KASIH TAK SELAMANYA SAMPAI

14.2K 1.4K 12
                                    

Anastasia tak bisa berhenti tertawa pelan saat Ririn masih bicara sendiri dengan perutnya, seolah anak itu sedang mengobrol sungguhan dengan bayi yang ada di dalam perut Anastasia.

"Apa? Adik ga suka warna merah? Adik sukanya warna apa?" tanya Ririn sambil memilih pensil warna yang lain. Ia kembali mendekatkan telinganya ke perut Anastasia.

"Oh, warna biru," sahut Ririn segera mengambil pensil warna biru.

"Sayang tidur yuk, ga ngantuk? Besok sekolah lho," ucap Anastasia sambil mengelus rambut Ririn.

"Bentar lagi, Ma," sahut Ririn pelan.

Tapi sejujurnya, Anastasia sudah cukup mengantuk. Di sisi lain, ia juga tak tega mengakhiri sesi 'obrolan' Ririn dengan calon adiknya.

"Mama ngantuk? Mama tidur duluan aja," jawab Ririn yang menangkap basah Anastasia tengah menguap. Sontak Anastasia segera mengatupkan mulutnya sambil terkekeh.

"Engga, ah. Mama mau tidur sama Ririn," jawab Anastasia menyender ke Ririn.

"Ya udah," jawab Ririn akhirnya menutup buku gambarnya kemudian kembali mendekati perut Anastasia.

"Besok lagi ya, adik. Gambarnya nanti dilanjut lagi," ucap Ririn kemudian membereskan peralatan gambarnya dibantu oleh Anastasia juga.

"Assalamualaikum," sapa Agas membuka pintu kamarnya sambil tersenyum.

"Papa!" panggil Ririn sampai membuat Anastasia yang hampir memejamkan matanya, jadi kembali membuka matanya karena kaget.

"Kok belum tidur, sayang?" tanya Agas menghampiri Ririn di tempat tidur lalu menaruh bawaannya di pinggir tempat tidur.

"Tadi Ririn ngegambar kamar baru untuk adik. Belum selesai, soalnya mama ngantuk," jawab Ririn disetujui anggukan Anastasia yang memeluk Ririn lagi.

"Mama, Ririn beresin dulu," jawab Ririn kembali berdiri untuk menyingkirkan barang-barangnya.

"Ririn taruh dulu ke kamar ya Ma," ucap Ririn beranjak turun dari tempat tidur sambil membawa peralatan gambarnya.

"Eh sayang. Bentar," tahan Agas sambil mengeluarkan bingkisan yang dibawanya tadi.

"Nih, Ririn kan kemarin bilang mau main-main pake cat air. Papa beliin sekalian sama kanvasnya," jawab Agastya menyodorkan satu paket itu kepada Ririn yang kelihatan terkejut.

"Makasih ya Pa," sahut Ririn mengambil paket tersebut dengan antusias.

"Cium Papa dulu dong."

Ririn tersenyum kemudian menghampiri Agastya lalu mencium pipi Agas sekilas.

"Ririn simpen di kamar ya Pa," ucap Ririn sangat bersemangat.

"Jangan lari sayang. Nanti jatuh," ucap Agas yang langsung disahuti iya oleh Ririn.

Perhatian Agastya kembali kepada Anastasia yang juga sedang menatapnya sejak tadi.
"Ririn gimana? Dia baik-baik aja kan?" tanya Agas mendekati Anastasia yang mengubah posisinya menjadi duduk.

"Iya, Ririn udah mulai lupa kayanya sama kejadian tadi siang. Dia mulai bawel lagi ngobrol sama perut aku. Semoga aja Ririn ga kepikiran lagi soal yang diomongin sama Larissa," jawab Anastasia berbisik.

Agastya menghela napas panjang kemudian menyentuh perut Anastasia lagi.

"Saya masih ngerasa bersalah sama kamu dan Ririn karena ini. Saya bener-bener ga pernah kepikiran Larissa akan setega ini ke Ririn," jawab Agas menundukkan kepalanya lemas. Sekali lagi Agas menghela napas panjang, seolah harinya sangat amat berat belakangan ini.

JATUH UNTUK MENCINTAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang