BAB 19 | Tindakan

65 6 7
                                    

Teroris itu berhasil di tangkap. Para tentara membawanya pergi. Mereka sepertinya akan segera ke rumah sakit untuk mengobati luka akibat tembakan tadi. Harusnya Burheen juga ikut serta, tetapi laki-laki itu menolak karena ada hal yang harus ia urus terlebih dahulu.

Tidak jauh dari posisinya, petugas bandara menghampiri C. Mereka menangkap gadis itu untuk dimintai keterangan. Penggunaan alat suntik barusan jelas saja bisa membahayakan. Apalagi, mengingat seharusnya tidak ada penumpang yang boleh membawa benda tajam.

"Saya cuma bantu temen saya, loh, Pak. Bapak ga liat tadi temen saya dijadikan sandera?" protes C tidak terima saat dua laki-laki menahan lengannya.

"Iya, Mbak. Tapi mbak harus menjelaskan kenapa bisa menyimpan jarum suntik dan bius yang berbahaya seperti itu."

Baru saja C ingin menjelaskan bahwa ekstrak buah kecubung itu tidak berbahaya karena sudah ia atur konsentrasinya saat seseorang dengan seragam pilot tiba-tiba saja mendekat.

"Maaf, apa yang sedang terjadi?"

C menghela napas lega melihat kedatangan gadis itu. Sementara Essiel dan Burheen yang terpisah jarak tiga langkah melotot kaget.

Evrena?

Benar. Gadis dengan seragam pilot itu adalah Evrena, seorang pilot berlisensi yang baru saja mendarat dari Ontorio. Itulah alasan kenapa C mendesak pulang ke Indonesia hari ini karena ia tahu bahwa Evrena akan jadi pilot penerbangan paling awal dari Ontoria ke Indonesia.

Petugas bandara yang menahan C berbaik hati menjelaskan kejadian. Wajar saja. Popularitas Evrena sebagai pilot bukan main-main. Selain karena seorang perempuan, di usia mudanya, ia berhasil mendapatkan lisensi ME(Multi Enginee), lisensi tertinggi dalam profesi pilot, lisensi yang jelas tidak mudah didapatkan. Belum lagi pamor Evrena sebagai anak kedua dari salah satu pemilik maskapai di Indonesia.

Penjelasan itu membuat Evrena menghela napas. Ia kemudian menatap ke arah Essiel dan Burheen.

"Baiklah. Ayo kita selesaikan masalah ini di kantor. Mereka adalah penumpang di penerbangan terakhir saya."

Dengan kalimat yang barusan meluncur dari mulut Evrena, dua orang itu bergerak dan membawa C bersama mereka. Burheen ikut menyusul karena merasa bertanggung jawab atas keterlibatan C. Namun, langkahnya tiba-tiba saja dihentikan oleh Essiel.

"Tunggu sebentar."

Tanpa menjelaskan apapun, Essiel menyobek sebelah lengan baju Burheen kemudian mengikatnya di lengan Burheen yang terluka.

"Percepat urusannya. Kamu bisa kehilangan banyak darah. Tangan kamu juga bisa infeksi kalau lama-lama begitu."

Burheen tersenyum. Ia mengangguk kemudian pergi tanpa kata.

●●●

Lima belas menit, urusan itu selesai dengan damai. C dibebaskan dan hanya diberi peringatan untuk tidak lagi melakukan hal berbahaya seperti itu. Gadis itu bodoh amat. Baginya, hal itu tidak berbahaya sama sekali.

Setelah keluar dari kantor, Evrena mengambil mobilnya yang diparkir di basement. Sementara C dan Burheen kembali ke Essiel. Gadis itu masih menunggu di tempat yang sama dengan sebelumnya.

Essiel menghela napas melihat mobil sport melaju mendekat ke arahnya. Dasar keluarga kaya. Sepertinya tahun ini Evrena sudah dua kali ganti mobil mewah sesuka hatinya.

Lantaran lelah setelah menerbangkan pesawat selama 30 jam, Evrena memberikan kursi kemudi kepada Essiel. Ia lebih memilih duduk di kursi penumpang dan pergi tidur. Terserah kemana teman-temannya ini akan membawanya.

Rumah [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang