TIDAK AKAN ADA SALAH PAHAM

14.5K 1.4K 35
                                    

"Aku ke sini karena khawatir. Greta bilang kamu ga masuk karena sakit. Jadi aku ke sini untuk jenguk kamu." Ucap Larissa ketika mereka berempat sudah berada di ruang tamu.

Sejujurnya, Anastasia tak tahu kenapa dia harus ikut duduk di tengah-tengah mereka yang tak ia kenal.

Rasanya sangat amat canggung tentunya. Tapi ingin beranjak pun ia merasa tak enak.

Satu-satunya harapan Anastasia adalah, Ririn segera pulang dari sekolah dan menghampirinya.

"Kak Agas... Gara-gara denger Kak Agas sakit, Kak Icha heboh banget suruh pesenin pudding cokelat kesukaan Kak Agas." Sahut perempuan remaja yang duduk di sebelah Larissa.

"Oh ya? Repot-repot... Sebenernya aku cuma sakit demam tadi pagi. Tapi setelah minum obat udah mendingan banget." Jawab Agastya sambil menerima kotak pudding yang diberikan oleh Larissa.

"Tau nih, Kak Icha. Udah tahu Kak Agas udah nikah. Ngapain khawatir, pasti udah ada yang rawat, kan?" Ucap remaja perempuan itu menyenderkan punggungnya ke sofa.

"Walaupun udah nikah, kalian kan nikah karena dijodohin juga. Jadi sekalian aku mau kasih tahu istri kamu kalau kamu suka banget sama pudding cokelat." Ucap Larissa tersenyum ke arah Anastasia yang hanya tersenyum tipis.

"Oh iya... Nas, ini Larissa. Dan itu Adinda, adiknya. Dulu mereka itu tetangga saya." Ucap Agas membuat Anastasia buru-buru berdiri dan mengulurkan tangannya kepada Larissa dan Adinda sambil tersenyum ramah.

"Kamu ga perlu khawatir lagi, Sa. Anas tuh jago masak, tahu. Jadi tenang aja." Ucap Agas terkekeh pelan. Sementara Adinda, remaja berusia 15 tahun itu terlihat menertawakan kakaknya.

Dan Anastasia, tiba-tiba merasa dirinya benar-benar beku, kedua tangannya dingin dan bulu kuduknya berdiri mendengar Agas barusan memujinya. Walaupun hanya sekedar mengatakan pandai memasak.

"Oh, gitu? Kalau gitu, kayanya aku harus belajar masak dari Anastasia. Biar bisa dipuji juga sama kamu." Ucap Larissa tertawa kecil. Ia melirik ke arah Anastasia, penasaran dengan reaksi gadis ini.

Tapi Anastasia hanya tersenyum malu dan sedikit kikuk. Sementara Agas sedikit terganggu dengan ucapan Larissa barusan.

"Lagian, anggap aja ini ungkapan rasa terimakasih aku ke kamu, Gas. Karena kemarin kamu udah jemput aku di bandara dan anter sampe ke hotel." Jawab Larissa tersenyum.

Tapi kali ini, senyum Anastasia-lah yang luntur. Gadis itu refleks menoleh ke arah Larissa dengan terkejut.

"Aku tuh bener-bener ga tahu harus minta tolong siapa lagi, selain kamu Gas..." Oceh Larisaa lagi.

Sementara Anastasia segera menoleh balik ke arah Agastya yang saat ini juga menatap ke arahnya dengan pandangan yang tak secerah sebelumnya.

"And i really owe-"

"Saya permisi ke belakang. Baru inget tadi Bi Cia nitipin jemuran baju." Ucap Anastasia beranjak dari sofa, lalu berjalan buru-buru menaiki atap rumah ini, tempat Bi Cia menjemur baju.

"Istri kamu ngerjain kerjaan itu juga?" Tanya Larissa kepada Agas yang tiba-tiba jadi pendiam.

"Iya." Jawab Agas singkat. Sebenarnya ia ingin mengatakan kalau sikap Larissa barusan sudah keterlaluan kepada Anastasia.

"Ya udah sini, biar aku potongin puddingnya." Ucap Larissa hendak mengambil alih bingkisannya tadi.

Namun Agas tiba-tiba berdiri sambil memegangi keningnya bingung.
"Kamu pulang aja dulu ya, Sa. Aku mau istirahat lagi. Soalnya besok harus balik ke kantor." Ucap Agastya dengan hati-hati.

JATUH UNTUK MENCINTAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang