BAB 34 | Operasi Fraktur dan Trauma

37 10 11
                                    

Tenda itu disulap menjadi ruang operasi setelah sebelumnya disterilkan. Lima orang yang menggunakan operation theatre uniforms lengkap mengelilingi brankar yang ditempati oleh seorang pasien yang ditutupi kain berwarna hijau, menyisakan kepalanya yang masih terlihat, dan tentu saja bagian paha kanan yang akan dioperasi.

Proses anestesi baru saja dilakukan. Sekarang suasana dalam ruangan itu sangat sepi. Tak satupun yang bersuara, seolah menunggu sang dokter spesialis ortopedi untuk mengucapkan kalimat pertama sebagai tanda operasi dimulai dimulai.

Bicara tentang dokter spesialis ortopedi, Essiel teringat pada percakapan mereka di luar beberapa menit yang lalu.

"Are you sure will be responsible for this operation?" (1)

Laki-laki yang menjadi lawan bicara Essiel itu kini menaikkan sebelah alisnya, menatap Essiel sebentar, lantas dengan santai berucap,

"Why not? You doubt me?" (2)

Refleks, Essiel berdecak kecil mendengar jawaban itu. Ayolah, laki-laki ini kenapa bersikap seolah tidak terjadi apa-apa sebelumnya.

"You're under the influence of Alprazolam, right? Don't let this operation endanger patient because of your condition." (3) jelas Essiel to the point.

Wajah lawan bicara Essiel itu sempat berubah beberapa detik. Ada raut keterkejutan yang tidak bisa ia sembunyikan, meski beberapa detik setelahnya kembali normal.

Bukan normal, tetapi dingin.

Katakan Essiel berlebihan, tapi tatapan laki-laki ini benar-benar membuatnya menelan saliva lantaran takut.

"I've done it many times." (4)

Tanpa penjelasan lebih lanjut, laki-laki itu menegakkan tubuhnya yang sedari tadi seolah bersandar pada salah satu sisi tenda, kemudian bergerak meninggalkan Essiel yang masih bergeming.

Beberapa langkah setelahnya, ia mendadak berhenti. Berbicara pada Essiel tanpa menoleh sama sekali.

"Let it be our secret." (5)

"Scalpel!"

Kata itu akhirnya menyadarkan Essiel dari lamunannya. Tatapannya kini tertuju pada seorang perawat yang sedang menyerahkan pisau bedah pada Dokter. Operasi ini jelas resmi dimulai.

Benar. Lantaran tidak ada tenaga medis spesialis ortopedi yang lain, Essiel diminta ikut membantu sebagai asisten. Essiel memang bukan residen ortopedi, tetapi selama jadi dokter muda, Essiel pernah melihat operasi ini beberapa kali. Jadi operasi ini bukan yang pertama kali baginya.

Dokter spesialis ortopedi yang sampai saat ini belum Essiel ketahui namanya sudah membuat insicisi (sayatan) sepanjang 5-7 cm di kulit pasien. Dilanjutkan dengan insicisi kedua pada Tensor Fascia Latae yang menutupi Cranial Biceps Femoris.

Setelah otot Biceps Femoris dan Vastia Lateris dapat dicapai, dengan sigap Essiel dan satu orang lainnya menguak kedua otot tersebut sehingga osteon femur (tulang paha) dapat dicapai. Osteon femur dipotong secara transversal dengan gergaji tulang untuk dipasangi bone pin.

Melihat cara dokter ini bekerja, Essiel tak bisa mengelak bahwa ia kagum. Bukan hanya pada keterampilannya, melainkan juga pada kecepatan dan ketepatannya memasang pin pada femur pasien. Lihat! Bahkan hitungan menit pin itu sudah terpasang sempurna dengan osteon femur yang sudah mengalami reposisi dan fiksasi.

"You can finish the rest." (6)

Dokter itu mengangkat wajah sehingga tak sengaja tatapannya bertemu dengan Essiel, membuat gadis itu gugup sesaat. Cepat-cepat Essiel menundukkan pandangan dan mengangguk atas perintah yang baru saja keluar dari mulut sosok yang ada di depannya.

Rumah [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang