NEGOSIASI AGAS KE RIRIN

15.2K 1.5K 18
                                    

Tak seperti biasanya, hari ini pagi-pagi buta Agastya sudah keluar dari kamarnya dan turun untuk menyusul Anastasia ke dapur.

Saat baru menuruni tangga, ia berpapasan dengan Bi Cia yang baru saja membawa beberapa belanjaan di tangannya.

"Bi. Ada... Cincau hitam ga?" tanya Agas sengaja menghadang Bi Cia.

"Cincau hitam? Ga ada, Pak. Itu mah adanya di pasar. Ga ada di warung sayur kalau ga bulan puasa,” jawab Bi Cia yang sukses membuat Agastya tersenyum lebar sambil mengeluarkan dompetnya.

"Bisa beliin gak bi?"

"Sekarang, Pak?"

"Iya, sekarang,” jawab Agastya sambil memberikan uang selembar 100.000 kepada Bi Cia.

"Tapi ini kayanya agak lama ga apa-apa,Pak?"

"Iya, ga apa-apa. Lama-lamain aja, Bi,” jawab Agastya tersenyum melirik Anastasia di dapur.

"Apa, Pak?"

"Engga, udah ini saya aja yang bawa,” jawab Agas sambil mengambil alih belanjaan yang dibawa Bi Cia dan membiarkan wanita setengah baya itu pergi ke pasar.

Pelan-pelan Agastya berjalan menuju dapur dan menaruh tas belanjaan itu di atas meja.

"Udah selesai belanjanya, Bi? Aku minta asem jawa-nya, Bi,” ucap Anastasia sambil menaburkan tambahan garam dan gula ke dalam panci berisi kuah sayur asam itu.

Agas menyodorkan sebuah plastik bertuliskan Asam Jawa yang ia temukan di dalam tas belanja kepada Anastasia dari belakang hingga akhirnya Anastasia mengetahui kalau sejak tadi ia bicara bukan dengan Bi Cia.

"Mas Agas ... Ngapain? Lho, Bi Cia kok ga ada? Cuma belanjaannya aja,” tanya Anastasia sambil mengeluarkan semua bahan yang berhasil dibeli oleh Bi Cia ini.
"Ngapain? Ya masaklah. Dapur kan tempatnya buat masak,” jawab Agastya sambil membuka kotak berisi potongan-potongan ayam bumbu ungkep.

"Kamu emang ga ke kantor?"

"Masih 2 jam-an lagi,” jawab Agastya sambil menyalakan kompor yang satunya lagi.

Anastasia sempat terdiam bingung dengan sikap aneh Agastya pagi ini. Kemudian, ia tertawa pelan untuk mencairkan suasana yang sedikit canggung.

"Mas Agas..."

"Hmm?" tanya Agastya yang sedang menuangkan minyak goreng ke wajan dengan tenang. Seolah sudah terbiasa dengan hal ini.

Anastasia kembali terdiam. Ia ragu ingin mengatakan kalau sebenarnya keberadaan Agas di dapur malah membuatnya jadi merasa agak risih dan kurang leluasa. Namun melihat ketelatenan Agas, Anastasia memutuskan untuk mengurungkan niatnya.

"Kenapa?" tanya Agas sekali lagi.

"Oh, ini ... Ini tolong cobain deh sayurnya,” jawab Anastasia buru-buru meraih sebuah sendok dan mengambil kuah sayur asam yang dimasaknya.
Anastasia hanya diam memerhatikan Agas yang sekarang sedang mencicipi rasa masakannya.

"Gimana? Kurang apa?"

Agas belum menjawab, ia kembali menyendok kuah sayurnya sekali lagi.
"Udah mateng belum sih? Ini enak banget lho, Nas” ujar Agastya hampir menyendok sayurannya sebelum Anastasia menahannya sambil tertawa.

"Sayurnya belum mateng, Mas,” sahut Anastasia tertawa pelan. Ia menghela napas lega karena ternyata Agastya tak masalah dengan sayur asam kesukaannya.

"Ini sayur kesukaan saya, dan resepnya dari Mama saya juga. Dulu, saya jarang banget masak ini karena agak ribet. Lama-lama jadi kangen juga,” ucap Anastasia tersenyum kecil.

JATUH UNTUK MENCINTAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang