BAB 15 | Sepasang Rahasia (3)

47 7 3
                                    

Jalanan Swiss masih cukup lengang saat mobil yang Liann kendarai melaju dengan kecepatan normal di jalan raya. Langit di atas sana masih gelap. Tentu saja, siapa pula yang berminat berkendara di jam-jam ini? Kasur empuk dan selimut yang cukup menghangatkan jelas jauh lebih menarik.

Liann terbangun setelah tertidur selama dua jam. Badannya terasa lengket dan gerah karena masih mengenakan baju kerja. Setengah mengantuk, Liann memaksakan diri untuk melangkah ke kamar mandi. Laki-laki itupun membasuh tubuhnya supaya lebih segar.

Tadinya, Liann pikir ia harus mengenakan baju kerja lagi karena ia sama sekali tidak membawa baju ganti. Ternyata, saat Liann keluar dari kamar mandi, di atas satu-satunya meja yang ada di kamar itu, ia menemukan satu buah baju kaus dan celana training. Sepertinya Retha meletakkannya di sana saat ia tidur. Dari motifnya, Liann tahu itu adalah baju Retha. Namun, karena ukurannya oversize, alhasil Liann masih bisa mengenakannya dengan nyaman. Bahkan celananya juga pas. Tak heran, Retha memang jauh lebih tinggi dari perempuan rata-rata sehingga tinggi keduanya tidak jauh berbeda.

Baru saja Liann berencana melanjutkan tidurnya saat kepalanya tiba-tiba berdenyut. Sial! Sakit itu datang lagi. Padahal, sudah tiga hari rasa sakit itu tak kunjung muncul. Liann juga sama sekali tidak membawa obatnya karena tidak menduga sakitnya akan kambuh malam ini.

Ini adalah salah satu rahasia yang disimpannya dari Retha. Selain masalah ingatan, Liann sebenarnya sering merasakan sakit kepala akhir-akhir ini. Tentu saja Liann khawatir dengan kondisinya sendiri. Namun, ia sengaja belum memeriksakan diri ke dokter karena takut dengan kenyataan yang akan ia hadapi. 

Walaupun berat hati lantaran takut mengganggu Retha yang kemungkinan sedang tidur, Liann mencoba mengetuk pintu kamar Retha.

Satu kali.

Dua kali.

Tiga kali.

Sama sekali tidak ada jawaban.

Liann menghela napas. Sepertinya Retha tertidur sangat pulas karena kelelahan.

Rasa sakit kepala Liann bertambah parah, Ia bahkan meringis demi menahan rasa sakit itu. Liann tidak tahu harus melakukan apa sampai akhirnya ia melihat kunci mobil Retha yang ada di atas nakas. Baiklah. Ia tidak punya pilihan selain membeli obat itu di apotik sebelum rasa sakit itu seolah membunuhnya.

Liann menemukan mobil Retha dengan mudah. Ia segera masuk dan menyalakan mobil itu kemudian menginjak pedal gas nya sehingga mobil Retha melaju menuju jalan raya yang lengang.

Sesekali, Liann meringis. Rasa sakitnya terus bertambah. Ia mulai tidak bisa fokus menatap jalanan di hadapannya. Namun, laki-laki jangkung itu berusaha untuk tetap menjaga kestabilan kecepatan kendaraannya. Seminimal mungkin agar tidak mengganggu kendaraan lain yang melintas di sekitarnya.

Traffic light yang baru saja berganti menjadi merah membuat Liann menginjak pedal rem. Mobilnya berhenti dengan mulus. Seraya meringis lagi, Liann menghitung sisa waktu sebelum traffic light kembali berganti menjadi hijau.

Hitungan Liann terhenti. Bukan karena laki-laki itu tidak sanggup lagi menahan rasa sakit di kepalanya. Di depan sana, dari arah timur, sebuah truk pengangkut minuman dingin melaju dengan kecepatan tinggi dan arah yang tak menentu.

Sial!

Liann menginjak pedal gas dalam-dalam. Bukan, bukan untuk menyingkir, melainkan untuk melindungi seseorang. Lihatlah! Seorang gadis di arah barat tengah berusaha berdiri setelah tongkatnya jatuh. Kakinya yang cacat membuatnya harus beringsut untuk meraih kembali tongkatnya. Takut menatap truk yang dalam hitungan detik akan menghantam tubuhnya.

Tepat entah berjarak berapa meter dari gadis yang kini memilih menutup matanya, pasrah jika mobil itu akan membuat hidupnya berakhir, sebab ia tak mampu lagi mencoba untuk berdiri, mobil Liann melaju kencang. Tanpa memedulikan keselamatannya, Liann menghantamkan bagian depan mobilnya ke arah truk. Mobil suburban yang Liann kendarai berhasil membuat truk pengangkut itu berhenti mendadak.

Asap membumbung tinggi. Botol-botol kaca minuman dingin berserakan di sekitar dua mobil itu. Keduanya berubah menjadi rongsokan dalam hitungan detik. Rongsokan yang jelas menarik perhatian orang-orang yang kebetulan sedang melintas. Bahkan, tak sedikit yang mengabadikan dengan ponsel canggih mereka.

Lalu lintas mendadak berhenti. Tak satupun orang yang berani medekat. Sebagian memilih untuk berpura-pura tidak tau. Sebagian lagi malah sibuk dengan ponsel mereka. Mengabadikan kejadian. Yang lain hanya bisa menatap dari jauh. Masih berfikir berkali-kali untuk membantu.

Gadis itu terkejut. Ia butuh beberapa detik untuk mencerna semuanya. Lantas setelah mengerti, ia memaksa tubuh lemasnya berdiri. Mengabaikan tongkatnya yang masih tergeletak. Berjalan tertatih menuju mobil suburban yang baru saja menyelamatkannya. Ia tidak peduli dengan asap yang belum menghilang juga darah yang mengalir dari lengannya akibat lentingan botol kaca minuman yang pecah. Memukul-mukul kaca mobil itu. Memanggil-manggil siapapun di sana yang sedang tidak sadarkan diri. Berharap sang pengemudi itu segera keluar.

Sayang, jangankan mencoba untuk keluar, bahkan Liann tidak bisa menggerakkan kepalanya. Ia tidak tau bahwa di luar sana ada yang memukul kaca mobilnya. Yang ia tau, kepalanya sungguh sangat sakit sekarang. Entah karena penyakitnya atau karena benturan yang menyebabkan darah terus mengalir dari kepalanya.

●●●

Dering telpon yang ketiga kalinya akhirnya membuat Retha terbangun dari tidurnya. Gadis itu sedikit mengumpat. Siapa yang menelponnya pagi-pagi buta begini.

"Helo, Miss Retha?" (1)

"Yes, it's me."(2)

"We are from the police. A person named Liann is found unconscious after an accident. Based on police records, the car he used was your car. Liann is currently being treated..." (3)

Kalimat itu membuat kesadaran Retha kembali seratus persen. Ia mengenakan khimarnya untuk segera menyusul Liann sembari mengingat baik-baik nama rumah sakit dimana Liann sedang dirawat.

-lw-


(1) "Halo, apakah benar dengan Nona Retha?" 

(2) "Ya, ini aku."

(3) "Kami dari kepolisian. Seseorang Bernama Liann ditemukan dalam keadaan tidak sadar setelah terlibat kecelakaan. Berdasarkan catatan kepolisian, mobil yang ia gunakan adalah mobil anda. Sekarang, Liann sedang ditangani di..." 

Rumah [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang