MAKANAN KESUKAAN AGAS LAGI

15.1K 1.4K 40
                                    

Sebenarnya, Agas sudah pernah menaiki kereta listrik. Namun, baru kali ini ia harus duduk di kereta ini dalam waktu yang cukup lama, perjalanan dari Yogyakarta ke Bogor yang memakan waktu sekitar 7-8 jam. Namun, karena Anastasia lagi-lagi memaksanya untuk menaiki kereta, Agas merasa tak masalah dengan situasi ini.

"Pengen deh, kapan-kapan main ke sana lagi sama Ririn,” gumam Anastasia sambil melihat-lihat semua foto yang diambilnya di sana bersama Agas.

"Ya udah nanti kalau udah musim libur sekolah, kita ke sana lagi,” jawab Agas yang duduk di hadapan Anastasia sambil mengerjakan tugas kantornya di laptop.

Anastasia mengalihkan pandangannya dari layar ponselnya ke arah Agastya. Ia kembali diam memerhatikan Agas sambil menyenderkan tangannya di dekat jendela kereta.

Merasa sedang diperhatikan, Agastya pun mengalihkan pandangannya dari layar laptopnya dan menatap balik Anastasia.

"Kenapa?" tanya Agastya bingung.

"Engga. Ga apa-apa,” jawab Anastasia segera mengalihkan pandangannya keluar jendela.

Agastya tak menyahut lagi, kemudian kembali menaruh perhatiannya ke arah layar laptop. Namun untuk kesekian kalinya, Anastasia kembali memerhatikan Agastya diam-diam hingga Agas harus menahan tawanya sambil menyimpan dokumen yang sudah ia periksa. Lalu, ia bergerak pindah untuk duduk di sebelah Anastasia.

"Udah saya bilang, saya ga lagi liatin kamu,” ucap Anastasia tertawa pelan.

"Lho, saya kan ga ngomong gitu. Kok langsung ngarah ke sana? Kamu sengaja kan?" tanya Agas yang membuat tawa Anastasia semakin lebar.

"Ya udah, lanjut aja,” jawab Anastasia berhenti tertawa lalu menaruh perhatiannya pada ponselnya lagi. Hingga Agastya kembali memeriksa laptopnya.

Anastasia melirik jam di tangan Agastya yang menunjukkan pukul 10:00 malam dan jika perkiraannya tak salah, maka seharusnya sebentar lagi mereka sampai. Ia tersenyum kecil kemudian menyenderkan kepalanya di bahu Agastya hingga laki-laki itu sempat terkejut untuk beberapa saat.

"Sorry.” Anastasia mengangkat kembali kepalanya.

Agastya tersenyum geli kemudian menutup laptopnya dan memasukkannya kembali ke dalam tas.

"Sini..." Agastya memindahkan kepala Anastasia menyender di bahunya pelan-pelan. Setelah itu, ia meraih tangan kiri Anastasia dan menggenggamnya dengan hati-hati, hingga seburat senyum dan helaan napas tenang terasa dari Anastasia.

"Gimana kalau Mama masih marah sama saya?" bisik Anastasia sambil memejamkan matanya.

"Dalam hal ini, saya juga salah, Nas. Bukan kamu aja. Jadi, kita berdua harus lurusin semuanya,” jawab Agas pelan.

"Saya takut Mama minta kita cerai. Saya ga mau pisah sama Ririn..."

"Sama saya?"

"Kamu kan sepaket sama Ririn,” sahut Anastasia membuat Agas menoleh ke arahnya gemas.

"Susah banget bilang ga mau pisah sama saya,” sindir Agas sontak membuat Anastasia tertawa pelan.
Tawanya memudar ketika ponselnya berdering dari nomor yang tak dikenal. Agastya pun otomatis melirik ke arah ponsel Anastasia dan heran melihat Anastasia mengabaikan nomor tersebut.

JATUH UNTUK MENCINTAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang