahabat-sahabat terbaikku. Dan untuk seorang teman yang udah support aku dalam menulis sampai akhirnya aku ada di tahap ini. Uhibbukum fillah, semuanya🌹🌺️❤️

Semoga kalian suka karya pertamaku dan share cerita ini ke teman-teman kalian. Lebih dari itu,  semoga banyak hal yang bisa kalian pelajari dari cerita ini.  Meski karya ini ga sempurna, aku berharap setidaknya ada satu hikmah atau pelajaran penting yang kalian dapatkan setelah membacanya🤗

Sampai jumpa lagi di karyaku berikutnya😍😍

Assalamualaikum 👋🏻👋🏻

Rumah [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang