BAB 35 | Misteri

31 7 13
                                    

"Saat kau tidak bisa berguna bagi orang yang sudah berkorban banyak untukmu, rasanya sungguh menyakitkan."

---

Lebih dari satu minggu sudah berlalu. Jaringan komunikasi mengalami perkembangan pesat. Dua atau tiga hari ke depan, mungkin ponsel pintar sudah bisa digunakan. Alat berat juga sudah bisa didatangkan, membantu mengevakuasi korban lebih cepat. Bantuan dari negara lain terus mengalir, membuat Jepang mulai merangkak pulih.

Prefektur Fukushima mengalami masalah baru. Mesin-mesin bertenaga nuklir yang sudah hancur di sana menyebarkan partikel-partikel berbahaya di udara. Seluruh penduduk sekitar diharuskan meninggalkan rumah. Satu-dua sudah terkena gejala parah akibat menghirup partikel tak kasat mata itu. Russel berkali-kali ke sana untuk memeriksa teknologi berbahan bakar nuklir miliknya yang masih tersisa. Essiel atau Olive terkadang juga ikut. Mereka memeriksa bagaimana gejala-gejala yang dialami warga setempat dan memberikan obat yang sekiranya dapat membantu.

Sementara itu, kesibukan di posko pengobatan melambung pesat. Terhitung sudah puluhan tenda yang berdiri. Operasi-operasi hampir setiap hari dilaksanakan. Tenaga medis kini harus tetap di sana, tidak boleh membantu relawan untuk mencari korban kecuali jika ada kasus gawat darurat.

Meski tenaga medis tidak lagi membantu dalam proses evakuasi, relawan tetap tidak kesulitan. Selain karena telah banyak negara lain yang mengirimkan tenaga bantuan, kemarin, bagaikan "ribuan durian runtuh", berton-ton makanan pokok dan pakaian datang. Nyaris puluhan tenda di berbagai posko pengobatan juga didirikan. Tempat pengungsian penduduk juga mendapat akses ke air bersih. Benar-benar "durian runtuh" yang misterius, pasalnya tak ada yang tahu dari mana bantuan itu datang. Maka santerlah dugaan bahwa bantuan sebanyak itu datang dari yakuza, sindikat organisasi mafia terbesar di Jepang, atau lebih dikenal dengan mafia Jepang. Mereka sengaja menyamar agar penduduk tidak menolak bantuan yang mereka berikan. Benar-benar sebuah kejutan.

Di salah satu sudut bangunan yang jauh dari kesibukan posko pengobatan, seorang laki-laki tengah duduk termenung, memikirkan sesuatu. Semalam, ia memimpikan sesuatu yang membuat konsentrasinya seharian ini buyar tak tersisa. Kejadian saat di bandara seminggu lalu kembali memenuhi pemikirannya. Ia mencoba berkali-kali menemukan potongan yang hilang dari pikirannya agar ia bisa menemukan perempuan yang membawanya ke negara ini.

Ya, dia adalah Liann yang untuk pertama kalinya, mengutuk alzheimer yang ia derita. Karena penyakit itu, keberadaan Retha sampai saat ini jadi misteri. Ia sama sekali tak tahu harus berbuat apa. Mencoba mengingat kembali pun rasanya sia-sia. Saat-saat seperti ini, saat dia tidak bisa melakukan apa-apa untuk seseorang yang sudah berbuat banyak untuknya, rasanya menjadi sangat menyakitkan.

Tadi malam, seolah menyadarkannya, gadis yang telah menghilang itu hadir. Ia mengenakan baju serba hitam, bahkan wajahnya tertutup sebagian. Namun, hanya dengan melihat matanya, Liann yakin itu adalah Retha. Dalam mimpi yang masih bisa Liann ingat dengan jelas, saat itu Retha memegang sebuah senjata, mirip sebuah senapan panjang. Liann yang saat itu bahagia bisa menemukan Retha, sudah hampir terharu dan menahan air matanya mati-matian, namun balasan yang Liann dapatkan sungguh menyakitkan. Dalam mimpi itu, Retha melenyapkannya dengan tiga buah peluru di jantungnya.

Mengerikan memang, tetapi ketimbang rasa takut, Liann malah khawatir dengan keadaan Retha. Sepanjang hari ia bertanya-tanya dimana dan bagaimana keadaan gadis itu? Apa mimpi itu mengirimkannya sebuah tanda yang tak ia mengerti?

"Can I sit here?" (1)

Suara berat bernada tanya itu membuat Liann menoleh. Tatapan keduanya bertemu hingga Liann bisa membaca raut keterkejutan yang begitu jelas di wajah laki-laki yang barusan mengajaknya bicara. Padahal, rasanya tidak ada yang salah di wajah Liann, tetapi ia pun sedikit sungkan untuk bertanya lebih lanjut. Alhasil, Liann hanya mengangguk, mempersilahkan laki-laki itu duduk di sampingnya dengan kalimat singkat.

Rumah [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang