BAB 37 | Kembali dan Menghilang

32 6 3
                                    

"(Pembatas) antara seorang muslim dan kesyirikan serta kekufuran adalah meninggalkan shalat." 

(HR. Muslim no. 257).

---

Semalaman, Essiel sama sekali tidak bisa tidur. Pikirannya penuh dengan kekhawatiran. Meski sudah memaksakan diri berulang kali untuk istirahat, gadis itu tidak bisa memejamkan mata barang sekejap.

Semenjak kepergian Smeck, Hiro, dan Gara kemarin, ia benar-benar cemas. Jangankan untuk turut membantu korban-korban hari ini, ia bahkan tidak ingat bahwa dirinya belum makan atau tidur sama sekali. Pikirannya hanya dipenuhi oleh tiga laki-laki itu, hingga tanpa sadar dirinya sudah berkali-kali bertanya pada relawan lain apakah mereka sudah melihat Smeck atau Hiro, juga bolak-balik memeriksa tenda khusus tempat istirahat tenaga medis hanya untuk mencari keberadaan Gara.

Bagaimana bisa mereka tidak kunjung kembali setelah nyaris 20 jam? Essiel benar-benar tidak bisa bersabar lagi.

Dengan langkah lesu dan gusar, Essiel berjalan menuju pusat perbaikan jaringan komunikasi. Ia harus mencari Russel untuk meminta gadis itu menemaninya melaporkan hal ini pada penanggung jawab wilayah atau semacamnya.

Jaringan komunikasi hari ini sudah kembali normal, meski belum sepenuhnya. Handie-talkie sudah bisa digunakan dalam jarak terbatas. Apapun itu, pastilah bisa membuat pekerjaan mereka, terutama para relawan menjadi lebih efektif. Setidaknya mereka tak perlu kembali ke pusat pengobatan hanya untuk mengabarkan informasi penting. Dengan perkembangan itu, sudah jelas Russel dan timnya sangat sibuk. Semoga gadis itu bisa meluangkan waktunya sebentar.

"Essiel?"

Spontan gadis itu berbalik begitu mendengar ada yang menyapanya. Tatapannya beradu dengan mata Irene yang terlihat sama khawatirnya dengan dirinya.

"Kamu mau kemana?"

"Mau ketemu Russel."

"Smeck...belum kembali, ya?"

Essiel menghela napas. Ia terpaksa menjawab pertanyaan itu dengan gelengan kepala. Essiel tahu bahwa Irene juga pasti sangat mencemaskan suaminya.

Ya. Sejak kejadian trauma Irene kambuh dan Smeck memeluknya, Essiel akhirnya tahu bahwa dua orang itu sudah menikah secara siri. Bagi Essiel, itu jelas sebuah kabar gembira. Sayangnya, Irene belum siap untuk memberi tahu teman-temannya yang lain. Essiel pun mengerti. Ia menyimpan rahasia itu pada dirinya sendiri.

"Kamu sabar sebentar lagi, ya, Rene. Aku akan melapor ke penanggung jawab wilayah. Aku akan memaksa mereka untuk menemukan..."

Kalimat Essiel terputus lantaran kedatangan Burheen yang tiba-tiba. Laki-laki itu sepertinya menguping sebagian pembicaraan hingaa ia spontan bertanya, "Menemukan siapa?"

Detik itu Essiel baru sadar bahwa tidak semua teman-temannya tahu soal ini. Pastilah Evrena, Ray, dan Olive juga belum mengetahuinya, mengingat kemarin Smeck, Hiro, dan Gara pergi dalam keadaan mendadak.

"Smeck, Hiro, dan Gara belum kembali setelah dua puluh jam."

Kalimat itu akhirnya menjadi awal dari cerita singkat Essiel. Kejadian kemarin sore dirangkumnya menjadi beberapa kalimat yang membuat Burheen tanpa sadar menahan napas.

"Astaghfirullaahal'adzhiim, Essiel. Kenapa kamu baru bilang sekarang?!" respon Burheen setelah tiga detik Essiel menyelesaikan ceritanya.

Tanpa menunggu reaksi Essiel atas pertanyaannya terlebih dahulu, Burheen bergegas pergi. Ia melangkah cepat menuju suatu tempat yang tidak Essiel dan Irene ketahui. Tanpa komando, keduanya turut melangkah di belakang Burheen. Sama sekali tidak mengeluarkan suara sepanjang perjalanan.

Rumah [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang