DEAL WITH MYSELF

17.3K 1.7K 44
                                    

Anastasia melepaskan sandal hak-nya dengan kesal di depan pintu rumahnya kemudian ia berjalan masuk tanpa menunggu anggota keluarganya yang lain.

"Anas... Kamu udah putuskan sendiri di depan mereka kalau kamu setuju dengan pernikahan itu. Jangan sampai kamu berubah pikiran dan bikin malu," ucap Pak Hadi yang ikut kesal kepada sikap putrinya itu yang sembrono.

Namun kali ini Anastasia tak menyahut. Ia segera berjalan ke dalam kamarnya.

"Kenapa sih? Kak Anas bikin masalah lagi?" tanya Feby yang segera di tegur oleh Bu Siska dengan mencubit lengannya pelan.

Sementara itu, Dita segera berjalan menuju kamar Anastasia sebelum pulang bersama suaminya.

"Kalau ga mau, dari awal saja ga usah datang! Malah seenaknya aja ngomong setuju-setuju. Liat Bu Renata sudah berharap sekali! Jangan sampai hubungan Fahri dan bosnya di kantor jadi terganggu karena sikap kamu Anas!" omel Pak Hadi tak habis pikir.

Padahal tadi saat di rumah Bu Renata, mereka semua terlihat gembira menyambut persetujuan Anastasia pada pernikahan ini. Sampai mereka menyadari ekspresi Anastasia yang masih kesal bahkan saat mereka sudah pulang dari rumah Bu Renata.

"Anas... Kamu keterlaluan. Gimana bisa kamu langsung nyeletuk soal pernikahan kalau kamu sendiri ga mau?" omel Dita begitu Anastasia menghapus make up-nya dengan kapas.

"Emang kenapa? Cowok itu kan ganteng, kaya, anak tunggal lagi. Siapapun pasti mau kan nikah sama dia. Terus kalau dia duda dan punya anak satu, apa masalahnya?"sindir Anastasia sinis. Kemudian ia mendelik ke arah Dita yang masih tercengang dengan jawabannya.

"Itu kan yang kalian mau denger dari aku? Kalian mau aku nikah, fine. Aku udah setuju kan?"

"Ga gini caranya, Anas. Kamu ngerti ga sih? Kita mau kamu cepet-cepet nikah itu biar kamu bisa sembuh dari luka masa lalu kamu."

"Justru itu, kak. Kalian akan tahu nanti bahkan setelah menikahpun, ga akan ada yang berubah dari aku," jawab Anastasia menyentak toner wajahnya di atas meja dan ia berjalan menuju lemari untuk mengambil baju tidurnya.

"Kamu bener-bener kekanak-kanakan dan egois, Anas!" tukas Dita akhirnya berjalan keluar dari dalam kamar Anastasia meninggalkan gadis itu sendirian dalam kegelisahan hatinya.

***

"Mama ga nyangka, Anastasia ternyata antusias juga untuk nikah sama kamu, Gas," ucap Renata begitu melihat Agastya baru saja keluar dari kamar Ririn setelah memastikan anak itu tidur.

"Feeling Mama emang ga pernah salah tahu, Gas. Dia itu perempuan baik-baik yang bisa Mama percaya," lanjut Renata kemudian menyerput teh hangatnya.

"Oh ya? Keliatannya cewek itu ga cukup ramah," jawab Agastya sambil duduk di sofa lainnya dan menyenderkan punggungnya.

"Engga ah, Mama udah suka dia dari pertama kita ketemu. Dia ramah banget, murah senyum, dan mau becanda padahal baru kenal Mama," ucap Renata dengan sangat percaya diri. Sementara Agastya hampir tertawa melihat reaksi ibunya yang berlebihan.

"Apa Mama seputus asa itu sama Agas, sampe milihin calon istri buru-buru begini?" tanya Agastya pelan.

"Yah, Mama emang khawatir sama kamu Agas. Kamu bener-bener ga liat cewek-cewek disekitar kamu. Tapi, sebenernya mama lebih khawatir sama Ririn," jawab Renata menghela napas berat.

Ia menaruh cangkirnya di atas meja, kemudian memerhatikan kotak lemper ayam buatan Anastasia yang hanya terisisa 5 buah itu.

"Udah cukup kita mengelak kalau Ririn akan baik-baik aja sama kita. Tapi Mama khawatir sama psikis dia, Gas. Gimanapun dia lagi tumbuh, dan butuh sosok yang bisa dampingin dia selama tumbuh kembang. Mama ga bisa terus jagain Ririn, dan kamu? Selalu sibuk di kantor. Nyatanya, selama ini Ririn tumbuh sendirian," lanjut Renata dengan sedih.

JATUH UNTUK MENCINTAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang