HATI YANG BICARA

15.6K 1.5K 58
                                    

"Dulu … Waktu Ririn bayi juga ada di dalem perut, kok,” jawab Agastya berusaha keras untuk tetap tenang. Namun, Anastasia hanya diam sambil menyalahkan dirinya sendiri yang membuat Ririn sampai menanyakan hal ini. Jika saja ia tak membahas soal perutnya.

Akhirnya Ririn tak bertanya apa-apa lagi. Anak itu menaruh perhatiannya ke arah lain, tepatnya ke arah kertas dari dokter yang Agas taruh di atas tempat tidur.

"Ini kertas apa sih?" tanya Ririn sambil melihat-lihat kertas tersebut bolak-balik.

Agastya tak langsung menjawab, ia tahu anak itu sedang mengalihkan perhatiannya sendiri, seolah kehilangan keingintahuannya soal sesuatu yang ia tanyakan tadi. Sementara Anastasia buru-buru menghampiri Ririn berusaha kembali memasang senyum di wajahnya.

"Ririn, Papa mau beli pizza. Kamu mau pizza yang mana? Kita pilih yuk!” ajak Anastasia segera menyalakan layar ponselnya.

"Pesen aja, bilang dari Agastya gitu biar nanti kurirnya manggil nama saya."

"Ga bisa, harus kamu yang telepon. Aku cuma nulis daftar pizza yang mau di pesen,” jawab Anastasia dengan cepat.

"Ririn aja yang pesen, Ma,” sahut Ririn dengan sigap. Sontak, Anastasia pun menahan napasnya kaget dengan Ririn yang malah mengajukan diri. Padahal ia berharap Agas yang memesan.

"Sayang... Nanti Papa-"

"Ya udah, Ririn aja. Ga apa-apa,” jawab Anastasia menahan Agas.

"Oke!" sahut Ririn dengan bersemangat melihat layar ponsel Anastasia.

Agas memutar matanya ke arah Anastasia yang hanya mengedikkan bahunya menandakan ia tak bisa menolak Ririn. Agastya hanya tertawa kecil lalu segera berjalan menuju kamar mandi.

***

Adinda, gadis yang tahun ini baru saja memasuki SMA, berjalan keluar dari kamar kakaknya yang satu minggu lalu memutuskan berhenti bekerja di Amerika dan pulang ke rumah.

Larissa memilih untuk bekerja di salah satu perusahaan sebagai staf HRD. Dan saat ini dia baru saja pulang dari kantornya, berniat untuk mencari angin segar di pinggir kolam renang ketika tiba-tiba Adinda menghampirinya dengan raut wajah kesal.

"Jadi ini alesan lo pulang, kan?" tuduh Adinda sambil menyerahkan kardus yang ia temukan di samping tempat tidur milik kakaknya.

Setumpuk barang-barang dan foto-foto Larissa bersama Agastya saat mereka masih berpacaran.

"Lo masih ngejar-ngejar suami orang, Kak?" tanya Adinda dengan nada tinggi.

Larissa hanya tersenyum tipis. "Gue gak ngejar-ngejar. Gue cuma belum bisa move on."

"Ya lo buang lah barang-barang ini biar lo lupa! Ngapain lo simpen, terus malah pindah ke sini? Emangnya kurang cowok di Amerika? Kurang cowok yang suka sama lo sampe lo masih ngeharepin Kak Agas?" tandas Adinda dengan nada tinggi lagi.

JATUH UNTUK MENCINTAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang