TAK SELAMANYA COKELAT ITU MANIS

16K 1.5K 7
                                    

"Nanti renovasi di beberapa titik yang udah ditentuin, kalau bisa harus sesuai sama deadline ya. Lebih cepet labih baik," ucap Agastya berjalan menuju pintu keluar mall bersama Pak Burhan yang sedari tadi dengan setia mendengarkan arahan laki-laki yang lebih muda 10 tahun darinya ini.

"Baik Pak," ucap Pak Burhan kemudian mempersilakan Agastya untuk masuk ke dalam mobilnya.

Sebenarnya, bisa saja Agastya menyewa supir. Namun baginya jauh lebih praktis untuk menyupir sendiri. Jika ia terlalu lelah, mungkin ia akan menelepon Mang Ujang untuk menjemputnya.

Baru saja Agastya masuk ke dalam mobil, ponselnya sudah kembali berbunyi. Panggilan masuk dari Greta, sekretarisnya di kantor.

"Iya, Gret, saya lagi di jalan. 15 menit lagi mungkin sampe. Udah disiapin kan dokumennya?"

"Sudah, Pak. Saya sudah siapkan semuanya di meja Pak Agastya untuk diperiksa. Untuk laporan bulan ini yang bapak minta juga sudah saya siapkan di meja Pak Agastya."

"Oke, Gret. Kordinasi sama tim HRD soal yang kita diskusiin kemaren, dan saya mau hasilnya udah ada besok."

"Baik, Pak," sahut Greta dengan sopan, lalu Agastya pun mengakhiri sambungan telepon tersebut.

Ketika ia menghentikan mobilnya di lampu merah, Agastya kembali melirik layar ponselnya. Tak ada panggilan masuk dari Ririn.

Biasanya anak itu akan meneleponnya setidaknya satu kali setiap hari melalui ponsel ibunya atau Ami, pengasuhnya.

Tapi sampai sore begini, ia belum mendapatkan telepon dari putri kecilnya itu.

Karena khawatir, akhirnya Agastya memutuskan untuk mencoba menelepon Anastasia.

Sayangnya, panggilan teleponnya tak diangkat sama sekali. Padahal ia sudah mencoba hingga tiga kali panggilan.

Karena khawatir, Agastya segera menelepon ibunya. Dan syukurlah, ibunya langsung mengangkat telepon darinya, bersamaan dengan lampu lalu lintas yang sudah menyala hijau.

"Ma, Ririn lagi ngapain sih sekarang?" tanya Agastya mulai kembali melajukan mobilnya.

"Lho, kok tanya Mama. Mama lagi di luar sama besan mama... Coba telepon istri kamu toh, Gas," ucap Renata dengan nada meledek.

"Udah. Tapi ga diangkat sama Anas."

"Oh, mungkin lagi sibuk sama Ririn. Tadi mama telepon diangkat kok, video call-an malah. Mereka lagi sibuk bikin kue di rumah. Aduh, kasian deh Anas pasti kelabakan sama Ririn yang lagi aktif-aktifnya. Tapi mama tanggung nih lagi seru nyari-nyari taneman," sahut Renata bercerita panjang lebar.

"Sesibuk apa? Kan di rumah juga ada Ami yang bantu jagain Ririn."

"Oh, mama belum bilang ya. Ami izin cuti lho, Gas. Dia mau temenin anaknya yang harus operasi usus buntu," jawab Renat, "udah, ya. Mama lagi ribet nih," lanjut Renata kemudian mengakhiri sambungan teleponnya.

Sementara Agastya tiba-tiba kembali merasa tak enak pada Anastasia. Apa mungkin Anastasia memang sedang dibuat kelimpungan mengurus Ririn?

Agastya menghela napas panjang, ia hanya berharap bisa pulang lebih cepat hari ini. Dan semoga saja Ririn tak berbuat macam-macam yang mungkin membuat Anastasia kesal.

***

Pukul 21:10 WIB, mobil Mang Ujang akhirnya sampai di rumah besar milik Agastya membawa Renata pulang.

Meskipun sudah kelelahan seharian ini berburu tanaman-tanaman hias, Renata masih harus memastikan Mang Ujang menata semua tanaman itu dengan hati-hati sampai besok ia rapikan lagi.

JATUH UNTUK MENCINTAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang