BAB 44 | Pertarungan Terakhir

49 4 0
                                    

Retha mendesis kesal.

Ia memikirkan jalan keluar secepat yang ia bisa. Memutar otaknya untuk mencari satu ide saja yang memungkin dirinya untuk melarikan diri dengan aman. Namun, ide itu benar-benar tidak ada. Lihatlah! Di depannya hanya ada air. Ia tidak akan bisa menyeberanginya meski sedang "menunggangi" mobil tercepat di dunia. Sementara itu, di belakangnya, pasukan Cosa Nostra sudah memblok jalan keluar. Kembali ke belakang sama saja dengan menyerahkan nyawa.

Sial! Ia gagal mengulur waktunya.

Tidak ada pilihan. Meski terlihat sia-sia, Retha setidaknya harus berjuang demi Alya dan Liann yang sudah pucat pasi di kursi belakang.

Dalam satu gerakan yang cepat, Retha membanting setir. Ia membuat mobil Bugatti berputar 90°. Lantas tanpa pikir panjang tancap gas untuk menyusuri tepian pantai Laut Ioina.

"Merunduk, Liann!" teriak Retha bersamaan dengan gerakan tangannya yang sibuk mengendalikan setir.

Liann yang meskipun pucat pasi, ia patuh pada instruksi Retha. Ia merundukkan kepalanya sekaligus membawa Alya ke dalam pangkuannya sehingga posisi Alya nyaris dalam keadaan berbaring untuk melindungi gadis itu.

Instruksi Retha tadi penting sekali. Lihatlah! Persis saat Retha melakukan manuver itu, anggota Cosa Nostra yang sudah siap dengan senjata, serempak melepaskan peluru. Benda kecil itu menghantam mobil Bugatti. Menembus besinya. Memecahkan kaca. Bahkan melintas 1 cm di atas kepala Liann. Benar-benar situasi yang mengerikan.

Retha mendesis. Dua peluru secara beriringan baru saja melintas di depan matanya dengan cepat. Penembak dari Cosa Nostra itu jelas tidak main-main. Mereka sengaja mengincar bagian kepala agar bisa melumpuhkan dirinya sehingga mobil Bugatti ini bisa hilang kendali.

Gerakan mobil yang dikendarai Retha bagaikan angin. Ia melintas tanpa takut di antara muntahan peluru. Retha tidak memperlambat kecepatan meskipun misil itu susul-menyusul menembus besi dan kaca mobil. Ia tidak punya pilihan yang lebih baik.

TAT! TAT! TAT!

Satu misil tepat mengenai salah satu ban depan mobil yang dikendarai Retha. Sesaat Retha kehilangan kendali. Kecepatan Bugatti berkurang seperempatnya. Gadis itu tidak sempat menghindar. Bagaimanalah. Bahkan ia tidak punya perhitungan strategi saat ini. Retha tidak bisa berpikir. Ia luar biasa panik. Situasi ini jelas tak pernah ia hadapi sebelumnya.

Detik berikutnya menjadi lebih menyeramkan. Satu mobil tank mengikuti mobil Bugatti dari belakang. Di atas tank, ada 4 penembak handal. Masing-masing memegang senjata. Mereka sudah membidik posisi target. Dengan jarak tak kurang dari 20 meter, hanya soal waktu kepala Retha akan ditembus oleh peluru.

"Retha awas!!" teriak Liann yang baru saja menoleh ke belakang. Tubuhnya gemetar melihat sebuah tank di belakang mereka. Sekilas, ia bisa melihat posisi keempat penembak.

DOR! DOR! DOR! DOR!

Refleks, Retha membanting setir ke arah kiri, lalu ke kanan. Melakukan manuver zig-zag untuk menghindari hujan peluru dari belakang. Sial! Saat ini mereka sudah jadi bulan-bulanan. Peluru itu menyerang mereka dari dua arah sekaligus.

Sayangnya, sia-sia saja usaha Retha. Tak sampai satu menit setelahnya, dua ban belakang mobil Bugatti kempes. Masing-masing ditembus oleh satu misil. Kecepatan Retha sudah berkurang separuhnya. Saat ini, mobil Bugatti sudah tidak ada artinya lagi.

Benar saja. Hitungan menit, tank itu sudah semakin dekat. Kali ini mereka bisa membidik dengan lebih baik. Lagi, empat peluru dilepaskan secara bersamaan. Retha sudah tidak bisa melakukan manuver. Hinga akhirnya, sebelum ia menyadari, sebuah peluru persis menembus lengan atasnya.

Rumah [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang