KELUARGA

13.1K 1.3K 27
                                    

"Arini Tyas Witcaksono," gumam Tyas tersenyum melihat foto-foto anak berusia 5 tahun itu yang berhasil diambil diam-diam oleh suruhan keluarganya.

Sebenarnya, foto-foto itu tidak digunakan untuk hal-hal yang negatif. Anak-anak Aditya Hartawan sengaja memberikan foto-foto terbaru Ririn kepadanya karena laki-laki yang hanya bisa berbaring di atas tempat tidur itu benar-benar keras kepala ingin menemui cucunya itu.

"Kenapa pakai Witcaksono? Siapa dia? Kenapa ga pakai Giovani?" tanya Tyas tak mengerti.

"Kamu lupa? Rama ga mau pakai nama Hartawan lagi sejak Papa ga restuin hubungannya dengan Arintya. Anak bandel itu kan sok-sok mau berdiri sendiri tanpa papa. Ga diganti Giovani juga mungkin Agastya sadar kalau Arini bukan anaknya," jawab Tio menjelaskan.

"Ada nama kamu juga diselipin, Yas," ledek Tio tertawa pelan.

"Mana aku tahu mereka make namaku. Mungkin supaya anak itu bisa sukses kaya aku," jawab Tyas tertawa juga.
Tawa mereka seketika lenyap ketika Adam berjalan menghampiri mereka berdua. Ia merupakan kakak kedua Rama yang cukup dekat dengan Rama sebelum menikah.

"Jangan berisik. Sekarang Papa sensitif kalau dengar nama Arini. Kalau sampai papa kenapa-kenapa sebelum ketemu cucunya itu, kita yang rugi," tukas Adam sambil merebut foto-foto itu dari tangan Tyas dan segera kembali melangkahkan kakinya dengan santai menaiki tangga menuju kamar ayahnya.

"Aku ga mau ngurus dia. Masih banyak pekerjaan yang harus aku kerjakan," ucap Tyas sambil menyenderkan punggungnya ke sofa.

"Loh sama. Istriku juga pasti ga mau ngurusi anak orang lain," sahut Tio tak mau kalah. Dan Tyas berdecak sebal. Ia beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkan ruang tengah keluar rumah, mulai muak dengan keadaan rumah orang tuanya itu.

Begitu Adam masuk, seorang suster yang menjaga Aditya Hartawan pun segera berdiri dan mempersilakan Adam untuk bertemu dengan laki-laki itu.

"Pa ... Ini foto Arini yang baru. Hari ini dia belajar melukis di sekolahnya," ucap Adam sambil memberikan beberapa foto yang dicetak tadi kepada ayahnya.
Tangan kurus itu pun mulai meraih foto-foto tersebut dan dalam penglihatannya yang mulai berkurang, Aditya Hartawan tersenyum melihatnya.

"Pintar... Sudah besar Arini semakin mirip Rama," ujar Aditya pelan.

"Tapi keluarga mereka belum mau mengizinkan Arini tinggal disini, Pa," lanjut Adam membuat senyum Aditya perlahan luntur.

"Papa mau Arini disini. Secepatnya..."

"Kita masih membujuk, Pa. Kalau sampai besok ga ada sambutan baik, kita akan bawa kasus ini ke jalur hukum agar kita bisa segera mendapatkan hak asuh Arini," jawab Adam menjelaskan.
Namun kali ini Aditya tak menjawab. Ia malah memejamkan matanya sambil menaruh foto-foto Ririn di sebelahnya.

Adam menghela napas panjang.
Kemudian ia beranjak kembali dari duduknya untuk keluar dari kamar tersebut dan mengerjakan pekerjaan lain yang terhambat karena mengurus Arini.

***

"Kita biarkan Ririn menemui kakeknya, Mas. Hanya untuk menjenguk. Dan kita selesaikan semuanya secara damai," ucap Anastasia mencoba memberikan saran pada Agastya yang sudah mulai tenang saat ini.

"Nas... Mereka tuh licik. Kamu denger kan kemarin mereka bilang cuma mau main sama Ririn, cuma pengen Ririn ketemu kakeknya. Tapi sekarang tiba-tiba mereka pengen hak asuh Ririn. Ngelunjak mereka," protes Agas tak terima.

JATUH UNTUK MENCINTAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang